Ketika pemerintah menggulirkan program Merdeka Belajar, banyak sekolah mungkin melihatnya sebagai peluang untuk berinovasi. Namun, di SDN 21 Palu, tantangannya berlipat ganda. Dengan kondisi darurat, bagaimana mungkin kami menjalankan kurikulum yang mendorong personalisasi pembelajaran?
Kami memulai dengan langkah kecil: asesmen karakteristik siswa. Tiap anak memiliki keunikan tersendiri, baik dalam minat maupun gaya belajar. Tantangan utama adalah membuat guru memahami pentingnya pembelajaran diferensiasi. Dalam rapat pertama, seorang guru bertanya dengan nada skeptis, "Bagaimana caranya, Bu? Kita bahkan tidak punya fasilitas yang memadai."
Jawabannya ada di kreativitas. Guru-guru dilatih untuk memanfaatkan apa yang ada. Dinding kelas menjadi papan tulis besar, botol bekas diubah menjadi alat peraga, dan lagu-lagu tradisional digunakan sebagai media pembelajaran. Siswa mulai menunjukkan antusiasme. "Bu, belajar jadi lebih seru!" kata seorang anak kelas dua sambil menunjukkan poster hasil kerjanya.
Kunci lain keberhasilan kami adalah komunikasi dengan orang tua. Mereka dilibatkan dalam proses belajar, mulai dari mendukung proyek berbasis rumah hingga menjadi narasumber di kelas.Â
"Bu, saya baru sadar anak saya suka melukis. Terima kasih sudah memberitahu," ujar seorang ibu dengan mata berbinar.
Program ini juga membawa dampak besar pada guru. Mereka mulai keluar dari zona nyaman. Pelatihan intensif tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat mereka lebih percaya diri. Salah satu guru berkata,Â
"Awalnya saya takut, tapi ternyata anak-anak lebih mudah memahami pelajaran dengan metode ini."
Namun, perjalanan ini tidak tanpa hambatan. Infrastruktur yang terbatas seringkali menjadi penghalang. Meski begitu, semangat guru dan siswa tidak pernah surut. Kami percaya, pendidikan bukan tentang apa yang kita miliki, tapi bagaimana kita memanfaatkannya.
Salah satu tonggak penting dalam perjalanan ini adalah ketika SDN 21 Palu berhasil lolos sebagai salah satu dari enam sekolah di Kota Palu yang terpilih menjadi Sekolah Penggerak angkatan pertama pada tahun 2021. Proses seleksi yang panjang dan ketat, mulai dari administrasi, simulasi mengajar, hingga wawancara, tidak menyurutkan semangat kami.Â
Dengan status Sekolah Penggerak, SDN 21 Palu mulai menerapkan Kurikulum Operasional Sekolah (KOS) dan proyek pelajar Pancasila, menjadikan kami pelopor inovasi pendidikan di tengah keterbatasan.
Merdeka Belajar di sekolah darurat ini menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Dengan kolaborasi dan kreativitas, tidak ada yang mustahil. Kami tidak hanya mengajar, tapi juga belajar bersama, membangun masa depan yang lebih cerah untuk semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI