Sejak 2003, alokasi gas bumi untuk domestik naik rata-rata 9 persen tahun. Pada 2014, volume alokasi gas untuk kebutuhan domestik sudah melebihi volume ekspor.  Tahun ini, komitmen penyaluran gas untuk domestik  mencapai 4.403 miliar British Thermal Unit per hari (BBTUD) atau 61 %. Sedangkan untuk ekspor sebesar 2.836 BBTUD. Hanya saja, kondisi geografis Indonesia membuat gas dari lapangan minyak dan gas bumi tidak seluruhnya disalurkan melalui pipa.
Penyaluran gas bumi ke pengguna akhir sendiri dapat dilakukan dalam beberapa cara.
Pertama, gas dialirkan ke konsumen melalui pipa. Opsi ini terbilang paling mudah, paling cepat, serta dapat langsung menjangkau lokasi konsumen. Juga tidak membutuhkan dukungan fasilitas pemrosesan yang rumit. Infrastruktur yang terpasang dapat dihubungkan dengan sumber-sumber pasokan dan konsumen baru sehingga membentuk jaringan infrastruktur yang besar dan saling terkait. Hanya saja, penyaluran gas melalui pipa dinilai ekonomis hingga jarak 3.200 km saja untuk darat dan 1.600 km untuk laut.
Kedua, gas disalurkan ke konsumen dengan lebih dulu mengubahnya menjadi Compressed Natural Gas (CNG) atau gas alam terkompresi. CNG dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. Gas dimampatkan dan disimpan dalam tabung bertekanan (dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder) dan didistribusikan atau dibawa ke konsumen. Tekanan pemampatan disesuaikan dengan kemampuan fasilitas penyimpanan dan kebutuhan konsumen.
Ketiga, gas diubah menjadi produk berbentuk cair (gastoliquid/GTL), seperti minyak pelumas, dimethyl ether (DME), methanol, olefin dan lainnya. Potensi komersialisasi GTL sangat menjanjikan karena produk yang dihasilkan dapat menggantikan beberapa produk turunan dari minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi.
Keempat, gas dikonversi sekaligus disalurkan ke konsumen sebagai energi listrik. Pada opsi ini, gas dipasok sebagai sumber energi yang dibakar di pusat pembangkit listrik tenaga gas. Energi listrik yang dihasilkan, kemudian disalurkan ke konsumen melalui jaringan listrik. Peran gas sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik semakin dominan terutama dengan semakin majunya peralatan turbin gas, baik dari sisi inovasi teknologi maupun penemuan material yang mampu dan tahan digunakan pada suhu sangat tinggi.
Kelima, gas dicairkan untuk memudahkan pegangkutan dari lapangan migas ke konsumen. Teknologinya relatif sederhana, berbeda dengan proses di industri petrokomia seperti pupuk atau proses pengolahan minyak mentah di kilang minyak. Ada dua pilihan metode untuk mencairkan gas yakni:
- Gas dimampatkan hingga bentuknya berubah menjadi cair. Metode ini digunakan untuk memproduksi Liquefied Petroleum Gas (LPG) bertekanan. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Transportasi jarak jauh untuk LPG bertekanan dilakukan menggunakan kapal tanker (sejenis dengan tanker LPG) dengan konstruksi dan ketebalan dinding yang disesuaikan dengan kemampuan untuk menahan tekanan muatan di dalamnya. Di Indonesia, LPG bertekanan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan industri kecil dan rumah tangga.
- Mendinginkan gas hingga melewati titik cair. Namun, metode ini membutuhkan tambahan fasilitas dan infrastruktur yang mahal. Metode ini digunakan untuk mencairkan gas menjadi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dan menghasilkan LPG bersuhu rendah. Pencairan gas dilakukan untuk mempermudah transportasi gas ke konsumen. Transportasi gas cair ini dilakukan menggunakan tanker yang dirancang khusus untuk menyimpan muatan bersuhu sangat rendah. LNG diangkut dalam bentuk gas cair bersuhu minus 160 derajat Celsius. Sedangkan LPG bersuhu rendah diangkut pada sushu minus 40 derajat Celsius. Diterminal penerima, LNG atau LPG dialirkan ke fasilitas regasifikasi untuk diubah kembali menjadi gas dan disalurkan lewat pipa ke pengguna akhir.
Pemenuhan pasokan energi yang mencukupi bagi negara sangatlah penting. Meski tidak dapat menggantikan seluruh fungsi dan manfaat yang diberikan minyak bumi. Gas bumi sendiri diprediksi bakal menjadi tulang punggung bauran energi Indonesia. Gas Bumi diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak (BBM). Untuk itu pemanfaatan dan distribusi yang optimal berpotensi menjadikan gas bumi sebagai sumber energi yang dapat diandalkan.