Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Lautan dan Matahari, Baterai Raksasa yang Luar Biasa

1 Desember 2016   22:50 Diperbarui: 4 Desember 2016   10:59 2163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu-satunya teknologi panel surya yang berada di daerah sekitar tempat tinggalku, tepatnya di Desa Reusak Kec. Samatiga Kab. Aceh Barat. (dok pri)

Kebutuhan listrik di Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan. Data proyeksi kebutuhan listrik yang dikeluarkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dari tahun 2003 s/d 2020 sekitar 6,5 % pertahun, dengan petumbuhan listrik di sektor komersial yang tertinggi yaitu sekitar 7,3 % per tahun dan disusul sektor rumah tangga dengan pertumbuhan kebutuhan listrik sebesar 6,9 % per tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut, pemerintah Indonesia telah mencanangkan mega proyek pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas 35.000 megawatt (MW) selama 5 tahun. Untuk mencapai ketersediaan tersebut saya pikir ada baiknya beberapa pembangkit memanfaatkan tenaga alam yang ramah lingkungan yang tersedia cukup banyak di Indonesia, seperti cahaya matahari, air, angin dan sumber energi nir-konvensional yang terbaharui dari lautan.

1. Energi Listrik dari Laut

Banyak potensi yang dapat digali dari luasnya lautan yang dimiliki Indonesia, salah satunya yakni sebagai sumber energi listrik. Energi laut  merupakan alternatif energi terbaharui, termasuk sumber daya non-hayati yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Selain menjadi sumber pangan, laut juga mengandung berbagai macam sumber daya energi yang keberadaannya semakin signifikan manakala energi yang bersumber dari bahan bakar fosil semakin menipis.

Diperkirakan potensi laut mampu memenuhi empat kali kebutuhan listrik dunia sehingga tidak mengherankan jika berbagai negara maju terus berlomba memanfaatkan energi ini. Secara umum lautan dapat memproduksi dua tipe energi yaitu energi dari kandungan air laut, perbedaan suhu dan salinitas (termodinamika) serta energi gelombang dan arus (mekanika/kinetika).

Tanda bahwa air laut mengandung arus listrik adalah adanya unsur Natrium Chlorida (NaCl) yang tinggi. Dan oleh H2O (air) diuraukan menjadi Na+ dan Cl-. Dengan adanya partikel muatan bebas itu, maka ada arus listrik. Dari beberapa percobaaan sederhana, dua liter air laut sebagai elektrolit dialirkan ke rangkaian Grafit (anoda) dan Seng atau Zn (katoda) mampu menghasilkan tegangan 1,6 volt.  Percobaan lanjutan dengan mengunakan air laut sebanyak 400 liter dan accu (aki) bekas 12 volt mampu menghasilkan 9,2 – 11,8 volt.

Pada prinsipnya, air laut yang mengandung garam masuk ke dalam baterai (tabung aki), sehingga muncul reaksi yang menimbulkan tegangan. Besarnya arus dan tegangan yang dihasilkan tergantung dari kapasitas baterai atau aki. Semakin banyak aki yang digunakan dan tekanan air laut semakin besar, maka arus atau tegangan yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Dengan demikian, apabila percobaan dilakukan di pantai, maka energi listrik yang dihasilkan juga semakin besar.

Indonesia yang memiliki wilayah perairan laut yang melimpah, seperti selat, pantai, teluk atau kepulauan sangat cocok untuk mengembangkan energi listrik dari laut. Wilayah Manado dan Kepulauan Bangka Belitung misalnya, dengan Teknologi Tidal Turbines pada luasan sepanjang 3 km2 saja minimum menghasilkan 30 MW, sudah cukup memenuhi kebutuhan listrik Manado dan Bangka Belitung yang sebesar sekitar 25- 30 MW.

Teknologi Tidal Turbines, sumber gambar: meikieruputra.blogdetik.com
Teknologi Tidal Turbines, sumber gambar: meikieruputra.blogdetik.com
Teknologi Tidal Turbines, terlihat seperti turbin angin, sering tersusun dalam baris tapi berada di dalam air. Arus pasang surut memutar turbin untuk menciptakan energi.Teknologi ini berfungsi sangat baik pada arus pantai yang bergerak sekitar 3.6 dan 4.9 knots (4 dan 5.5 mph).

Pada kecepatan ini, turbin arus berdiameter 15 meter dapat menghasilkan energi sama dengan turbin angin yang berdiameter 60 meter. Lokasi ideal turbin arus pasang surut ini tentunya dekat dengan pantai pada kedalaman antara 20-30 meter. Energi listrik yang dihasilkan menurut Perusahaan Marine Current Turbine-Inggris adalah lebih besar dari 10 MW per 1 km2, dan 42 lokasi yang berpotensi di Inggris telah teridentifikasi perusahaan ini.

Selain  tidal turbine, ada juga Teknologi Tidal Fence yang biasanya dibangun antar pulau-pulau kecil, antar daratan dan pulau-pulau, atau antar pulau di antara selat yang juga dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung antar pulau, minimum menghasilkan 200 MW, sudah lebih cukup mememenuhi kebutuhan listrik Sulawesi Utara yang hanya 133 MW. Putaran terjadi karena arus pasang surut untuk menghasilkan energi.

Teknologi Tidal Fences, sumber gambar: meikieruputra.blogdetik.com
Teknologi Tidal Fences, sumber gambar: meikieruputra.blogdetik.com
   2. Energi Listrik Dari Matahari (Panel sel surya/solar cells)

Di negara-negara luar sudah banyak yang menggunakan pembangkit listrik tenaga surya. Mungkin beberapa dari kita pernah melihat di sisi –sisi jalan ada beberapa lampu penerang jalan yang bersumber dari tenaga surya. Namun apakah kita siap untuk dapat mewujudkan sumber pembangkit listrik tenaga surya?

Satu-satunya teknologi panel surya yang berada di daerah sekitar tempat tinggalku, tepatnya di Desa Reusak Kec. Samatiga Kab. Aceh Barat. (dok pri)
Satu-satunya teknologi panel surya yang berada di daerah sekitar tempat tinggalku, tepatnya di Desa Reusak Kec. Samatiga Kab. Aceh Barat. (dok pri)
Selain karunia lautan, Indonesia juga memiliki karunia sinar matahari. Hampir di setiap pelosok, matahari menyinari sepanjang pagi sampai sore. Energi yang dipancarkan dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan panel sel surya (solar cells). Solar Cells adalah teknologi merubah sinar matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan photovoltaics.
Teknologi solar cell yang satu-satunya kini ada di daerah tempat tinggalku, Samatiga Aceh Barat, merubah sinar matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan photovoltaics. (dok pri)
Teknologi solar cell yang satu-satunya kini ada di daerah tempat tinggalku, Samatiga Aceh Barat, merubah sinar matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan photovoltaics. (dok pri)
Secara umum cara penggunaan tenaga matahari ini dibagi dua yakni aktif dan pasif. Penggunaan secara aktif yaitu menggunakan teknologi panel photovoltaics atau panel tenaga surya untuk mengumpulkan energi listrik.  Sementara cara penggunaan pasif adalah dengan cara mengatur arah bangunan, menggunakan material yang menyerap panas dan desain bangunan yang secara alami memperlancar sirkulasi udara di dalam bangunan.

Solar panel sebagai komponen penting pembangkit listrik tenaga surya, mengubah sinar matahari menjadi tenaga listrik menjadi sangat cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia. Umumnya kita menghitung maksimun sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi sampai sore disimpan dalam baterai, sehingga listrik dapat digunakan pada malam hari.

Keunggulan energi listrik dari laut dan matahari

Pembangkit listrik tenaga laut dan matahari memiliki keunggulan yakni merupakan energy terbarukan/tidak pernah habis, ramah lingkungan, sangat menjanjikan dan tidak membutuhkan banyak dana. Sebagai salah satu alternatif  untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan uap (dengan minyak dan batubara). Bayangkan pengusahaan penambangan minyak dan batubara yang merusak lingkungan, pembuatan pembangkit listrik tenaga uap dan distribusi tenaga listriknya, yang semuanya dibangun dengan biaya besar.

Memang pada tahap awal biaya pembangunan energi lewat pembangkit listrik tenaga laut masih mahal, namun justru lebih bersih dari kemungkinan pencemaran dan dampak lingkungan lainnya. Bahkan jika dibandingkan dengan tenaga angin dan air, masih berpeluang merusak alam.

Para ahli dunia memprediksi, biaya untuk pembangkit listrik tenaga laut dan matahari akan menurun seiring dengan berkembangnya teknologi dan akan segera mendapatkan keuntungan pasar. Sekali dibangun, instalasi energi listrik laut dan matahari akan memiliki biaya operasi dan perawatan yang rendah, bahkan praktis, tidak memerlukan perawatan kerena bahan baku utama yang digunakan bukan bahan bakar fosil, namun  air laut dan sinar matahari yang tersedia gratis selama bumi masih ada atau belum kiamat. Jadi umur energi laut dan matahari (panel sel surya) sangat panjang, menjadi inverstasi jangka panjang.

***

Laut sebagai perbatasan paling akhir (Last Frontier) di bumi dan matahari sebagai sumber energi cahaya terbaik di bumi dan alam semesta, saya pikir memang akan menjadi tujuan akhir menjawab tantangan kekurangan energi. Dan Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa, hampir sepanjang tahun mendapat cahaya matahari dan sekaligus memiliki lautan yang luas serta garis lingkar pantai yang panjang. Artinya kita memiliki sumber energi potensial yang sangat besar dan tidak ada habisnya. Atau dengan kata lain, lautan dan matahari adalah baterai laut dan baterai angkasa raksasa yang luar biasa, yang akan memberikan sumber energi alternatif tak terbatas kepada kita.

Dengan kondisi alam seperti ini, sudah semestinya kita tidak perlu khawatir akan kehabisan sumber energi. Persoalannya tinggal bagaimana kualitas  sumber daya manusia di dalamnya  baik di pemerinatahan dan institisi-intitusi pendidikan dalam memanfaatkan, mengelola, dan mengembangkan potensi ini. Dan dalam kondisi ancaman pemanasan global pula, sudah saatnya kita pilih para pemimpin yang lebih berwawasan lingkungan, yang mendorong lahirnya sumber daya manuasia dan teknologi serta menjadikan lingkungan sebagai barometer dalam pengambilan keputusan. Semoga juga segera lahir di tengah-tengah kita generasi penerus yakni para anak-anak bangsa yang kreatif dan inovatif dalam menyikapi krisis energi dan menyelamatkan kita dari pemanasan global dan perubahan iklim.

Facebook dan Twitter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun