Mohon tunggu...
Ikhsan Pradana
Ikhsan Pradana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Lambung Mangkurat - Prodi Pendidikan Sosiologi

Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Multikultural sebagai Jalan Menuju Dunia Tanpa Prasangka

20 Juni 2024   14:45 Diperbarui: 20 Juni 2024   15:16 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

            Dunia merupakan tempat banyaknya ragam perbedaan bisa dilihat dari etnis, ras, dan juga bangsanya. Indonesia juga merupakan bangsa yang masyarakatnya penuh dengan keragaman, keragaman ini dapat menjadi ciri khas bahkan kekuatan utama suatu bangsa. Namun, tidak dapat di pungkiri bahwa prasangka di antara Masyarakat Indonesia masih terasa yang dimana dapat menimbulkan goyangan kesolidaritas negara bahkan dapat menjadi salah satu penyebab utama runtuhnya kebersamaan.

            Pendidikan multikultural merupakan pendekatan pendidikan yang mengakui dan menghargai keberagaman budaya dalam Masyarakat (Sipuan, Warsah, Ami, & Adisel, 2022). Dalam konteks globalisasi yang semakin intensif, keberagaman budaya menjadi salah satu aspek penting yang perlu dikelola dengan baik untuk menciptakan harmoni sosial. Pendidikan multikultural tidak hanya melibatkan pengajaran tentang berbagai budaya, tetapi juga menekankan pada penghargaan terhadap perbedaan, pengembangan empati, dan pemahaman antarbudaya. Tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan individu agar mampu hidup dan bekerja dalam masyarakat yang beragam secara budaya.

Salah satu tantangan terbesar dalam masyarakat multikultural adalah adanya prasangka, yaitu sikap negatif atau stereotip yang tidak berdasar terhadap kelompok tertentu (Liliweri, 2005). Prasangka sosial dapat menyebabkan diskriminasi, ketidakadilan, dan konflik antar kelompok. Oleh karena itu, pendidikan multikultural memiliki peran yang sangat strategis dalam melawan prasangka sosial. Dengan menyediakan wawasan yang lebih luas tentang berbagai budaya dan mengajarkan nilai-nilai toleransi, pendidikan multikultural berpotensi mengurangi prasangka dan mendorong terciptanya masyarakat yang lebih inklusif dan adil (Sipuan, Warsah, Ami, & Adisel, 2022).

PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Istilah multikultural berasal dari kata kultur. Menurut Emile Durkheim dan Marcel Maus yang dikuti dari Ubadah (2022) kultur merupakan sekumpulan simbol-simbol yang dianut dan diterapkan oleh sekolompok Masyarakat. Pendidikan multikultural secara etimologis memiliki arti keberagaman kultur yang memiliki komplesitas meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat atau kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh anggota-anggota suatu Masyarakat (Nurasmawi & Ristiliana, 2021).

Menurut Michael Vavrus (2002) bahwa Pendidikan multikultural adalah upaya reformasi sekolah total yang dirancang untuk meningkatkan pemerataan pendidikan bagi berbagai kelompok budaya, etnis, dan ekonomi. Menurut Hilda Hernandez (2001), Pendidikan multikultural adalah suatu perspektif yang mengakui realitas politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan jender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan multicultural adalah suatu sikap dalam memandang manusia tanpa ada membedakan ras, budaya, jenis kelamin atau status seseorang.

PENGERTIAN PRASANGKA SOSIAL

Prasangka sosial dalam Bahasa inggris yatiu prejudice yang berasal dari Bahasa latin yaitu prajudicium yang memiliki arti kondisi emosional yang dirasakan akibat kesukaan atau ketidaksukaan akibat pengalaman di masa lalu (Hidayat, 2013). Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif atau stereotipe yang dimiliki oleh seseorang terhadap individu atau kelompok berdasarkan asumsi yang tidak berdasar atau generalisasi yang tidak akurat (Liliweri, 2005). Dapat disimpulkan bahwa prasangaka sosial adalah suatu kondisi atau sikap negative dan stereotip terhadap individu atau kelompok tertentu.

Dikuti dari jurnal penelitian oleh Dede Rahmat Hidayat tentang faktor penyebab prasangka sosial (2013), prasangka sosial timbul dari beberapa alasan diantaranya:

  • Adanya sikap me-kategorisasikan suatu kelompok
  • Adanya sikap orientasi dominasi sosial (Social Dominance Orientation)
  • Adanya kesalahan pembelajaran yang mengakibatkan timbulnya prasangka rasial
  • Adanya kompetisi perebutan sumber daya

PERAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBENTUK DUNIA TANPA PRASANGKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun