Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hingar Bingar Hari Pasar Rakyat Nasional, Konsep Pasar Tradisional ke Depan, Melawan Serbuan Pasar Modern

27 Januari 2017   22:48 Diperbarui: 27 Januari 2017   23:01 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu contoh waterfront market, yang barangkali dapat diterapkan di Indonesia. (Everett Farmers Market).

Di Surabaya sendiri, contoh pasar tradisional yang menjadi ramai dikunjungi setelah dilakukan revitalisasi adalah pasar Soponyono Rungkut dengan penambahan fasilitas parkir dan peningkatan kebersihan fisik di dalam pasar.

Di Banjarmasin ada pasar apung, salah satu pasar tradisional yang dikelola dengan baik, berhasil eksis dengan memanfaatkan daya tarik wisatanya. Karena memiliki unsur alam, budaya, dan sifatnya yang unik dan khas, seperti dari makanan dan cinderamata khas daerah tersebut.

Pasar Apung di Banjarmasin, salah satu pasar tradisional yang dikelola dengan baik, berhasil eksis dengan memanfaatkan daya tarik wisatanya. Karena memiliki unsur alam, budaya, dan sifatnya yang unik dan khas, seperti dari makanan dan cinderamata khas daerah tersebut. (Travel Kompas.com).
Pasar Apung di Banjarmasin, salah satu pasar tradisional yang dikelola dengan baik, berhasil eksis dengan memanfaatkan daya tarik wisatanya. Karena memiliki unsur alam, budaya, dan sifatnya yang unik dan khas, seperti dari makanan dan cinderamata khas daerah tersebut. (Travel Kompas.com).
Dengan contoh-contoh di atas diharapkan pasar tradisional lain dapat menyusul keberhasilan pasar-pasar tersebut dalam mempertahankan eksistensinya di dunia modern saat ini.
  • Menyusun regulasi

Diperlukan adanya regulasi yang secara tegas memihak pasar tradisional dan mengendalikan pertumbuhan pasar modern (retailer besar). Pemerintah mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat tidak boleh diskriminatif. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantaraan ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha.

Pemihakan kepada pedagang pasar tradisional ini juga dapat dilakukan dengan membantu memperbaiki akses mereka kepada informasi, permodalan, dan hubungan dengan produsen atau supplier (pemasok). Karena sifat pedagang pasar tradisional yang umumnya lemah dalam banyak hal, maka peran pemerintah lah untuk secara aktif memberdayakan pedagang tradisional.

Kemudian, regulasi mengenai pasar tradisional dan pasar modern juga harus mengatur tentang pembagian zona usaha, jam buka, harga barang, dan jenis retailer. Strategi yang dapat digunakan untuk mengatur harga barang yaitu dengan melakukan pembedaan produk dan harga, serta melalui peraturan perpajakan dan pengelolaan retribusi yang efisien. Disamping itu juga diperlukan sumber daya manusia pengelola pasar tradisional yang bermanajemen modern namun tetap mempertahankan cita rasa khas pasar tradisional.

Adanya regulasi-regulasi akan memberikan angin segar bagi pasar tradisional yang saat ini kian terpuruk.

***

Tidak sedikit masyarakat indonesia yang menggantungkan hidupnya kepada pasar rakyat atau pasar tradisional. Jangan biarkan segala kekuatan dan kelebihan pasar rakyat tergerus dan berada di ujung tanduk karena tak mampu bersaing dengan pasar modern.

Jika pasar tradisional sanggup berhingar-bingar di Indonesia, maka akan berpengaruh positif bagi neraca pembayaran Indonesia. Begitu juga jika mayoritas masyarakat Indonesia lebih memilih berbelanja di pasar tradisional, maka invasi pasar modern akan mampu ditahan. Produk-produk lokal berkualitas tinggi yang saat ini dijual di pasar modern bisa dialihkan menjadi komoditas ekspor. Dengan demikian, pasar rakyat akan masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuknya.

Bahan Bacaan/Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun