Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Bersih dan Senyum, Dimulai dari Budaya 3 R (Reduce, Reuse, Recyle)

9 Oktober 2016   20:36 Diperbarui: 4 April 2017   18:22 4040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto dengan Nezatullah Ramadhan, pendiri Yayasan Nara Kreatif yang menghasilkan produk-produk ramah lingkungan. (foto dok pri).

Kompos yang telah selesai terfermentasi dan siap digunakan. Olah sampah organik jadi kompos, sebagai salah satu cara mewujudkan budaya bersih dan senyum. (foto dok pri).
Kompos yang telah selesai terfermentasi dan siap digunakan. Olah sampah organik jadi kompos, sebagai salah satu cara mewujudkan budaya bersih dan senyum. (foto dok pri).
***

Dengan budaya atau pola 3R ini, sampah akan terkurangi sejak dari sumbernya. Sisanya yang tidak dapat dikelola sendiri, barulah dikumpulkan petugas dan dikelola di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Prinsip ataupun pola 3R ini menjamin potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan sampah non organik sebagai bahan sekunder terutama kegiatan kerajinan dan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas dan lain-lain.

Pengurangan sampah dengan 3R memang bukan hal mudah untuk dilakukan, karena akan sangat tergantung pada kemauan masyarakat dalam mengubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi pola pemilah sampah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya baik langsung maupun tidak langsung seperti; Percontohan program dan kegiatan 3R, penyelenggaraan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R, Penyuluhan, Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat, serta pendidikan/kampanye lingkungan. Selanjutnya kegiatan 3R akan dapat dilakukan dengan mengedepankan pengelolaan sampah berbasis masyarakat secara lebih memadai dan dapat menjadi gerakan bersih nasional.

Penyelenggaraan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R berbasis masyarakat terutama di kawasan pemukiman yang rentan terhadap sampah, saya pikir sangat penting untuk dilakukan, karena dapat menentukan keberhasilan upaya-upaya yang lain. Untuk itu dalam penerapan TPS 3 R berbasis masyarakat di kawasan permukiman, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  • Komposisi dan karakteristik sampah, untuk memperkirakan jumlah sampah yang dapat dikurangi dan dimanfaatkan.
  • Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, untuk mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah 3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat.
  • Proses pemberdayaan masyarakat, untuk menyiapkan masyarakat dalam perubahan pola penangganan sampah dari proses konvensional “Kumpul-Angkut-Buang” menjadi “Minimalkan-Kumpul-Pilah-Olah-Angkut dan Buang Sisanya”.
  • Uji coba pengelolaan sebagai ajang pelatihan bagi masyarakat dalam melaksanakan berbagai metode 3R
  • Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman atau kemasan lainnya.
  • Minimalisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai dengan kebutuhan dan memilih bahan yang mengandung sedikit sampah.
  • Upaya  mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah menurut jenisnya, baik yang memiliki nilai ekonomis sebagai material daur ulang seperti kertas, plastik, gelas, logam dan lain-lain dengan cara sederhana dan mudah dilakukan masyarakat. Maupun sampah B3 rumah tangga seperti baterai bekas, bola lampu, aki, sisa insektisida dan lain-lain yang memerlukan penangganan khusus yang pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan.
  • Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber seperti rumah tangga, kantor, sekolah dll. Dengan komposter gentong yang alasnya dilubangi dan diisi kerikil dan sekam, merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukkan dalam gentong.
  • Keberlanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan proses pengelola sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.

***

Saya yakin, prinsip 3R ini sangat perlu dibudayakan dan manfaatnya secara tidak langsung akan merubah perilaku dan memotivasi masyarakat untuk mengelola sampah dengan pola 3 R, terutama sampah plastik. Karena selain dapat membuka ilmu persampahan untuk masyarakat dari segi lingkungan, seperti mengurangi tingkat pencemaran dan menjaga kebersihan. Juga dapat mengembangkan potensi ekonomi dan jaringan usaha masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang terbuang menjadi nilai ekonomis. Selain itu peran dan dukungan dari pemerintah, swasta dan CSR nya, terkait dengan sosialisasi dan dana akan sangat membatu dalam pengembangan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R ini.

Ayo jadikan Indonesia bersih berseri, sehat serta penuh senyuman dengan budaya 3R. Apalagi pepatah juga mengatakan "Kebersihan itu sebagian dari Iman". Kalau tidak, berarti negeri kita tidak ada orang beriman. 

***

Facebook dan Twitter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun