Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Politik

Trump dan 9 Manuver Nyeleneh di Awal Kepemimpinan

30 Januari 2025   15:15 Diperbarui: 30 Januari 2025   15:15 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak berhenti di situ, Trump juga melontarkan klaim aneh mengenai astronot NASA yang disebutnya "ditelantarkan di luar angkasa oleh pemerintahan Biden." Ia bahkan meminta Elon Musk untuk segera membawa mereka kembali.

Padahal, NASA telah menjadwalkan kepulangan mereka menggunakan kapsul SpaceX pada bulan Maret, dan ini sudah direncanakan sejak lama. Kebohongan seperti ini semakin memperlihatkan betapa Trump lebih mengandalkan sensasi dibanding fakta.

Ambisinya untuk merombak aparatur negara juga mendapat perlawanan sengit. Dalam upayanya untuk membersihkan pemerintahan dari orang-orang yang dianggap tidak loyal, Trump menawarkan gaji lanjutan selama delapan bulan bagi 2,3 juta pegawai negeri yang bersedia mengundurkan diri.

Mirip dengan langkah Elon Musk yang memaksa ribuan karyawan Twitter (sekarang X) untuk pergi setelah akuisisinya, langkah ini langsung mendapat kritik tajam dari berbagai pihak. Senator Demokrat Tim Kaine dengan tegas menyebut bahwa Trump tidak memiliki wewenang untuk melakukan hal tersebut, namun tampaknya Trump tidak peduli dengan batasan hukum yang ada.

Selain mencoba merombak birokrasi, Trump juga membalas dendam kepada para mantan pejabat yang pernah mengkritiknya. Perlindungan pribadi untuk John Bolton, Mike Pompeo, dan mantan kepala staf Mark Milley dicabut.

Bahkan, Menteri Pertahanan yang baru, Pete Hegseth, memberitahu Milley bahwa ia tidak lagi memiliki akses ke dokumen rahasia dan akan menjalani tindakan disipliner yang bisa menurunkan pangkatnya. Milley sendiri pernah mengungkap bahwa Trump berusaha mendapatkan kendali penuh atas senjata nuklir AS---sebuah klaim yang memperkuat tuduhan bahwa Trump memiliki kecenderungan fasis.

Sebagai puncaknya, Trump melontarkan wacana gila tentang relokasi pengungsi Gaza. Ia mengusulkan agar mereka dikirim ke negara-negara Arab, Indonesia, bahkan ke Mars! Pernyataan ini tentu saja menimbulkan kebingungan, karena selain tidak masuk akal, ide tersebut juga tidak memiliki dasar kebijakan yang jelas. Ini semakin membuktikan bahwa Trump lebih suka melontarkan retorika bombastis daripada menawarkan solusi nyata.

Dalam sepuluh hari pertama kepemimpinannya, Trump telah menunjukkan pola kepemimpinan yang didominasi oleh ketergesaan, balas dendam politik, dan kebijakan impulsif yang justru merugikan banyak pihak. Bagi sebagian orang, gaya kepemimpinan seperti ini mungkin menarik karena terlihat seperti aksi "orang kuat."

Namun, bagi banyak pihak lainnya, ini justru menjadi pertanda bahaya bagi stabilitas demokrasi Amerika Serikat. Jika sepuluh hari pertama saja sudah seperti ini, bagaimana dengan sisa masa kepresidenannya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun