Perbankan syariah dan kultur masyarkata
Berbicara tentang bank Syariah, maka tidak akan terlepas dari kata ‘ISLAM’. Ditengah gelombang persepsi minor tentang Islam, maka pada dasarnya Perbankan Syariah memiliki tantangan yang tidak ringan terhadap suara sumbang seperti ini. Otomatis, jika menginginkan Bank Syariah mendapatkan nilai tambah (baca: diterima) dari kalangan yang sedikit phobia dengan kata ‘syariah’ maka ada beberapa langkah taktis yang setidaknya meminimalisir phobia semacam ini.
Langkah pertama adalah: Publikasi terus menerus tentang bagaimana dan apa sebenarnya Bank Syariah. Publikasi ini mutlak diperlukan karena ia paling tidak berfungsi mengabarkan pada masyarakat bahwa ada alternative lain yang lebih aman dibandingkan dengan bank Konvensional. Bagaimana kata ‘aman’ didapat??. Bisa dicontohkan tentang kisah Bank Muamalat sebagai Bank Syariah pertama yang cenderung bertahan diterpa krisis yang menimpa tahun 1997-1998. Barangkali ini bisa menjadi contoh bagaimana kuatnya bank Syariah menahan terpaan krisis ekonomi yang ternyata berdampak ‘hilangnya’ beberapa bank konvensional. Dan tahun 2010 ini, krisi yang kurang lebih sama didera oleh dunia, dan perlu dicatat bahwa krisis yang saat ini menimpa dunia memberikan berkah dengan meningkatnya pemberitaan tentang bank Syariah. Ini dapat dilihat dari tren dunia yang memilih konsep bank syariah sebagai system perbankan yang tahan terhadap berbagai krisis yang menerpa.
Kedua,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H