Hijaber Revolution ini dengan baik ditunggangi oleh pemain kosmetik seperti Wardah. Dengan mengusung konsep kosmetik yang halal –dapat juga digunakan oleh non muslim—dari jenis bahan yang digunakan, Wardah berhasil “mengendarai” trend fashion terbaru ini.
Sebagai pemasar, salah satu tugas kita memang “Riding the Wave”. Artinya, bagaimana memanfaatkan trend yang sedang “in” untuk dikaitkan dengan aktivitas pemasaran yang sedang dilakukan. Bisnis hijab ini bisa kategorikan sebagai bisnis long tail. Karena pemainnya relatif kecil dan jumlah yang begitu besar--meski tidak lantas memakan satu sama lain. Alias masing-masing punya penggemar berat. Tipe bisnis seperti ini memang cocok untuk menerapkan "strategi kolam kecil".
Penutup
Bapak Yuslam Fauzi, dalam bukunya yang berjudul “Memaknai Kerja”, pada tahun 2002 lalu mengungkapkan bahwa,“Kita harus menampilkan Islam dengan wajahnya yang benar: yang menebar bukti-bukti kasih sayang Allah bagi manusia dan semesta raya (rahmatan lil ‘alamin)”.
Yang kemudian dilanjutkan dengan, “Seringkali kita salah memaknai akhlak dengan adab. Akhlak bukanlah adab. Akhlak adalah memberi manfaat bagi kemanusiaan, karena itu ia bersifat universal.”
Jadi keber-Islam-an kita yang sedang bergairah seperti sekarang ini tidak boleh diisi dengan caci-maki atau menjelek-jelekkan kelompok muslim yang lain. Ada banyak cara dalam ber-Islam dan beragam cara tersebut ikut menimbulkan keberagaman kelompok Islam di antara kita. Mari sikapi kegairahan ber-Islam ini dengan lebih positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H