Layaknya manusia biasa, semua orang tentu mendambakan yang namanya liburan bukan? Saat yang paling tepat untuk merefresh otak dan menyantaikan keadaan, beban bahkan harapan. Lebih tepatnya mengenyampingkan tugas akademis, job pekerjaan bahkan permasalahan hidup yang membuat penat.Â
Panorama keindahan Indonesia memang tiada habisnya. Maka sudah jelas, tendensi yang dilakukan orang banyak mengenai liburan mestinya adalah berwisata. Namun banyak orang juga yang memang berwisata tetapi hilang jejak begitu saja karena kurang melekatnya nilai yang didapat dari berwisata tersebut.
Nah, pernahkah tersirat keinginan untuk menikmati liburan dengan mengunjungi spot-spot bersejarah, seperti tempat adat istiadat (budaya), museum benda-benda pusaka, bangunan-bangunan jaman dahulu dan lain sebagainya? Semuanya itu perlu kita kunjungi sebagai salah satu stimulan ilmu pengetahuan, contohnya adalah Goa Lawa, yang kali ini saya akan sedikit mencoba menulisnya.
Goa Lawa tepat berada di perbatasan kota Pemalang dan Purbalingga. Tepatnya di Desa Siwarak RT. 01/07 Karangreja, Dusun IV, Siwarak Kabupaten Purbalingga.Â
Sejarah mencatat, tampuk kerasionalan dengan hasil penemuan yang empiris, Goa Lawa adalah wujud nyata untuk orang-orang yang hendak berwisata ke tempat-tempat bersejarah. Penemuan Goa Lawa awal mulanya dari seorang warga yang bernama Ki Keli yang pada masanya menguasai hutan atau lahan tersebut yang kemudian secara turun temurun berpindah hak kepemilikannya menjadi hak milik Ki Wangsa Dirana.Â
Pada saat Ki Wangsa Dirana sedang memotong rumput, ada seorang warga yang sedang menggembalakan kambing di sekitaran tanah datar diantara rimbunnya pohon dan semak-semak. Semilir angin membuat si pengembala tertidur pulas dibawah rindangnya pohon hingga dia baru tersadar setelah dibangunkan oleh Ki Wangsa. Si penggembala tersentak kaget karena kambing yang dia gembalakan tidak ada lagi ditempat semula. Merasa panik, dengan ketangkasan seorang penggembala tersebut langsung sigap mencari kambing yang dia gembalakan.Â
Atas dasar hati nurani, Ki Wangsa pun membantu mencari kambing yang hilang hingga menghabiskan waktu yang lama. Merasa putus asa karena lama tidak menemukan kambingnya, Dia bersama Ki Wangsa membabal semak-semak yang ada disekitar area tersebut dengan penuh harapan bisa menemukan kambing yang hilang.Â
Namun alangkah kagetnya, si penggembala dan Ki Wangsa justru mereka menemukan lubang menganga dibawah tanah yang tertutup semak. Mereka melaporkan penemuan ini ke warga sekitar atas ditemukannya Goa tersebut hingga warga sering datang untuk melihat-lihat. Sungguh hal yang tidak di sangka-sangka yang awalnya mencari kambing ternyata justru menemukan Goa yang sangat luas.
Yang menariknya adalah konon dulunya hutan atau lahan tersebut banyak ditanami kopi hingga pada masa Kolonial Belanda dijadikan sebagai Koffiee central atau sentral kopi. Pribumi sering menyebutnya dengan kopi santri. Hal ini menandakan, selain Indonesia kaya akan rempah-rempah, komoditas kopi Indonesia juga berhasil menarik prestasi pada peringkat di dunia.
Rerimbunan pohon pinus, replika tulisan atau gambar, serta suasana yang sejuk menyapa menambah daya tarik untuk mengunjungi wisata Goa Lowa bagi masyarakat luas. Setidaknya, berwisata ke tempat bersejarah lebih baik dari pada berwisata biasa-biasa saja, berhura hura, atau hanya sekedar melampiaskan keresahan selama aktivitas keseharian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H