Mohon tunggu...
ikhwanul hakim
ikhwanul hakim Mohon Tunggu... -

IT, System Thinking, Psychology, Public Speaking, Trainer, Friendly

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Celoteh tentang Eksistensi dan Penerimaan

17 April 2013   11:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:03 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam dimensi fisik, penerimaan berarti ada ruang yang mampu menampung suatu entitas secara fisik.

Dalam dimensi akal, penerimaan berarti adanya kesamaan fenomena yang terjadi antara satu atau lebih entitas akal dengan satu atau lebih entitas akal lainnya. Sebagai contoh, Andrea yang memiliki pemahaman bahwa satu ditambah satu sama dengan tiga akan mengalami penolakan oleh Garfi yang memiliki pemahaman bahwa satu ditambah satu sama dengan dua. Fenomena ini mengatakan bahwa Garfi sebagai entitas akal, tidak menerima Andrea sebagai entitas akal.

Fenomena penerimaan dalam dimensi akal dapat kita cermati pula dalam pikiran kita mengenai persepsi kita tentang orang yang bodoh. Seseorang yang kita anggap bodoh berarti bahwa orang tersebut secara entitas akal kita tolak. Jika kta menganggap seseorang memiliki kecerdasan yang sama atau lebih dari pada kita, pada saat itu pula kita melakukan penerimaan terhadap orang tersebut di dimensi akal.

Penerimaan dalam dimensi jiwa memiliki kompleksitas yang jauh lebih tinggi dari dimensi fisik dan akal. Dalam dimensi jiwa, suatu entitas jiwa tidak hanya melakukan penerimaan atau mengalami penerimaan oleh entitas jiwa yang lain. Entitas jiwa mampu melakukan penerimaan terhadap entitas akal, tetapi entitas akal tidak dapat melakukan penerimaan terhadap entitas jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun