Dalam beberapa hari terakhir, dunia teknologi diguncang oleh kejutan besar yang datang dari China. DeepSeek, sebuah perusahaan kecerdasan buatan (AI) asal China, berhasil meluncurkan model bahasa besar (large-language model) yang disebut-sebut mampu menyaingi kemampuan model AI terkemuka dari Amerika Serikat (AS), seperti OpenAI.
Keberhasilan ini tidak hanya mengancam dominasi AS di bidang AI, tetapi juga memicu kerugian pasar terbesar dalam sejarah bagi Nvidia, raksasa chip yang selama ini menjadi tulang punggung industri AI global.
Saham Nvidia anjlok hampir $600 miliar dalam waktu singkat, menimbulkan kekhawatiran akan masa depan industri AI dan teknologi secara keseluruhan.
DeepSeek menarik perhatian dunia setelah mengumumkan bahwa mereka berhasil mengembangkan model AI canggih dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan-perusahaan AS.
Menurut laporan, DeepSeek hanya menghabiskan $5,6 juta untuk teknologi Nvidia dalam pengembangan model tersebut. Angka ini dianggap sangat rendah mengingat biaya pengembangan model serupa di AS bisa mencapai ratusan juta dolar.
Meskipun beberapa ahli meragukan akurasi angka tersebut, keberhasilan DeepSeek menunjukkan bahwa efisiensi dalam pengembangan AI menjadi kunci baru dalam persaingan global.
Model AI DeepSeek, yang disebut R1, diklaim memiliki kemampuan setara dengan model OpenAI yang dirilis empat bulan lalu. Hal ini menandakan bahwa China sedang mengejar ketertinggalan dengan cepat.
David Sacks, penasihat AI dan kripto Gedung Putih, mengakui bahwa perusahaan-perusahaan China seperti DeepSeek sedang "sangat cepat mengejar" dominasi AS.
"Kami belum kehilangan kepemimpinan, tetapi mereka sudah sangat dekat," ujar Sacks dalam sebuah wawancara. Ia menambahkan bahwa AS masih memiliki keunggulan dalam hal infrastruktur dan chip, tetapi tidak boleh lengah.
Nvidia, yang selama ini menjadi pemasok utama GPU (Graphics Processing Unit) untuk pengembangan AI, merasakan dampak langsung dari keberhasilan DeepSeek. Saham Nvidia mengalami penurunan drastis, menghapus hampir $600 miliar dari valuasi pasarnya.
Padahal, Nvidia sebelumnya mencatatkan keuntungan bersih yang melonjak dari $4,8 miliar pada 2022 menjadi perkiraan $66,7 miliar pada 2024, sebagian besar didorong oleh permintaan GPU dari raksasa teknologi AS seperti Meta, Tesla, dan OpenAI.
Ed Yardeni dari Yardeni Research menyatakan, "Jika perusahaan-perusahaan teknologi AS dapat belajar dari DeepSeek untuk merancang sistem AI dengan GPU yang lebih murah, ini mungkin bukan perkembangan yang menggembirakan bagi Nvidia."
Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran bahwa efisiensi biaya yang ditunjukkan DeepSeek dapat mengubah dinamika pasar dan mengurangi ketergantungan pada teknologi Nvidia. Hal ini menjadi tantangan serius bagi Nvidia, yang selama ini mengandalkan penjualan GPU mahal kepada perusahaan-perusahaan teknologi besar.
Selain efisiensi biaya, isu distilasi pengetahuan (knowledge distillation) juga mencuat. Sacks mengungkapkan bahwa ada kemungkinan DeepSeek menggunakan teknik distilasi untuk "menyerap" pengetahuan dari model AI OpenAI.
Distilasi adalah proses di mana model AI "anak" meniru logika dan pengetahuan dari model AI "induk". "Ada bukti substansial bahwa DeepSeek melakukan distilasi pengetahuan dari model OpenAI," kata Sacks.
Ia menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan AI terkemuka AS perlu mengambil langkah untuk mencegah praktik semacam ini guna melindungi kekayaan intelektual mereka.
OpenAI sendiri telah merespons tuduhan ini dengan menyatakan bahwa mereka terus melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi teknologi mereka.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah AS untuk memastikan model-model paling canggih kami terlindungi dari upaya pengambilan teknologi oleh pesaing," ujar juru bicara OpenAI.
Namun, hal ini menunjukkan bahwa persaingan di bidang AI tidak hanya tentang inovasi, tetapi juga tentang perlindungan kekayaan intelektual.
Sacks juga mengkritik perusahaan-perusahaan AI AS yang dinilai terlalu "puas diri" dan teralihkan oleh isu-isu seperti keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas (DEI).
"Mereka terlalu sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, seperti menciptakan AI yang 'woke'," ujarnya.
Menurut Sacks, fokus yang teralihkan ini membuat perusahaan-perusahaan AS tidak menyadari betapa cepatnya perusahaan China mengejar ketertinggalan. Kritik ini menyoroti perlunya fokus yang lebih besar pada inovasi dan persaingan global, terutama di tengah ancaman dari China.
Sementara itu, pasar saham AS mulai menunjukkan pemulihan setelah mengalami penurunan tajam akibat sentimen negatif dari keberhasilan DeepSeek. Indeks Nasdaq dan S&P 500 kembali menguat, dengan saham Nvidia naik hampir 9% pada hari Selasa.
Namun, kekhawatiran akan dampak jangka panjang dari persaingan AI global tetap membayangi. Investor kini memfokuskan perhatian pada laporan keuangan perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple, Tesla, Meta, dan Microsoft, yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang masa depan industri ini.
Keberhasilan DeepSeek dalam mengembangkan model AI canggih dengan biaya rendah telah mengubah lanskap persaingan global. Anjloknya saham Nvidia sebesar $600 miliar menjadi bukti betapa rapuhnya dominasi AS di bidang AI.
Perusahaan-perusahaan AS kini dihadapkan pada tantangan untuk tetap inovatif dan efisien, sambil melindungi kekayaan intelektual mereka dari pesaing global. Persaingan AI tidak lagi sekadar tentang teknologi, tetapi juga tentang strategi, efisiensi, dan kecepatan adaptasi.
Jika AS tidak segera mengambil langkah tegas, kepemimpinan mereka di bidang AI bisa benar-benar terancam. Dalam situasi ini, kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan akademisi menjadi kunci untuk mempertahankan keunggulan AS di bidang AI.
Investasi dalam infrastruktur, penelitian, dan pengembangan teknologi canggih harus menjadi prioritas. Selain itu, perlindungan kekayaan intelektual dan pencegahan praktik distilasi pengetahuan harus ditingkatkan. Hanya dengan cara ini AS dapat mempertahankan posisinya sebagai pemimpin global di bidang AI, sambil menghadapi persaingan yang semakin ketat dari China dan negara-negara lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI