Setiap tahunnya dalam satu bulan sekali di daerah tempat tinggalku yakni Kabupaten Aceh Barat selalu diadakan peringatan gerakan nasional Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) tingkat kabupaten. Tentunya juga kabupaten-kabupaten lain di Indonesia juga melaksanakan hal serupa. Dengan latar belakang kondisi kabupaten Aceh Barat yang terdiri dari 12 kecamatan, 322 desa dengan jumlah penduduk lebih kurang 190 ribu, yang sebagian besar berdomisili di wilayah pedesaan dengan mayoritas profesi sebagai petani, maka, semangat bulan bakti gotong royong ini sangat relevan dengan semangat masyarakat Aceh Barat yang agraris dengan pola hidup gotong royong di dalam sendi kehidupan masyarakatnya.
Bagi kabupaten Aceh Barat, kegiatan bulan bakti gotong royong seperti ini merupakan pencerminan aspirasi yang digerakkan dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan yang di mulai dari desa. Hal ini sesuai dengan visi dan misi Bupati Aceh Barat dalam melaksanakan pembangunan yang di mulai dari desa. Di sisi lain, pembangunan pedesaan harus menjadi barometer keberhasilan pembangunan nasional, karena sebahagian besar rakyat indonesia berdomisili di pedesaan.
Selain itu, masyarakat desa selalu dikonotasikan dengan ciri tradisional, kuatnya ikatan dengan alam dan persaudaraan serta eratnya ikatan dalam kelompok. Dan sejatinya untuk keberhasilan pembangunan suatu daerah bahkan negara harus di mulai dari desa. Maka pembangunan desa harus diperkuat, baik secara fisik maupun non fisik, sehingga apabila desa telah maju, maka secara otomatis kota juga ikut maju, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Gotong-royong sebenarnya merupakan ciri khas budaya bangsa indonesia sejak dahulu. Sejarah membuktikan, bahwa negara ini juga di bangun oleh bangsa indonesia secara bersama-sama, yang dilandasi dengan semangat gotong royong. Namun seiring perjalanan waktu oleh pengaruh globalisasi, perkembangan teknologi, masuknya pengaruh budaya luar yang sangat individual saat ini, dan selalu mengedepankan uang dalam melaksanakan kegiatan dalam masyarakat, rasa kebersamaan dan gotong-royong semakin memudar, kepekaan sosial mulai berkurang, tegur sapa dan bercengkrama serta kesadaran saling membantu sudah mulai luntur. Hal tersebut semakin diperparah, dimana generasi muda kita sudah sangat kurang berpartisipasi dalam gotong royong bahkan generasi muda kita juga sudah sangat jarang terlibat dalam kondisi sosial, mereka cenderung lebih tertarik dengan perkembangan teknologi padahal  teknologi sifatnya sangat terbatas.
Oleh karena itu, Â kegiatan pencanangan bulan bakti gotong royong mampu menjadi media menyadarkan dan memotivasi diri kita sendiri dan masyarakat untuk mengelorakan kembali semangat gotong royong yang mulai memudar, membudayakan kembali pola hidup gotog royong, meningkatkan kembali kepekaan sosial demi untuk membangun dirinya dan daerah dengan semangat bergotong royong, sehingga juga dapat bersanding dalam kemajuan seperti daerah lain. Walaupun secara ekonomi dan teknologi kita sudah cukup maju, namun semangat gotong royong tidak boleh pupus, karena dengan budaya gotong-royong yang dilandasi semangat kebersamaan akan membantu kita dalam mengatasi kesulitan yang kita alami.
***
Semangat gotong royong dan tolog menolong adalah modal utama untuk memperkuat kesejahteraan masyarakat. Pemerintah harus terus berupaya untuk menolong perubahan dan bantuan dalam bentuk segala aspek untuk meningkatkan perekonomian daerah. Semangat gotong royong dan tolong menolong di daerah saya selama ini masih cukup tinggi, terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan maupun keluarga yang memerlukan bantuan warga masyarakat lain, misalnya pembangunan berbagai sarana fisik dan non fisik yang telah dilakukan, termasuk pasca gempa dan tsunami beberapa tahun yang lalu, yang relatif memerlukan waktu lebih cepat.
Bahkan orang jepang yang bernama Toyo salah seorang relawan yang membantu korban tsunami waktu itu sampai kagum dengan kegotong-royongan yang berlangsung di masyarakat daerah kami, sehingga dia mengatakan, bahwa gotong royong tidak hanya berkaitan dengan masalah uang, tetapi yang lebih utama adalah bagaimana sama-sama berpikir mengenai masalah pribadi, kelompok, ataupun masyarakat untuk berembuk mencari kesimpulan yang terbaik bagi semua. Sehingga semangat kegotong-royongan ini akan tetap kental di hati masyarakat, Â yang pada akhirnya akan terbina kehidupan yang rukun, damai, penuh kekeluargaan dan kekerabatan.
Mudah-mudahan juga, semangat gotong-royong yang sudah membudaya dalam masyarakat kita dapat dipertahankan, dilestarikan  dan diwariskan kepada anak cucu, sehingga menjadi model dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera dan bermartabat. Mari kita bertekad, pembangunan Indonesia ke depan, dilaksanakan secara bersama-sama, dengan mengedepankan semangat gotong-royong, sebagai potensi efektif dalam melaksanakan pembangunan di bumi Indonesia, sekaligus menjadi barometer keberhasilan bangsa. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H