Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peranan Komunikasi dan Didikan dalam Menanamkan Revolusi Mental Anak di Era Globalisasi

1 September 2015   23:07 Diperbarui: 1 September 2015   23:14 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


d. Yang terakhir, jalin dan mulailah berkomunikasi dengan baik
Jalin dan mulailah berkomunikasi dengan baik dengan anak-anak ketika mereka masih kecil walaupun ketika mereka melakukan kesalahan, upayakan untuk didengar oleh anak-anak anda.

2. Didikan
Sebagai orang tua, tentunya harus memiliki bekal pendidikan dalam membina keluarga dan mendidik anak-anaknya. Ingat, membina dan mendidik adalah salah satu fungsi dari keluarga. Kebanyakan orang tua tidak mempunyai bekal pendidikan yang khusus untuk mendidik dan membina anak-anak dalam keluarganya dan biasanya hanya berbekal pengalaman yang diterima dari orang tua si ayah atau si ibu. Belajar dan mencari informasi sebanyak mungkin tentang peran yang baik dan sukses orang tua dalam mendidik dan membina anak-anaknya dalam keluarga sangatlah penting, karena figur orang tua akan dijadikan contoh atau panutan oleh si anak dan ia akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Selain itu dengan belajar banyak hal terkait mendidik anak, orang tua akan dapat memahami proses tumbuh kembang anak dari tahap-tahap awal, balita hingga memasuki usia remaja dan seterusnya. Adapun cara –cara didikan itu demi perkembangan revolusi mental anak yang lebih baik antara lain:

a. Menanamkan kedisiplinan dan bimbingan
Menanamkan disiplin dan bimbingan dengan kasih sayang pasti sangat dibutuhkan oleh anak-anak kita. Bukan sebagai hukuman, melainkan untuk menetapkan batasan-batasan yang masuk akal. Ingatkanlah anak-anak kita akan ganjaran perbuatan mereka dan berikanlah imbalan yang berarti atas perilaku yang diinginkannya.


b. Menanamkan peran ayah
Para ayah adalah model peran bagi anak-anaknya, entah mereka menyadari atau tidak. Seorang anak perempuan yang melewatkan waktu dengan ayahnya yang penuh kasih, tumbuh dengan pengetahuan bahwa ia pantas diperlakukan dengan hormat oleh anak lelaki dan apa yang harus dicarinya dalam diri seorang suami. Peran para ayah juga dapat mengajari putera-puterinya apa yang penting dalam kehidupan ini dengan mengorasikan kejujuran, kerendahan hati dan tanggung jawab.


c. Menjadi guru dan panutan
Orang tua yang mengajari anak-anaknya tentang yang benar dan yang salah serta mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik akan melihat anak-anaknya mengambil pilhan yang juga baik. Panutan dari orang tua sangat penting, tanpa panutan yang sesuai dengan kenyataan yang dilihat anak, maka usaha orang tua untuk mendidik, menjalin komunikasi, membina dan melindungi anak-anak atau buah hati kita dari dampak negative terutama dari kemajuan teknologi menjadi kurang efektif ataupun akan sia-sia.


d. Memperlihatkan kasih sayang anda
Anak-anak pasti membutuhkan ketenteraman yang berasal dari mengetahui bahwa mereka diinginkan, mereka diterima dan dikasihi oleh keluarga. Anak-anak yang dibesarkan dan dididik dalam keluarga yang bahagia, di mana kedua orang tua dapat menjalin hubungan kasih sayang yang membahagiakan, maka akan tumbuh menjadi anak yang bahagia dan ceria.
Maka dari itu, orang tua perlu membiasakan diri merangkul anak-anaknya, bukan membiarkan mereka lepas begitu saja. Memperlihatkan cinta dan kasih sayang setiap harinya adalah cara terbaik untuk memberitahu mereka bahwa anda sayang kepada mereka. Ingat, cinta kasih merupakan salah satu fungsi dari keluarga. Dan mereka tidak perlu harus keluar rumah untuk mancari kasih sayang orang lain atau dari lingkungannya yang rentan dari pengaruh-pengaruh buruk.

e. Menjadi untuk selamanya
Tugas orang tua tidak pernah selesai, bahkan setelah anak-anak besar dan siap untuk meninggalkan rumah. Mereka akan selalu tetap mencari hikmat dan nasihat dari orang tuanya. Entah tentang meneruskan pendidikan, pekerjaan dan pernikahan. Para orang tua harus terus memainkan peran penting dalam kehidupan anak-anaknya dari mereka tumbuh, menikah hingga membangun keluarga sendiri.


Jangan beri handphone canggih pada anak
Orang tua adalah ujung tombak dalam perlindungan anak. Saya sebagai penulis, menghimbau seluruh orang tua agar jangan memberikan perangkat komunikasi seperti handphone gadget yang tergolong canggih kepada anak terutama yang masih duduk di bangku SD serta memanjakan mereka dengan fasilitas mewah yang akan cenderung membentuk mental anak menjadi ketergantungan dan pemalas. Kecanggihan handphone seperti gadget semakin memberikan dampak negatif terhadap pola pikir anak yang masih berkembang (foto 3).


Di satu sisi perangkat komunikasi seperti gadget memang mempermudah si anak berkomunikasi dengan oramg lain, terutama dengan orang tuanya. Namun sebenarnya dampak negatifnya lebih banyak, di mana si anak akan dengan mudah membuka atau mengakses situs-situs dan informasi-informasi berbahaya yang tentunya juga sangat berbahaya bagi perkembangan pola pikir si anak. Seperti situs-situs porno yang banyak tersebar bebas di internet, kekerasan, game-game yang tidak mendidik, hingga terorisme yang dapat mengubah pola pikir dan kepribadiannya. Begitu juga seperti informasi/berita mengenai free sex, gaya hidup bebas dan narkoba yang mudah di akses di gadget, yang dikhawatirkan anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan dan perkembangan akan menjadi atau melakukan seperti mereka baca atau lihat di handphone tersebut. Seperti adegan kekerasan yang bisa saja mereka contoh yang akhirnya cenderung melawan kepada orang tuanya. Selain itu, juga dikhawatirkan hidup anak akan menjadi individualis karena lupa bersosialisasi akibat kecanduan gadget.


Seperti yang telah diketahui, anak-anak belum dapat memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Anak-anak belum sepenuhnya dapat menyaring/menfilter dari segala informasi mereka dengar, lihat dan baca. Untuk itu orang tua tidak seharusnya memberikan semua yang diinginkan untuk si anak. Namun alangkah baiknya orang tua juga memberikan sesuatu benda atau barang atau hal lain agar si anak lebih kreatif dan senang bekerja sama dengan yang lain, bukan menjadi orang yang individualis. Seperti mengajak anak anda dan teman-temannya untuk bermain dengan permainan yang sifatnya edukatif tanpa mengunakan gadget atau melakukan permainan-permainan tradisional. Permainan-permainan edukatif (foto 4) seperti menyusun warna, permainan kartu, puzzle dan sempoa akan jauh lebih dapat melatih kreatifitas, ketangkasan, kecepatan, kerja sama tim dan karakter mental anak. Begitu juga dengan permainan tradisional yang membutuhkan kerja sama kelompok seperti main kelereng, lompat tali, ular naga, main bola dan layangan (foto 5). Sehingga pada akhirnya nanti, anak-anak akan lebih senang dan tertarik untuk kerja sama, belajar dan bermain kelompok dibandingkan hanya memanfaatkan handphone canggih seperti gadget untuk berkomunikasi, bermain maupun belajarnya, di samping komunikasi anda dengan anak anda akan semakin terjalin dengan baik.


Semoga orang tua dapat sukses menjalin komunikasi dan didikannya dengan si anak. Kita memang tidak dapat menghindari perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Tapi kita dapat belajar, mengontrol dan memperbaiki diri demi masa depan yang lebih baik. Sehingga harapan untuk meneruskan generasi yang cerdas, bermental bagus, berakhlak mulia, berkualitas untuk nusa dan bangsa di masa akan datang akan dapat terwujud.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun