Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hidrogen Solusi Energi Pilihan Masa Depan Bagi Pertamina untuk Indonesia

30 Desember 2015   22:57 Diperbarui: 4 April 2017   17:28 2880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di indonesia sendiri, pengembangan teknologi gasifikasi batubara untuk memproduksi bahan bakar gas hidrogen oleh Pertamina perlu dikembangkan. Salah satu alasannya adalah hidrogen sedikit atau malah tidak mengeluarkan CO2. Kita tahu CO2 adalah gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global. Pada tahun 2025, hidrogen diharapkan akan memberikan kontribusi sebesar 0,25% dalam bauran energi nasional atau sekitar enam juta setara barel minyak (SBM). Untuk itu, kajian dan arahan dari pemerintah untuk menggunakan gas hidrogen sebagai pengganti  bahan  bakar minyak (BBM) harus segera dapat dicanangkan ke depan.

Bila dalam implementasinya diperuntukan untuk bahan bakar transportasi, maka perlu dibangun plant dengan total kapasitas produksi sekitar 257.000 ton gas hidrogen. Gambaran harga hidrogen saat ini dalam skala produksi adalah US$ 3,5 per kilogram. Satu kilogram (1 kg) hidrogen sama dengan empat liter bensin.

Namun, dalam perkembangannya, harga hidrogen berpotensi berada di bawah harga internasional untuk BBM jenis premium. Untuk mencapai target dalam bauran energi nasional, diperlukan pembangunan plant hidrogen dengan total kapasitas produksi rata-rata 17.133,3 ton per tahun. Bila itu tercapai, akan memberikan dampak positif terhadap pengurangan emisi rata-rata 299.953,2 ton CO2 per tahun. Sedangkan dampak positif pada aspek sosial ekonomi adalah tersedianya lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

Daya tarik hidrogen terutama dalam bentuk sel bahan bakar hidrogen (hydrogen fuel cells). Penerapannya menjanjikan bahan bakar yang tidak terbatas dan tidak menyebabkan polusi, sehingga menyebabkan ketertarikan banyak perusahaan energi terkemuka di dunia, industri otomotif, maupun pemerintahan. Saat ini, kegunaan hydrogen fuel cells sangatlah bermacam-macam. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, hydrogen telah dimanfaatkan untuk bahan bakar transportasi baik untuk bus ataupun prototipe hampir semua perusahaan otomotif di AS dan pasar global. Selain itu, juga digunakan untuk pembangkit tenaga di perumahan, perkantoran dan dalam aplikasi kendaraan militer.

[caption caption="www.kompasiana.com"]

[/caption]

Rupanya, hidrogen tidak hanya dapat diterapkan sebagai bahan bakar alat transportasi. Teknologi fuel cell dapat juga diaplikasikan pada perangkat bergerak, khususnya telepon seluler. Teknologi ini ke depannya dapat menggantikan peran batu baterai pada telepon genggam.

Meski memiliki prospek cerah, pengembangan hidrogen memerlukan dana investasi yang tidak sedikit. Pendanaan pembangunan industri teknologi gasifikasi untuk produksi bahan bakar gas di samping berasal dari pemerintah, sangat diharapkan juga peran BUMN sekelas Pertamina dan juga sektor lain. Pemerintah bisa berkontribusi secara tidak langsung dengan memberikan subsidi tariff dan kredit investasi yang ditetapkan melalui feed in tarif dan insentif pendanaan. Sedangkan pihak  Pertamina ataupun sektor lain diharapkan dapat menyediakan modal secara langsung untuk membiayai pembangunan industri teknologi gasifikasi untuk produksi gas hidrogen tersebut. Total investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 228,2 juta per tahun.

Untuk berinvestasi di bidang hidrogen bukanlah perkara mudah, ada kendala dan tantangan yang harus dihadapi. Kendala itu di antaranya belum ada regulasi dan standardisasi dalam pemanfaatan gas hidrogen terutama untuk transportasi. Selain itu, belum ada identifikasi dan akses yang layak untuk pengembangan energi hidrogen di sektor transportasi. Tantangan lain, meskipun merupakan bahan bakar bersih, tetapi biaya produksinya masih tinggi serta memerlukan investasi yang tinggi pula untuk infrastruktur baru.

Sebagai bahan bakar, cara penyimpanan gas hidrogen membutuhkan konstruksi tangki bahan bakar yang berbeda dengan mobil biasa. Cara penyimpanan hydrogen cair juga bisa dibilang kompleks sebab konstruksi tangki tidak hanya harus tahan bocor, tetapi juga mampu menjaga agar hidrogen tetap dalam kondisi cair pada suhu -253 derajat Celcius. Untuk menjaga suhu rendah yang bisa membekukan air ini, diperlukan sistem pendukung yang praktis dan efisien yang saat ini juga perlu untuk dikembangkan.

[caption caption="Cara penyimpanan gas hidrogen membutuhkan konstruksi tangki bahan bakar yang berbeda dengan mobil biasa,tehnologihijau.blogspot.com."]

[/caption]

Konsumen tentu akan membutuhkan bahan bakar yang ekonomis, ramah lingkungan sekaligus aman. Teknologi dan pengetahuan dalam penggunaan bahan bakar secara aman, dapat ditemukan pada hidrogen. Jadi hidrogen sangat potensial sebagai energi bahan bakar yang mendukung penciptaan lingkungan yang bersih dan mengurangi ketergantungan mengimpor sumber energi. Sebelum energi memainkan peranan yang besar dan menjadi alternatif, banyak fasilitas dan sistem yang harus dipersiapkan, seperti fasilitas untuk memproduksi hidrogen, penyimpanan, dan pemindahannya. Namun saya yakin Indonesia dan Pertamina pasti bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun