Mohon tunggu...
Ikhsan Muhammad
Ikhsan Muhammad Mohon Tunggu... Jurnalis -

Cuma orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Indonesia, Antara Perang Dunia dan Piala Dunia

29 Desember 2013   20:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:22 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola kini menjadi bahasa universal dalam mempersatukan bangsa. Pertandingan antar tim nasional begitu dielukan sebagai pertaruhan wibawa negara, eksistensi liga masing-masing negara nampak ingin menjadi liga terbaik dibanding liga-liga dari negara lain.

Dulunya, jauh sebelum sepakbola populer, negara-negara petarung  kerap membuktikan eksistensi mereka dengan ekspansi-ekspansi dan penjajahan ke negara lain. Perang Dunia I dan II menjadi ajang membuktikan jati diri mereka dengan berlomba dalam hal strategi perang dan pembuatan senjata-senjata terbaru.

Namun Perang sangat tidak baik. Karena ini menghasilkan penderitaan dimana-mana. Banyak kerugian dibandingkan manfaat. Hingga akhirnya sepakbola mengubah semuanya. Energi perang senjata itu kini berubah menjadi energi perang strategi di atas lapangan hijau.

Negara-negara petarung perang seperti Jerman (der Panzer), Perancis, Belanda, Portugal, Inggris, Jepang (Blue Samurai) secara tak langsung masih mempertahankan tradisi kuatnya dalam hal kompetisi bertarung yang kini berada di lapangan hijau.

Sementara itu, Amerika yang juga ahli perang memang tak begitu kuat di bidang sepakbola, namun negara ini membagi energi kompetisinya di cabang-cabang olahraga lain. Hal yang sama seperti China. Sehingga mereka punya kekuatan semangat perang di setiap cabang olimpiade

Tak hanya petarung di perang dunia. Bangsa petarung di era klasik Yunani dan Romawi dengan sejarah pasukan Troya dan tentara berjubah besi pimpinan Julius Caesar juga menjelmakan spirit mereka menjadi kekuatan perang di sepakbola. Siapa yang tak kenal Italia dan siapa yang tak ingat ngototnya timnas Yunani yang jadi jawara dalam Piala Eropa 2004. Itulah style petarung

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Kita memang negara terjajah. Tapi ingatlah, negara kita dulunya terkenal dengan kerajaan-kerajaan yang agresif melakukan ekspansi-ekspansi ke negara ASEAN. Indonesia punya nama-nama kerajaan besar yang tentu punya semangat tempur tinggi di Asia Tenggara. Kita juga punya spirit gerilya untuk merebut kemerdekaan. Buktinya logo di era perjuangan 'doeloe' adalah Merdeka atoe Mati!!

Tak ada salahnya kita mengingat hal itu. Bahwa bangsa kita juga bangsa dengan jiwa satria . Tapi tentu saat ini harus dikonversikan energi itu menjadi hal yang positif di bidang olahraga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun