Donald Trump kembali menuai kontroversi setelah menyatakan keinginannya untuk "membersihkan" Gaza dan mengusulkan agar pengungsi Palestina dipindahkan ke Mesir dan Yordania, setelah ditolak Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah percakapan dengan Raja Abdullah II dari Yordania dan direncanakan untuk dibahas dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah Al Sisi.
Dilansir dari MSN, Trump menyebut bahwa langkah tersebut adalah solusi untuk mengakhiri konflik panjang di Gaza.
Trump mengusulkan agar Gaza "dibersihkan" dari penduduk, dan para pengungsi Palestina dipindahkan ke Mesir dan Yordania, baik untuk sementara waktu maupun secara permanen. Namun, ide ini mendapat penolakan keras, baik dari negara-negara Arab maupun dari kelompok Palestina sendiri.
Trump menyatakan bahwa ia telah membahas rencananya dengan Raja Abdullah II dari Yordania melalui telepon dan berencana menyampaikan permintaan serupa kepada Presiden Mesir, Abdel Fattah Al Sisi.
"Anda sedang berbicara tentang satu setengah juta orang, dan kita bersihkan seluruh tempat itu," ujarnya kepada wartawan di Air Force One. Trump menambahkan, "Gaza telah menjadi lokasi konflik selama berabad-abad. Saya tidak tahu, tetapi sesuatu harus dilakukan."
Namun, usulan Trump langsung memicu reaksi negatif. Baik Yordania maupun Mesir dengan tegas menolak menerima pengungsi dari Gaza. Para pemimpin kedua negara tersebut khawatir bahwa masuknya pengungsi dalam jumlah besar akan memicu ketidakstabilan di negara mereka, selain mengubah demografi kawasan secara drastis.
Bagi rakyat Palestina, ide memindahkan mereka dari Gaza bukanlah hal baru, tetapi tetap menjadi isu yang sangat sensitif. Sejak pendirian Israel pada tahun 1948, jutaan warga Palestina telah menjadi pengungsi yang tersebar di berbagai negara Arab.
Banyak di antara mereka hidup dalam ketidakpastian, dengan hak mereka untuk kembali ke tanah leluhur terus menjadi salah satu isu utama dalam konflik ini.
Hamas, yang memerintah Gaza dan dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, menolak keras gagasan Trump. Dalam pernyataan resminya, Hamas menyebut ide tersebut sebagai "langkah yang sejalan dengan rencana Israel untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka." Mereka juga menyerukan kepada Amerika Serikat agar menghentikan segala bentuk dukungan terhadap rencana ini.