SOSIOLOGI PEMBANGUNANÂ
Gejolak BudayaÂ
Gotong Royong di Era Saat ini
Studi Kasus RT 010/RW 003Â
kelurahan Pinang Ranti Kecamatan Makasar
Jakarta Timur
Maulana IkhsaÂ
07 Juni 2024
Pendahuluan
Dalam era globalisasi yang semakin dinamis, gejolak budaya telah menjadi fenomena yang umum terjadi di masyarakat (Imam Cahyono (2008), (Menjinakan Metakuasa Global)). Salah satu contoh yang relevan adalah kegiatan gotong royong di RT 010/RW 003, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Menurut Sakjoyo dan Pujiwati Sakjoyo (dalam Selvi S. Padeo, 2012:88) gotong royong, yang berarti kerja sama dan bantuan antar warga, telah menjadi bagian penting dari budaya Indonesia. Namun, dalam era globalisasi, perbedaan budaya dan nilai-nilai yang berbeda dapat menyebabkan gejolak dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan prinsip budaya dan kebudayaan menurut (Abu Ahmadi, 2004; 58) Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Konsep ini yang menjadi peranan mengapa gotong royong ada di masyarakat RT 010/RW 003.
Berdasarkan teori budaya dari Pierre Bourdieu, dapat dilihat bahwa budaya gotong royong di RT 010/RW 003 memiliki beberapa aspek yang mempengaruhi perilaku masyarakat. Pertama, budaya gotong royong adalah hasil dari interaksi sosial yang berlangsung secara turun temurun dan telah menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Indonesia. Kedua, budaya gotong royong memiliki nilai-nilai yang terkait dengan solidaritas, kebersamaan, dan persatuan, yang sangat penting dalam mempertahankan identitas budaya bangsa Indonesia.
Masalah yang timbul dalam kegiatan gotong royong di RT 010/RW 003 adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan budaya gotong royong yang telah lama dianut, sementara juga menghadapi tantangan dari budaya lain yang lebih modern dan global (Elly M. Setiadi, et al. (2017)). Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat di RT 010/RW 003 telah mengalami perubahan budaya yang cepat, terutama dengan adanya pengaruh teknologi dan komunikasi yang lebih cepat dan luas. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan nilai-nilai dan budaya yang berbeda antara warga yang lama dan yang baru.Â
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat di RT 010/RW 003 dapat mempertahankan budaya gotong royong yang telah lama dianut, sementara juga menghadapi tantangan dari budaya lain yang lebih modern dan global. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan budaya gotong royong yang lebih adaptif dan dapat berkelanjutan di era globalisasi.Â
Penelitian ini memiliki beberapa batasan. Pertama, penelitian ini hanya fokus pada masyarakat di RT 010/RW 003, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Kedua, penelitian ini hanya memfokuskan pada budaya gotong royong dan tidak memperhatikan budaya lain yang ada di RT 010/RW 003. Ketiga, penelitian ini hanya memperhatikan perubahan budaya yang terjadi di RT 010/RW 003 dan tidak memperhatikan perubahan budaya yang terjadi di wilayah lain.Â
Isi
Masalah yang timbul dalam kegiatan gotong royong di RT 010/RW 003 adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan budaya gotong royong yang telah lama dianut, sementara juga menghadapi tantangan dari budaya lain yang lebih modern dan global. Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat di RT 010/RW 003 telah mengalami perubahan budaya yang cepat, terutama dengan adanya pengaruh teknologi dan komunikasi yang lebih cepat dan luas. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan nilai-nilai dan budaya yang berbeda antara warga yang lama dan yang baru.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa budaya gotong royong masih ada namun dilakukan secara eksklusif secara terpusat terhadap golongan pemerintah RT, dan dilakukan hanya oleh golongan tertentu (Mulyana, D., & Rakhmat, R. (2014)). Namun, kegiatan gotong royong di lingkup terkecil dari tetangga terhadap tetangga lainnya masih dijalankan. Namun, untuk meningkatkan kegiatan partisipatif masyarakat diperlukan kegiatan langsung gotong royong secara besar-besaran, agar masyarakat satu sama lain bisa mengenal seluk beluknya.
Menurut penuturan masyarakat berinisial DPA, "memang dahulu sering dilakukan. Namun, saat ini sudah jarang dilakukan. Sehingga harus menjadi concern serius untuk bisa meningkatkan partisipasi budaya gotong royong di lingkungan tempat tinggal sendiri." Masyarakat berinisial ZYU juga menekankan perlunya partisipasi masyarakat dalam budaya gotong royong, agar esensi budaya gotong royong di lingkup tempat tinggal kita bisa hidup kembali.
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam budaya gotong royong, beberapa strategi dapat diterapkan. Pertama, perlu dilakukan kampanye dan sosialisasi budaya gotong royong kepada masyarakat. Kedua, perlu diadakan kegiatan gotong royong secara besar-besaran dan terbuka untuk semua warga. Ketiga, perlu diadakan pelatihan dan pengembangan keterampilan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi budaya gotong royong.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa budaya gotong royong di RT 010/RW 003, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur masih ada namun dilakukan secara eksklusif secara terpusat terhadap golongan pemerintah RT, dan dilakukan hanya oleh golongan tertentu. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam budaya gotong royong, perlu diadakan kegiatan langsung gotong royong secara besar-besaran dan terbuka untuk semua warga. Dengan demikian, penelitian ini dapat membantu masyarakat memahami bagaimana budaya gotong royong dapat dipertahankan dan dikembangkan dalam era globalisasi.
Dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu diadakan pengembangan keterampilan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi budaya gotong royong. Selain itu, perlu dilakukan kampanye dan sosialisasi budaya gotong royong kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Kegiatan gotong royong terbuka harus diadakan secara besar-besaran dan terbuka untuk semua warga, agar masyarakat satu sama lain bisa mengenal seluk beluknya. Pengembangan budaya gotong royong yang lebih adaptif dan dapat berkelanjutan di era globalisasi juga perlu diadakan. Koordinasi dengan pemerintah RT harus diadakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam budaya gotong royong. Pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan gotong royong juga perlu diadakan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitasnya.
References
Ahmadi, A. (2004). Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta.
Cahyonoo, I. (2008). Menjinakkan Metakuasa Global. LP3ES.
D, M., & R, R. (2014). Komunikasi Antar Budaya. Penerbit Andi.
Elly, S. M. (2017). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Kencana.
Sakjoyo, & Sakjoyo, P. (2012). Gotong Royong: Sebuah Contoh Kerja Sama dan Bantuan Antar Warga. Penerbit Andi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI