Tidak dapat dipungkiri, di era modern dan serba digital ini, penyebaran informasi begitu luas apapun itu, baik yang positif maupun yang negatif dan relatif sulit dihindari. Informasi-informasi yang seharusnya diperuntukkan untuk orang dewasa, ternyata anak-anak juga dapat dengan mudah melihat, mengetahui dan menerimanya. Padahal informasi tersebut belum pantas ataupun layak sesuai dengan usianya. Inilah akibat dari kemajuan dan perkembangan teknologi informasi di abad ini yang ternyata telah memberikan dampak negatif pada anak terutama pada pola pikirnya. Seperti komputer, televisi dan internet dengan segala perangkatnya yang semakin murah dan dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari, sehingga memungkinkan akses yang semakin mudah oleh berbagai kalangan dan usia termasuk anak-anak.
Tentu tidak akan efektif bila kita sebagai orang tua hanya sekedar mengingatkan, memarahi dan melarang anak-anak kita, bila kita mendapatinya sedang menikmati informasi yang tergolong dewasa atau 17 Tahun ke atas, baik melalui media seperti media, internet, televisi, handphone ataupun alat-alat teknologi lain. Karena hal itu akan memunculkan rasa penasaran dan keingintahuan yang besar pada anak-anak dan ujung-ujungnya akan mudah tergoda untuk mencari tahu dalam bentuk praktek nyata, seperti yang kebanyakan diberitakan selama ini di berbagai media, baik media massa maupun media elektronik.
Terkait hal di atas, kunci utama untuk melindungi anak-anak atau buah hati kita dari dampak negatif kemajuan teknologi era globalisasi adalah dengan kita mampu tetap maksimalkan segi atau dampak positif dari teknologi tersebut. Artinya dampak positifnya diperbesar dan dampak negatifnya diperkecil atau dihilangkan. Ingat, melindungi adalah salah fungsi dari keluarga. Adapun maksud dari segi positif dari teknologi tersebut adalah komunikasi dan didikan yang baik. Komunikasi dan didikan merupakan dua faktor agar sukses menjadi orang tua yang sukses dalam membina dan mendidik keluarganya dan mempengaruhi perkembangan mental anak. Dua faktor tersebut juga saling mempengaruhi satu sama lain.
1. Komunikasi
Komunikasi antar orang tua dengan anak harus terjalin dengan baik, artinya anak merasa aman dan nyaman setiap kali berkomunikasi dengan orang tuanya. Komunikasi di sini adalah sarana yang paling efektif untuk saling memberikan informasi, saling belajar satu sama lain, saling memberikan pengertian, masukan, saran dan nasehat dalam mencapai kesepakatan dan win-win solution di setiap masalah apapun yang terjadi.
Kebencian, kemarahan, memaksa, melarang, menghujat, menghukum maupun tindakan emosional lainnya, cenderung akan meningkatkan perasaan negatif seperti tertekan, takut dan keinginan memberontak pada si anak, yang ujung-ujungnya akan menyulitkan orang tua dalam penanaman nilai dan moral secara tepat.
Oleh karena itu, akan semakin efektif jika dalam komunikasi yang baik itu ditanamkan nilai-nilai dan moral dibandingkan faktor luar. Hanya pada saat anak tidak merasa aman dan nyaman ketika ia berada di rumah, maka saat itulah faktor luar seperti teman, media dan teknologi akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan mental anak.
Lalu, bagaimana cara menjalin kominikasi yang efektif agar anak mudah memahami pengertian yang di maksud orang tua? Di sini dibutuhkan kesesuaian antara inti informasi yang dikomunikasikan orang tua dengan perkembangan mental anak yang umumnya mengikuti perkembangan usianya. Harus kita akui, perkembangan kecerdasan dapat semakin cepat dan dini berkat pengaruh gizi, lingkungan dan polah asuh. Namun sebaliknya, perkembangan mental perlu proses sinergi terus menerus antara orang tua, anak dan lingkungan. Hingga anak mulai mampu mengambil tanggung jawab secara mandiri di saat dewasa. Oleh sebap itu, perlu menanamkan nilai-nilai normatif yang dapat di coba oleh para orang tua dalam menjalin komunikasi dengan efektif. Ini dia.
a. Memanfaatkan kata-kata perumpamaan, lugas dan cerita-cerita dongeng yang mendidik.
Saat anak berusia di bawah sekurang-kurangnya 7 tahun, anak-anak biasanya akan lebih banyak bertanya. Orang tua harus menghidari jawaban yang sulit diterima akal sehatnya. Karena kelak di masa depan, anak akan sulit percaya kepada orang tua bila ternyata kenyataannya tidak seperti yang disampaikan orang tua. Maka dari itu, kata-kata perumpamaan dan gaya bahasa yang lugas akan memberikan jawaban yang mudah dimengerti dan terekam di memori anak. Sehingga kecerdasan kognitif anak dapat tereksplorasi. Contoh saat anak bertanya dari mana ia dilahirkan? Lebih baik orang tua memberikan jawaban dari “cinta” seperti cerita cinta dongeng Cinderella yang memang disukai anak-anak. Anak menyukai cerita karena dapat memancing imajinasinya. Dengan imajinasinya, anak akan berusaha memahami ceritanya dan dari “cinta” itulah anak dilahirkan, maka konsep terlahir dari “cinta resmi” melalui pernikahan menjadi norma yang terekam di imajinasi anak.
Ketika anak sudah memasuki masa remaja ke atas, nilai dan norma “cinta itu” sudah terekam di kepribadian anak. Sehingga selanjutnya tugas orang tua akan relatif mudah dan ringan dengan membimbing anak untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi organ tubuhnya yang sudah mulai matang. Baru pada saat itulah anak baru dapat belajar mengenai awal mula “proses biologis” terbentuknya kelahiran anak dengan nilai-nilai cinta tersebut yang sudah tertanam. Topik-topik sulit akan lebih mudah ditanggani ketika mereka semakin besar nanti.
Sejalan dengan hal di atas, sempatkan waktu untuk membacakan cerita-cerita bagi anak-anak anda, karena merupakan salah satu metode komunikasi yang efektif untuk membentuk dan membangun karakter anak. Cerita-cerita dongeng hewan yang inspiratif, penuh hikmah, di dalamya ada pesan dan nilai moral yang dapat diambil akan menjadi bagian penting dari proses pendidikan anak-anak. Dari pada anak menonton tayangan televisi yang masih jauh dari umurnya atau membaca tulisan-tulisan dari media yang sebenarnya tidak penting bagi anak. Tentu lebih baik disajikan cerita-cerita dongeng tersebut yang memiliki nilai-nilai penanaman karakter dan hikmah keteladanan dari setiap dongeng yang diceritakan. Mulailah membacakan cerita bagi anak semenjak mereka masih kecil, Setelah mereka lebih besar, doronglah si anak untuk membaca sendiri. Menanamkan kecintaan untuk membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan anak-anak anda mengalami pertumbuhan pribadi dan perkembangan revolusi mental anak maupun karirnya seumur hidup.
b. Menunjukkan kebahagiaan yang terpancar dari foto-foto perkawinan orang tua dan dokumen kelahiran anak.
Foto-foto indah perkawinan dan keluarga merupakan salah satu hasil cinta kasih yang diwujudkan dalam bentuk pernikahan resmi. Dan ini perlu diperlihatkan pada anak demi menanamkan revolusi mental mereka yang berbasis cinta kasih.
c. Meluangkan waktu bersama dengan anak-anak
Meluangkan waktu dengan anak akan lebih banyak dapat berkomunikasi dan mengatakan apa yang penting bagi anak (foto 2). Seperti menekankan dan selalu mengulang kata ayah dan ibu percaya sama adik (atau nama panggilan anak), dan bahwa adik akan selalu menggunakan kepercayaan ayah dan ibu dengan adik. Membiasakan untuk makan bersama-sama keluarga juga memberi anak-anak peluang untuk membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan, dan apa yang ingin mereka kerjakan. Begitu juga saat orang tua menemani anak saat menonton tv, internet, memegang handphone dan membaca media dan perangkat teknologi lain, orang tua harus mengetahui dan menguasai tentang teknologi informasi itu, sehingga dapat menjelaskan kepada anak mana yang harus ditonton, mana yang tidak, mana hal-hal yang ada dalam perangkat teknologi itu yang perlu dibimbing dan mana berita-berita atau informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara resmi. Dengan demikian, orang tua akan mampu mengontrol, membimbing dan mengarahkan si anak ke arah yang benar. Ini sangat penting dalam menjaga kondisi mental anak. Sehingga saat anak dewasa, ia akan relatif sudah siap untuk menjaga diri sendiri, terutama dari godaan-godaan dan hubungan terlarang. Selain itu dengan sering meluangkan waktu bersama dengan anak meski sibuk, anak-anak akan merasa diperhatikan dan disayangi. Jadi luangkan waktu dan dengarkanlah ide-ide serta persoalan mereka.
d. Yang terakhir, jalin dan mulailah berkomunikasi dengan baik
Jalin dan mulailah berkomunikasi dengan baik dengan anak-anak ketika mereka masih kecil walaupun ketika mereka melakukan kesalahan, upayakan untuk didengar oleh anak-anak anda.
2. Didikan
Sebagai orang tua, tentunya harus memiliki bekal pendidikan dalam membina keluarga dan mendidik anak-anaknya. Ingat, membina dan mendidik adalah salah satu fungsi dari keluarga. Kebanyakan orang tua tidak mempunyai bekal pendidikan yang khusus untuk mendidik dan membina anak-anak dalam keluarganya dan biasanya hanya berbekal pengalaman yang diterima dari orang tua si ayah atau si ibu. Belajar dan mencari informasi sebanyak mungkin tentang peran yang baik dan sukses orang tua dalam mendidik dan membina anak-anaknya dalam keluarga sangatlah penting, karena figur orang tua akan dijadikan contoh atau panutan oleh si anak dan ia akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Selain itu dengan belajar banyak hal terkait mendidik anak, orang tua akan dapat memahami proses tumbuh kembang anak dari tahap-tahap awal, balita hingga memasuki usia remaja dan seterusnya. Adapun cara –cara didikan itu demi perkembangan revolusi mental anak yang lebih baik antara lain:
a. Menanamkan kedisiplinan dan bimbingan
Menanamkan disiplin dan bimbingan dengan kasih sayang pasti sangat dibutuhkan oleh anak-anak kita. Bukan sebagai hukuman, melainkan untuk menetapkan batasan-batasan yang masuk akal. Ingatkanlah anak-anak kita akan ganjaran perbuatan mereka dan berikanlah imbalan yang berarti atas perilaku yang diinginkannya.
b. Menanamkan peran ayah
Para ayah adalah model peran bagi anak-anaknya, entah mereka menyadari atau tidak. Seorang anak perempuan yang melewatkan waktu dengan ayahnya yang penuh kasih, tumbuh dengan pengetahuan bahwa ia pantas diperlakukan dengan hormat oleh anak lelaki dan apa yang harus dicarinya dalam diri seorang suami. Peran para ayah juga dapat mengajari putera-puterinya apa yang penting dalam kehidupan ini dengan mengorasikan kejujuran, kerendahan hati dan tanggung jawab.
c. Menjadi guru dan panutan
Orang tua yang mengajari anak-anaknya tentang yang benar dan yang salah serta mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik akan melihat anak-anaknya mengambil pilhan yang juga baik. Panutan dari orang tua sangat penting, tanpa panutan yang sesuai dengan kenyataan yang dilihat anak, maka usaha orang tua untuk mendidik, menjalin komunikasi, membina dan melindungi anak-anak atau buah hati kita dari dampak negative terutama dari kemajuan teknologi menjadi kurang efektif ataupun akan sia-sia.
d. Memperlihatkan kasih sayang anda
Anak-anak pasti membutuhkan ketenteraman yang berasal dari mengetahui bahwa mereka diinginkan, mereka diterima dan dikasihi oleh keluarga. Anak-anak yang dibesarkan dan dididik dalam keluarga yang bahagia, di mana kedua orang tua dapat menjalin hubungan kasih sayang yang membahagiakan, maka akan tumbuh menjadi anak yang bahagia dan ceria.
