Dusun pahpah, Desa Madenan, Kec Tejakula, Kab Buleleng, Bali, Indonesia, desa ini berada di atas gunug, dusun yang aman, tentram, dan sejuk jauh dari hiruk pikuk, dan masyarakat nya yang ramah menjadi ciri khas tersendiri bagi dusun tersebut. Dusun Pahpah menyuguhkan sejuta keindahan, dan panorama alamnya yang indah nan sejuk dipandang yang dapat dinikmati oleh setiap insan. Dari atas gunung aku melihat laut yang terbentang membiru, yang dapat menenagkan qalbu. Hati kecilku berkata "Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan".
Pagi 3 April 2023 namaku disebut dan ditunjuk untuk ditempatkan di pahpah, guna menjalani masa-masa pengabdian ku yang ditugaskan oleh kampus. Perasaan gelisah, campur aduk, semua berbaur menjadi satu. Karna setauku dusun Pahpah berada diatas gunung, sudah tentu jalannya yang penuh lika - liku, jaringannya yang tak menentu. ditambah lagi dengan bisikan -- bisikan yang membuatku takut untuk kesana. Ada sebuah motivasi terlintas di benakku, "Hadiah terbaik adalah apa yang kamu miliki, dan takdir terbaik adalah apa yang sedang kamu jalani". Motivasi ini yang kemudian menguatkan langkahku menuju kampung tersebut.
Siang 4 April 2023 ku teguhkan hatiku dan ku bulatkan tekatku menuju kampung tersebut. Sesampainya disana kami beserta rombongan menuju ke mushalla Nurul Ilahi, disana aku mendengar lantunan lantunan ayat suci Al-Quran yang menyejukkan jiwa. Kemudian kami memberi salam dan masuk ke Mushalla Nurul Ilahi, lantas mereka menjawab salam kami, semua mata tertuju kepada kami, aku melihat anak-anak yang sangat antusias bersemangat menyambut kehadiran kami. Lalu aku meminta izin kepada tuan guru untuk memperkenalkan diri kepada anak-anak dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di sana. Setelah memperkenalkan diri, dan semuanya selesai para rombongan pamit untuk pulang meninggalkan dusun pahpah, sementara aku harus tinggal di sana dengan perasaan yang tak menentu.
Hari-hari ku berlalu, namun belum ada kutemukan gejala-gejala yang menghambat langkahku selama aku berada disana, sebaliknya aku menemukan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak aku dapatkan sebelumnya. Masyarakat yang ramah, anak-anak yang ceria dan semangat belajar membuatku semakin betah disana, ditambah lagi aku diperlukan seperti anak sendiri oleh masyarakat di sana. Hari ketiga aku berada di pahpah, aku mencurahkan isi hatiku kepada salah satu tokoh disana, namanya Bapak Muhammad Sajri, beliau dan istrinya memperlakukan ku seperti anaknya sendiri, aku di beri tempat tinggal yang nyaman, tempat tidur yang empuk, ditambah lagi dengan selimut yang tebal karna faktor cuaca yang sangat dingin, karna memang dusun tersebut berada di atas gunung. Aku mengatakan bahwa, "Pak, sebelumnya aku merasa ragu untuk tinggal didesa ini, namun entah kenapa hatiku tidak bisa bohong kalau aku sudah nyaman disini, dan aku sudah menemukan ketentraman dan kebahagiaan di desa ini. Terimakasih sudah memperlakukan aku dengan baik, Terimakasih pak." Ujarku. Lalu pak Sajri mengatakan "Alhamdulillah kalau kamu nyaman, semoga kamu betah disini, dan jangan sungkan-sungkan sama bapak kalau ada keperluan atau hal yang lain sampaikan saja, insyaallah bapak bantu" Ungkapnya.
Entah kenapa, semakin hari semakin bertambah nyaman dan semakin betah tinggal disana, ingin rasanya untuk belama-lama dan menghabiskan waktu bersama masyarakat dan anak-anak disana. Bahkan aku sering di jodoh-jodohkan dengan gadis gadis disana, di sesi ngobrol santai sama masyarakat, ada salah satu masyarakat disana mengatakan bahwa, "Ustad Ihsan, tinggal disini aja, cari jodoh orang sini, kemudian nikah disini." Ungkap salah satu masyarakat disana. Lantas aku menjawab "Insyaallah, jika Allah menakdirkan saya berjodoh dengan orang sini ya itu takdir Allah, tapi saya ingin menyelesaikan pendidikan dulu. Dan rencana saya sampai S2, saya kira gadis gadis disini gak sanggup nunggu saya lima sampai enam tahun lagi." Jawabku dengan nada bercanda.
Waktu terus berjalan, hari demi hari kulalui, tidak terasa sudah tiga puluh hari aku tinggal bersama masyarakat pahpah, masa pengabdian ku tinggal hitungan hari. Tibalah waktu dimana aku harus meninggalkan desa tersebut, perasaan berubah kemarin rasanya tinggal disana sekarang udah mau selesai aja masa pengabdian ku. Waktu begitu cepat berlalu,tibalah hari dimana aku harus meninggalkan desa tersebut. Aku bersilaturahmi ke rumah-rumah Masyarakat disana, sekalligus meminta izin untuk pamit pulang ke Jawa untuk melanjutkan masa pendidikan ku. Satu persatu rumah warga ku datangi, disetiap rumah pasti menyeguhkan secangkir kopi, karna itu sudah menjadi adat dan tradisi di dese tersebut, tiada hari tanpa ngopi. Kadang-kadang sebelum aku duduk aku langsung berpesan kepada tuan rumah untuk tidak dibikinin kopi, takut kembung sangking banyaknya disuguhi kopi, hhhhh.
Setelah semua rumah sudah selesai ku kunjungi untuk berpamitan. Tibalah saatnya aku berangkat dan meninggalkan desa Pahpah. Sedih sekali harus meninggalkan desa tersebut, karna masyarakatnya yang luar biasa ramah ditambah lagi anak-anak yang rajin dan bersemangat ketika aku ngajar disana. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, setiap masa ada orang nya dan setiap orang pasti ada masanya. Semoga suatu saat nanti aku bisa berkunjung lagi kesana dan berkumpul bersama masyarakat dan tidak lupa menyeruput secangkir kopi dengan menikmati indahnya panorama alam di desa Pahpah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H