Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Keunikan Tersembunyi Papua, Bakar Batu dan Hiu Paus, Magnet Besar Pariwisata Papua

31 Desember 2016   23:27 Diperbarui: 31 Desember 2016   23:43 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Papua di ujung paling timur Indonesia menyimpan sejuta pesona. Walaupun saya belum pernah ke Papua, tapi saya tahu bahwa hampir setiap sudut Papua memiliki keunikan dan keindahan dengan cerita tersendiri. Selain dikenal sebagai destinasi wisata bahari, Papua juga menyimpan berbagai warisan kebudayaan yang harus dilestarikan agar tidak punah beserta adat istiadat yang telah diciptakan oleh leluhur mereka.

Tradisi Bakar Batu

Salah satu keunikan Papua yang “tersembunyi” buat saya adalah adanya upacara tradisional yang dinamakan deengan Bakar Batu. Tradisi ini merupakkan salah satu tradisi penting di Papua yang masih jarang diketahui yang berfungsi sebagai rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, penyambutan tamu atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang. Bahkan juga sebagai sarana untuk mencari jodoh, mendamaikan suku yang beperang, hingga meresmikan bangunan.

1. Upacara/Tradisi Bakar Batu di Papua. (www.dailymail.co).
1. Upacara/Tradisi Bakar Batu di Papua. (www.dailymail.co).
Jika ditilik ke belakang, bakar batu pada awalnya merupakan salah satu cara masyarakat Papua dalam mengolah makanan atau memasak. Pada perkembangannya, tradisi ini mempunyai berbagai nama, misalnya masyarakat Paniai menyebutnya Gapia, masyarakat Wamena menyebutnya Kit Oba Isogoa. Sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan istilah Barapen. Namun istilah yang paling umum digunakan untuk Tradisi Bakar Batu ini ialah Barapen.

Lazimnya sebuah upacara, tradisi bakar batu juga memiliki tahapan-tahanpan yang harus dillalui. Persiapan awal tradisi ini dimulai ketika seorang lelaki dewasa dengan ikat kepala kebesaran-nya yang sudah ditunjuk oleh kepala suku, berlari-lari kecil mendatangi setiap Honai (rumah khas Papua). Dengan teriakan khasnya, satu persatu orang-orang keluar dari Honai-nya. Para lelaki langsung sigap mempersiapkan peralatan berburu-nya, sedangkan para wanita berkeliling mengumpulkan dedaunan, sayur mayur, umbi-umbian, alang-alang, batu serta kayu kering untuk dibakar.

2. Para wanita mengumpulkan dedaunan, sayur mayur, umbi-umbian, alang-alang, batu serta kayu kering untuk dibakar. (www.andisucirta.com).
2. Para wanita mengumpulkan dedaunan, sayur mayur, umbi-umbian, alang-alang, batu serta kayu kering untuk dibakar. (www.andisucirta.com).
Kemudian masing-masing kelompok menyerahkan babi hasil buruan yang masih hidup sebagai persembahan. Sebagian ada yang menari, lalu ada yang meyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Proses membakar batu awalnya dengan cara menumpuk batu sedemikian rupa,  kemudian mulai dibakar sampai kayu habis terbakar dan batu menjadi panas.

Lalu setelah itu, babi-babi yang telah dipersiapkan siap untuk dipanah. Yang memanah babi adalah para kepala suku dan dilakukan secara bergantian. Ada pandangan unik dalam ritual memanah babi ini. Ketika semua kepala suku sudah memanah babi dan babi langsung mati, pertanda acara akan sukses. Namun jika babi tidak langsung mati, diyakini ritual ini tidak akan sukses.

4. Ritual memanah babi dalam upacara bakar batu (Getty Images).
4. Ritual memanah babi dalam upacara bakar batu (Getty Images).
Tahap berikutnya adalah memasak babi tersebut. Para lelaki mulai menggali lubang yang cukup dalam. Kemudian batu panas dimasukkan ke dalam galian yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang sebagai penghalang agar uap panas batu tidak menguap. Di atas batu panas diberikan dedaunan lagi, baru setelah itu disimpan potongan babi bersama sayuran dan umbi-umbian.

Selanjutnya,babi bakar tersebut ditutup lagi dengan daun-daunan. Tak lupa setelah itu batu-batu panas kembali diletakkan di atasnya dan dilapisi lagi dengan menggunakan rumput-rumputan yang tebal.

3. Daging babi yang telah dimasukkan ditutupi lagi dengan daun-daunan. Tak lupa setelah itu batu-batu panas kembali diletakkan di atasnya dan dilapisi lagi dengan menggunakan rumput-rumputan yang tebal. (Tempo.co).
3. Daging babi yang telah dimasukkan ditutupi lagi dengan daun-daunan. Tak lupa setelah itu batu-batu panas kembali diletakkan di atasnya dan dilapisi lagi dengan menggunakan rumput-rumputan yang tebal. (Tempo.co).
Terakhir barulah menaburinya dengan tanah dengan tujuan agar panas yang berasal dari batu tidak menguap. Kemudian menunggu sekitar 60 sampai 90 menit sampai daging babi matang dan tidak lupa untuk memberikan garam dan penyedap rasa.

Setelah makanan atau hidangan matang, semua suku Papua berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan mulai makan bersama. Para ibu-ibu membagikan sayur mayur dan ubi-ubian kepada tiap-tiap kelompok. Sementara kepala suku dan asistenya akan mengangkat dan memotong-motong daging babi yang dimasak. Daging babi yang dimasak harus cukup untuk setiap orang yang datang.

Setelah daging-daging dipotong-potong, seorang ibu akan datang membawa Noken (tas tradisional Papua) dan memasukkan daging-daging itu ke dalam noken untuk selanjutnya dibagikan kepada kelompok-kelompok warga yang hadir.

Selesai makan biasanya mereka mengadakan acara goyang yang diiringi dengan musik dan lagu daerah mereka yang namanya Weya Rabo/Wisisi dan Besek. Melalui acara goyang ini juga dijadikan ajang mencari jodoh atau saling jatuh cinta antara pria dan wanita.

5. Waktu Pesta: Orang Tribal Papua berpartisipasi dalam tarian perang Papua selama pesta Bakar Batu. Upacara ini biasanya diadakan di lapangan besar ketika itu adalah ungkapan rasa syukur atau simbol perdamaian (www.dailymail.co).
5. Waktu Pesta: Orang Tribal Papua berpartisipasi dalam tarian perang Papua selama pesta Bakar Batu. Upacara ini biasanya diadakan di lapangan besar ketika itu adalah ungkapan rasa syukur atau simbol perdamaian (www.dailymail.co).
Jika tujuan bakar batu ini adalah untuk upacara kematian, maka prosesinya beda lagi. Dalam hal ini, berbagai kerabat membawa babi sebagai tanda belasungkawa. Jika tidak membawa babi, mereka akan membawa bungkusan yang berisi tembakau, rokok kretek, kopi, garam, gula, mimyak goreng dan ikan asin. Hal lain yang dilakukan yaitu ketika mengucapkan belasungkawa, maka masing-masing harus berciuman pipi dan berpelukan erat.

Pesta Bakar Batu menjadi acara ataupun tradisi yang paling dinantikan warga Papua. Mereka bahkan rela meninggalkan dan menelantarkan ladang dengan tidak bekerja selama berhari-hari untuk mempersiapkan pesta ini. Pesta ini dipercaya mengangkat solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Disamping itu, mereka juga bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membiayai pesta ini.

Tradisi unik Bakar Batu sebenarnya sudah lama ada. Namun selama ini tradisinya tertutupi arus modernisasi.  Keunikan dari tradisi ini saya yakin akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang, baik mancanegara dan lokal.

Bertemu dan Menyapa Dengan Hiu Paus

Salah satu daya tarik tersembunyi di perairan Papua tepatnya di Kaimana adalah Hiu Paus. Hiu paus dengan nama latin Rhincodon typus adalah pemakan plankton yang merupakan spesies ikan terbesar. Ukuran tubuhnya yang besarlah yang membuat ikan ini disebut Hiu Paus atau Whale Shark dalam bahasa inggris.

Bupati Kaimana Matias Mairuma mengatakan terdapat sekitar 15 ekor hiu paus yang sering berkeliaran di wilayah perairan sekitar Kaimana. Yang menarik dari hius paus di Kaimana adalah satwa ini bisa ditemui setiap pagi di setiap hari bahkan sepanjang tahun. Karena hiu ini rupanya menetap di Kaimana dan tidak melakukan migrasi. Itu berdeda dengan di tempat-tempat lain, yang hanya bisa ditemui pada saat saat tertentu saja.

Lembaga konservasi internasional yang pernah mengunjungi Kaimana mengatakan hiu paus biasanya tidak meentap di satu tempat dan melakukan migrasi. Namun hal ini tidak berlaku bagi hiu paus yang ada di perairan Kaimana. Hal ini diduga ketersediaan sumber makanan yang cukup serta iklim yang cocok di perairan Kaimana bagi hiu paus. Dugaan ini pun cukup beralasan, karena nelayan setempat yang mencari ikan di perairan Kaimana selalu memberi makan hiu paus itu. Hal itu sudah berlangsung puluhan tahun seperti yang terlihat pada video berikut:

Hiu-hiu paus ini diberi makan ikan-ikan kecil yang tidak dibawa pulang nelayan karena memang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Hiu paus biasanya datang ke lokasi penangkapan ikan nelayan sekitar pukul 05.00 hinggga 08.00 WIT. Para nelayan kadang terus melemparkan ikan-ikan kecil ke dalam laut untuk menarik perhatian hiu-hiu paus agar tetap mendekat. Setelah diberi makan, koloni hiu paus biasanya akan pergi dan akan kembali keesokan paginya.

