Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Money

Potret Harapan Masyarakat Ekonomi Lemah terhadap Hadirnya Perbankan Syariah

8 Mei 2016   18:36 Diperbarui: 8 Mei 2016   18:54 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebetulan hari kedua ini hari Sabtu dan merupakan hari libur bagi saya yang kerja kantoran dan saya pun datang ke pasar simpang tujuh Ulee Kareng ini pagi hari sekitar jam 9. Pagi itu terlihat orang-orang begitu sibuk dengan urusannya masing-masing. Para pedagang sibuk mengangkat barang dagangan ke tokonya masing-masing. Tukang ojek, tukang becak sibuk mencari sambil memanggil-mangil para pelanggan. Begitu juga dengan loper Koran terlihat sibuk menawarkan korannya ke setiap pengemudi kendaraan yang melintas di kawasan itu.

foto-6-572f1ff58023bd4308d7b0d3.jpg
foto-6-572f1ff58023bd4308d7b0d3.jpg
Suasana di pagi hari di salah satu simpang kawasan pasar simpang tujuh Ulee Kareng (dok pri).

"Maaf nak Dewi, saya belum bisa mengembalikan pinjaman modal kerupuk kemarin. Uangnya sudah saya kumpulkan, tapi hari ini saya sudah janji untuk mencarikan cicilan uang 500 ribu untuk membayar kontrakan rumah” ucap seorang ibu, saat saya ingin mengucapkan salam untuk berkunjung atau bersilaturahmi ke salah satu kios sederhana dengan nama “Usaha Kerupuk/Keripik Prima bu Titi” yang berada di salah satu simpang pingir/ruas jalan.  

Pada saat saya berkunjung, sang penagih modal yang bernama Dewi itu tidak berbicara  banyak lagi dan berujar

“Saya meminta agar uang pinjaman itu bisa masuk ke nomor rekening saya awal bulan depan, jika tidak saya akan sita kios ini.” Ujarnya sambil berlalu pergi.

“Kenapa ibu mencari pinjaman modal dari orang lain?” Tanyaku.

“Saya butuh pinjaman modal untuk membuka usaha nak dan ingin sekali mengembangkan usaha, ya usaha kerupuk ini, namun terkendala dengan dana, jika untuk melakukan pinjaman di bank maka bunganya tinggi sekali. Akhirnya saya cari pinjaman sama orang, jika tidak mencari pinjaman dari mana saya bisa dapatkan uang, saya janda, anak satu lagi sekolah dan saya pun sudah tua,” sambil berkaca-kaca ibu yang bernama Titi bercerita dan berusaha untuk tidak pasrah.

Ibu Titi hanyalah seorang janda dengan satu anak yang berjualan kerupuk tepung di sebuah kios yang mirip seperti sebuah barak pengunsian. Dan saat ini keaadaan ibu Titi cukup memprihatinkan. Ia belum mampu/sulit untuk mengembalikan pinjaman modal untuk seorang yang telah meminjam modal usaha kepadanya. Dan ia tak pernah tahu sampai kapan ia bisa mendapatkan sejumlah uang untuk mengembalikan pinjaman dan membayar kontrakan rumah.

“Ibu Titi, saat ini sudah hadir produk, jasa dan aktivitas perbankan syariah yang insya Allah akan dapat menjadi solusi kredit bagi pelaku UMKM seperti ibu. Pasalnya otomatis kredit di bank syariah tentu tidak membebankan peminjam (debitur) membayar bunga, melainkan peminjam mengembalikan pinjamannya berdasarkan bagi hasil atas keuntungan usahanya”. Ibu Titi tampak sumrigah mendegar apa yang saya katakan.

“Di Aceh sendiri bagaimana nak?”

“Insya Allah pada Agustus 2016 mendatang, Bank Aceh hampir dipastikan berubah menjadi bank syariah, karena proses konversi menuju syariah sedang berlangsung. Jadi ibu jangan khawatir lagi, ya tinggal berdoa saja agar semuanya lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun