Â
[caption caption="Sumber Inspirasi: astikaanindiya.blogspot.com "][/caption]
Minggu Kedua : Mengapresiasi Sebuah Novel
Udara pagi, kicauan burung menyambut
Membawa sekuntum petualang, menjelajah hamparan
Terdampar tawa-tawa murid-murid baru
Kehidupan adalah nyanyian
Musim ke musim datang silih berganti
Terkenang kayu asa dikisaran, di kota kecil Belitung
Â
Anak-anak ibu pertiwi
Berkelana dalam segala keterbatasan
Sepi terlahir  dengan sekolah miskin
Menyela diantara rindu-rindu…. mimpi-mimpi
Kami mengulum angin, menghadang ombak-ombak
Untuk ilmu begitu berat perjuangan
Â
Mereka  tak peduli tentang kehidupan sekolah kami
Ah! Tak ada jua yang tahu bagaimana
Kisah perjuangan kami menuju sekolah
Sebuah dunia yang tak tersentuh, sunyi menikam angan
Kecuali seorang pria berpakaian seperti ninja, ia seperti akan berangkat ke bulan
membawa asap putih, kamipun bersorak-sorak kegirangan
Â
Bulan, bintang dan matahari mengajarkan kami mengerti arti kebersamaan
Mengobarkan semangat kami yang selalu dirundung kesulitan dalam menempuh pendidikan
Memberi harapan dan keberanian untuk bangkit dari jurang kemiskinan
Berjuang pantang menyerah untuk kami, diri kami dan hidup kami
Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya
Bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya
Â
Indahnya senja pelangi
Ajari kami tentang dunia
Menuntun menemukan keceriaan
Melihat peluang bukan hambatan
Menjadi pemimpi sejati
Karena hidup penuh aroma
***Â
Tanjung Meulaboh, 11 Maret 2016
Â
Terinspirasi novel LASKAR PELANGI karya ANDREA HIRATA
Novel berjudul Laskar Pelangi bercerita kehidupan kanak-kanak beberapa bocah di Belitong, kisah khas anak-anak yang memandang dunia dengan ambisi yang sederhana dan semangat mereka yang lain untuk meraih ilmu. Andrea Hirata memulainya dengan kisah miris dunia pendidikan di Indonesia dimana sebuah sekolah yang keurangan murid hendak ditutup. Namun, karena murid yang terdaftar genap 10, sekolah dengan bangunan seadanya tersebut tetap diijinkan beraktifitas seperti biasanya. Ke-sepuluh murid tersebut mengatasnamakan diri mereka sebagai laskar pelangi, nama yang diberikan guru mereka bernama Bu Mus, oleh karena kegemaran mereka terhadap pelangi. Perjalanan mereka dipenuhi kejadian yang tak terduga. Secara perlahan mereka menemukan keunggulan di dalam diri dan persahabatan. Ini mungkin yang menjadi titik fokus Andrea Hirata.
Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.
***
Karya ini di ikutsertakan dalam rangka memeriahkan HUT Perdana Rumpies The ClubÂ
[caption caption="Sumber Ilustrasi: RumpiesTheClub@dok"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H