Mohon tunggu...
ikhsan tjandra
ikhsan tjandra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bu Risma, Minta Realisasi SuroTram dan BoyoRail Dong...

14 Desember 2017   20:31 Diperbarui: 14 Desember 2017   20:40 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkenalkan, nama saya Ikhsan Tjandra. Anda boleh menaggil saya Ikhsan atau sebutan-sebutan lainnya jika Anda sudah mengenal saya. Pada artikel ini saya mau menyampaikan gagasan dan pemikiran saya tentang Pembiayaan Pembangunan khususnya dalam konteks perencanaan. 

Sebelumnya saya dalam kasus ini akan berperan sebagai seorang mahasiswa dan tentunya seorang warga negara yang memiliki aktifitas dan passion. Saya cukup tertarik dalam beberapa hal yang cukup berkaitan dengan Pembiayaan Pembangunan, saya akan sebutkan tiga saja yaitu: Politik, Olahraga, dan Transportasi. Tiga hal ini telah menjadi makanan saya sehari-hari, mengamati polotik negara tercinta kita, memiliki hobby berolahraga yang juga sekaligus menjadi moda transportasi saya (bersepeda dan berlari).

Saya akan mulai memaparkan pemikiran saya dengan fakta-fakta yang saya alami sebagai mahasiswa ITS, warga Surabaya, dan pecinta Olahraga. Saya akan membahas tentang mata kuliah Perencanaan Transportasi di mana salah satu Tugas besar bagi angkatan kami adalah mengkaji tentang proyek Suro Tram dan Boyo Rail. Bagi Anda sekalian yang belum tahu apa itu, Itu adalah rencana pembangunan Trem dan MRT di Surabaya, sudah ada banyak video tentang realisasinya di Youtube dan pada dokumen rencana sudah terdapat lokasi-lokasi terminal yang telah ditetapkan.Gambar di atas menunjukkan gambarang dari rincian data yang bersangkutan dengan Surotram dan Boyorail khususnya biaya investasi.

Beberapa media telah membeberkan fakta bahwa fasilitas transportasi ini sudah mulai dibangun dan sudah ditargetkan selesai pada tahun tertentu seperti berita berikut:

gambar-surotram-boyorail2-5a327ca0f133445a5f055512.png
gambar-surotram-boyorail2-5a327ca0f133445a5f055512.png
gambar-surotram-boyorail3-5a327cadf133445b6f16ee65.png
gambar-surotram-boyorail3-5a327cadf133445b6f16ee65.png
Pemerintah memberikan subsidi Rp.2 triliun untuk mega proyek trem dan monorel Surabaya supaya bisa segera realisasi dan mengurangi jumlah kepadatan di Surabaya. Karena dengan biaya murah, pasti banyak yang pakai angkutan massal dibanding bawa kendaraan sendiri.

Erick Tahalele Komisi A DPRD Surabaya mengatakan, subsidi pemerintah bisa lebih besar. Untuk mengurangi beban subsidi dari pemerintah dengan cara memperpanjang masa kerjasama atau dengan menggunakan dana APBN dan APBD Provinsi." Sebenarnya kalau dihitung-hitung tiap tahun beban anggaran yang harus ditanggung pemerintah sekitar Rp.112 Miliiar pertahun," kata dia.

Pembangunan sarana transportasi itu dengan sistem Build, Operate and Transfer (BOT) Agreement atau Perjanjian Pembangunan Pengelolaan dan Penyerahan Kembali 10-20 tahun. Kalau dibuat 30 tahun, beban pada APBD tidak terlalu tinggi. Alasannya kemampuan perkapita naik angkutan Rp6-10 ribu. (dwi/edy)

(Sumber: suarasurabaya.net)

Dari berita-berita di atas, saya sebagai pengamat jujur tidak pernah melihat adanya persiapan pembangunan atau kontruksi apapun tentang Surotram dan Boyo rail selama tiga tahun terakhir. Saya hanya berpikir pembiayaan yang sudah dirancang sedemikian rupa mengapa susah untuk direalisasikan. Apakah Bu Risma terlalu fokus pada taman dan branding kota Surabaya?... Atau Dishub kota Surabaya terlalu terpecah fokusannya terhadap bagaimana pengaturan kemacetan, harga dan perpajakan kendaraan, integrasi Surabaya Inteligent Traffic System (SITS)... Jawabannya... ya tidak tahu

Saya hanya bisa berdoa yang terbaik untuk pemerintah Surabaya agar semakin fokus dan para pekerja-pekerja yang berada di bawah kepemimpinan Bu Risma dapat bekerja efektif.

Kemudian untuk harga yang dipatok 6000-10.000 sesuai dengan WTP (Willingness to pay). Memang ini sangat tidak bisa dihindarkan, saya akui dibandingkan dengan kota-kota yang lain Surabaya memiliki tipe masyarakat yang cenderung pelit dalam membayar hal-hal kecil seperti parkir, biaya grab atau lain-lainnya. Menurut saya hal ini merupakan masalah yang besar, saya sendiri pun termasuk warga yang seperti itu sehingga contoh mudahnya saya pasti lebih rela menggunakan sepeda atau lari menuju mall karena biaya parkir skr 8000. Namun di satu sisi, "kepelitan" masyarakat Surabaya ini harus benar-benar dimanfaatkan untuk memaksimalkan penggunaan Sarana Transportasi umum ini... Jika sudah jadi eh... gatau kapan yang jadinya

Saya tidak mau berpikir negatif, bukannya membandingkan dengan tetangga jauh di sana yang baru memiliki Gubernur baru, sebagai warga Surabaya saya masih senang dengan kinerja Bu Risma, tidak tahu kalau anak buahnya lho ya... Beliau benar-benar memberikan rasa cintanya kepada kota ini dan tentunya dengan latar belakang pendidikannya di bidang perkotaan, saya yakin beliau tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana memanajemen biaya-biaya ini... namun sekali lagi kalau sudah tahu memang susahnya adalah Bu Risma itu Cuma 1, saya harap elemen-elemen pemerintah lainnya sebagai eksekutor dari pembiayaan ini harus bergerak cepat...

Sebagai pecinta olahraga (khususnya olahraga terukur), saya sangat menikmati apa yang namanya dikejar oleh waktu dan saya rasa hal ini harus ditanamkan pada elemen pemerintah serta masyarakat sendiri... Bayangkan seperti Jepang sebagai negara yang sangat rapi, Dinas Perhubungan mereka bahkan meminta maaf jika ada kereta cepat mereka yang mengalami keterlambatan atau datang terlalu cepat meskipun hanya 1 detik. Hal itulah yang menjadi mental dan budaya Jepang yaitu ketepatan waktu.

Saya yakin dalam bidang pembiayaan dan eksekusi proyek juga begitu, jika Pemerintah dan kotraktor serta Perusahaan pemenang lelang benar-benar bisa menghemat waktu dan mengejar pembangunan... maka efisiensi biaya pun pasti akan didapatkan, warga pun menjadi puas atas kinerja Pemerintah... ASALKANNNN... ga ada korupsi

Ah saya kan ga bahas korupsi di sini hahaha...

Akhir dari artikel saya, saya hanya mau menceritakan tentang mengapa saya memilih untuk bersepeda sebagai moda transportasi saya... Ini hanya dimulai dari hal kecil yaitu terlalu lama menunggu mikrolet/bemo/lyn ketika pulang sekolah masa SMA. Saya sebenarnya kalau mau cepat ya pakai saja Taxi, tapi pada masa itu belum ada gojek, dan saya termasuk pelit sehingga saya memilih menggunakan Lyn... Dan tibalah masa di mana saya bosan dan mulai melihat sepeda yang tidak terpakai di rumah dan saya mulai menjajal jalanan di Surabaya. Awalnya hanya pulang pergi sekolah, lama kelamaan saya mulai senang menggunakannya, apalagi ada kepuasan tersendiri ketika melewati kendaraan bermotor yang terjebak macet, saya merasa ini adalah moda transportasi terbaik di dunia... mengapa saya bisa bilang demikian? Dengan bersepeda maka kita akan menghemat biaya bensin, tidak perlu mencari waktu khusus untuk berolahraga, jarang terjebak macet, low maintenance, dan tentunya inilah yang terakhir yaitu menginspirasi orang-orang di sekitar dan saya berharap Anda sebagai pembaca pun mulai mencoba untuk bersepeda... Musuhnya hanyalah 2 yaitu malas dan panasnya Surabaya hehehe...

Terima kasih telah membaca Artikel yang cukup panjang ini, Saya berharap Surotram dan Boyorail segera terealisasi dan mulai mengubah pola pergerakan serta pola kehidupan masyarakat Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun