"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran. Dan benarlah perkataan-Nya pada waktu Dia berkata, 'Jadilah,' lalu terjadilah." (QS. Al-An'am: 73)
AI Tidak Memberikan Makna HidupÂ
Tuhan sering kali menjadi sumber makna dan tujuan hidup bagi banyak orang. AI, dengan segala kecanggihannya, hanya mampu memberikan solusi praktis, bukan jawaban atas pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia atau tujuan hidup.
Studi Kasus: AI dan Peran Spiritual
Sebagai contoh, beberapa aplikasi meditasi berbasis AI seperti Calm atau Headspace menawarkan pengalaman meditasi yang personal. Meski membantu banyak orang untuk mencapai ketenangan, pengalaman ini berbeda dari doa atau ibadah yang memiliki unsur transendental. Ini menunjukkan bahwa meskipun AI dapat memfasilitasi aspek-aspek tertentu, ia tidak dapat menggantikan pengalaman spiritual yang sejati.
KesimpulanÂ
Kemajuan teknologi, termasuk AI, membawa manfaat besar dalam kehidupan manusia dengan meningkatkan efisiensi dan memberikan solusi praktis. Namun, AI memiliki batasan yang jelas karena ia tidak memiliki dimensi spiritual, tidak dapat menciptakan kehidupan, dan tidak mampu memberikan makna hidup yang mendalam. Dalam konteks keyakinan spiritual, Tuhan tetap memainkan peran yang tak tergantikan sebagai sumber moral, harapan, dan tujuan hidup.
Manusia modern dapat memanfaatkan AI secara bijak untuk mendukung kehidupan praktis tanpa menggantikan peran keyakinan mereka. Teknologi seharusnya menjadi alat yang memperkuat, bukan menggantikan, hubungan spiritual dan refleksi tentang makna hidup yang lebih dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H