Maka dari itu, orang tua perlu membiasakan diri merangkul anak-anaknya, bukan membiarkan mereka lepas begitu saja. Memperlihatkan cinta dan kasih sayang setiap harinya adalah cara terbaik untuk memberitahu mereka bahwa anda sayang kepada mereka. Ingat, cinta kasih merupakan salah satu fungsi dari keluarga. Dan mereka tidak perlu harus keluar rumah untuk mancari kasih sayang orang lain atau dari lingkungannya yang rentan dari pengaruh-pengaruh buruk.
e. Menjadi untuk selamanya
Tugas orang tua tidak pernah selesai, bahkan setelah anak-anak besar dan siap untuk meninggalkan rumah. Mereka akan selalu tetap mencari hikmat dan nasihat dari orang tuanya. Entah tentang meneruskan pendidikan, pekerjaan dan pernikahan. Para orang tua harus terus memainkan peran penting dalam kehidupan anak-anaknya dari mereka tumbuh, menikah hingga membangun keluarga sendiri.
Jangan beri handphone canggih pada anak
Orang tua adalah ujung tombak dalam perlindungan anak. Saya sebagai penulis, menghimbau seluruh orang tua agar jangan memberikan perangkat komunikasi seperti handphone gadget yang tergolong canggih kepada anak terutama yang masih duduk di bangku SD serta memanjakan mereka dengan fasilitas mewah yang akan cenderung membentuk mental anak menjadi ketergantungan dan pemalas. Kecanggihan handphone seperti gadget semakin memberikan dampak negatif terhadap pola pikir anak yang masih berkembang (foto 3).
Di satu sisi perangkat komunikasi seperti gadget memang mempermudah si anak berkomunikasi dengan oramg lain, terutama dengan orang tuanya. Namun sebenarnya dampak negatifnya lebih banyak, di mana si anak akan dengan mudah membuka atau mengakses situs-situs dan informasi-informasi berbahaya yang tentunya juga sangat berbahaya bagi perkembangan pola pikir si anak. Seperti situs-situs porno yang banyak tersebar bebas di internet, kekerasan, game-game yang tidak mendidik, hingga terorisme yang dapat mengubah pola pikir dan kepribadiannya. Begitu juga seperti informasi/berita mengenai free sex, gaya hidup bebas dan narkoba yang mudah di akses di gadget, yang dikhawatirkan anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan dan perkembangan akan menjadi atau melakukan seperti mereka baca atau lihat di handphone tersebut. Seperti adegan kekerasan yang bisa saja mereka contoh yang akhirnya cenderung melawan kepada orang tuanya. Selain itu, juga dikhawatirkan hidup anak akan menjadi individualis karena lupa bersosialisasi akibat kecanduan gadget.
Seperti yang telah diketahui, anak-anak belum dapat memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Anak-anak belum sepenuhnya dapat menyaring/menfilter dari segala informasi mereka dengar, lihat dan baca. Untuk itu orang tua tidak seharusnya memberikan semua yang diinginkan untuk si anak. Namun alangkah baiknya orang tua juga memberikan sesuatu benda atau barang atau hal lain agar si anak lebih kreatif dan senang bekerja sama dengan yang lain, bukan menjadi orang yang individualis. Seperti mengajak anak anda dan teman-temannya untuk bermain dengan permainan yang sifatnya edukatif tanpa mengunakan gadget atau melakukan permainan-permainan tradisional. Permainan-permainan edukatif (foto 4) seperti menyusun warna, permainan kartu, puzzle dan sempoa akan jauh lebih dapat melatih kreatifitas, ketangkasan, kecepatan, kerja sama tim dan karakter mental anak. Begitu juga dengan permainan tradisional yang membutuhkan kerja sama kelompok seperti main kelereng, lompat tali, ular naga, main bola dan layangan (foto 5). Sehingga pada akhirnya nanti, anak-anak akan lebih senang dan tertarik untuk kerja sama, belajar dan bermain kelompok dibandingkan hanya memanfaatkan handphone canggih seperti gadget untuk berkomunikasi, bermain maupun belajarnya, di samping komunikasi anda dengan anak anda akan semakin terjalin dengan baik.
Semoga orang tua dapat sukses menjalin komunikasi dan didikannya dengan si anak. Kita memang tidak dapat menghindari perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Tapi kita dapat belajar, mengontrol dan memperbaiki diri demi masa depan yang lebih baik. Sehingga harapan untuk meneruskan generasi yang cerdas, bermental bagus, berakhlak mulia, berkualitas untuk nusa dan bangsa di masa akan datang akan dapat terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H