Meskipun berukuran besar, hiu paus bukanlah ikan yang berbahaya bagi manusia. Hiu paus adalah hewan yang jinak, bisa diajak berenang dan bercengkrama bersama. Koloni hiu paus biasanya membiarkan para penyelam dan nelayan untuk mendekat, menyentuh, bahkan menungganginya. Berbeda dengan beberapa jenis hiu lain, hiu paus tidak memiliki gigi-gigi yang tajam. Untuk makan ikan ini terlihat menghisap ikan-ikan kecil yang ada di depan mulutnya.

Menurut para nelayan di perairan Kaimana, hiu-hiu paus itu sangat lembut dalam berenang dan sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran manusia. Para wisatawan yang datang bisa menyelam, mendekat dan menyentuhnya (lihat video di bawah). Wah tentu sensasinya sangat asik dan luar biasa bisa bercengkrama, menunggangi bahkan berfoto dengan hewan laut yang satu ini.

Hiu paus bisa ditemui di teluk Bicari, yaitu di antara Kampung Maimai di daratan Papua dan Tanjung Erana di Pulau Namatota. Dari pelabuhan Kaimana, butuh waktu sekitar 50 menit menggunakan perahu motor berkecepatan tinggi untuk mencapai lokasi. Wisatawan yang datang, akan dapat melihat dan bercengkrama dengan kawanan hiu paus yang terbilang unik dan eksotis ini. Tentu ini akan menjadi pengalaman unik dan menarik. Yang terpenting adalah berangkat pagi-pagi karena di atas pukul 08.00 hiu paus biasanya sudah kembali ke lautan lepas.

Kemas Ulang Pariwisata Papua

Mengemas ulang pariwisata Papua menjadi langkah penting untuk dilakukan demi mengangkat potensi daerah dan menggerakkan roda ekonomi. Melalui dukungan semua pihak, khususnya masyarakat dan pelaku wisata, saya yakin Pemerintah Papua akan terus berupaya memajukan industri pariwisata Papua melaui empat pilar, yaitu pembangunan destinasi, pengembangan industri, peningkatan pemasaran dan penguatan kelembagaan (SDM).

Karena itu pula diperlukan kerja keras dari semua pihak, khusunya pelaku industri pariwisata, kepala daerah atau walikota sebagai CEO di kabupaten/kota hingga management bandara untuk mempromosikan Papua. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain,

  • Melakukan pembenahan, pembangunan destinasi wisata baru di daerah dan Pengembangan industri wisata Papua.
  • Peningkatan SDM pelaku industri melalui pelatihan, kompetensi dan sertfikasi.
  • Melakukan promosi wisata Papua sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia hingga dunia.
  • Mengembangkan sumber daya budaya tertentu seperti tradisi bakar batu, untuk dimanfaatkan bagi tujuan wisata.
  • Mempersiapkan berbagai even wisata dan budaya Papua yang menarik dan berskala internasional, sehingga masyarakat Indonesia dan dunia lebih dekat mengenal wilayah papua. Seperti Sail Raja Ampat yang di dalamnya memfasilitasi pelestarian budaya melalui gelar budaya, dalam  rangka melestarikan keberagaman dan kekhasan daerah.

***

Papua , pulau paling timur Nusantara memiliki keunikan tradisi dan potensi bahari yang mengagumkan. Keunikan dan keeksotisan ini tentu harus dijaga sebagai aset yang mampu mendongkrak kehidupan ekonomi masyarakatnya. Kebudayaan lokal seperti Bakar Batu dan potensi bahari seperti Hiu Paus merupakan warisan yang sangat berpotensi untuk menopang suatu daerah menjadi daerah yang berkarakter dan mengangkatnya menjadi daerah yang maju. 

Dan saya yakin semua hal terutama terkait budaya dan seni dapat dijadikan sebagai mata pencaharian, sehingga  perlu upaya untuk melestarikan dan mengajarkan secara turun temurun kepada generasi muda. Kemudian mengemasnya dengan menarik  untuk dapat “dijual” ke industri pariwisata, sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis nasional maupun internasional agar berkunjung ke Tanah Mutiara Hitam ini.

URL Post Facebook: @Icha Farissa

URL Post Twitter: @Icha_Farissa18

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun