Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

New World

Blue Origin vs SpaceX, Kompetisi Menuju Ruang Angkasa

16 Januari 2025   18:07 Diperbarui: 16 Januari 2025   18:07 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sering kali terlena dalam rutinitas keseharian yang sepele. Isu politik, sengketa pilkada, perdebatan soal makan siang gratis, atau keputusan apakah sekolah libur selama Ramadan. Di tengah pusaran ini, dunia lain sedang bergerak maju. 

Salah satu contohnya adalah persaingan intens antara Blue Origin milik Jeff Bezos dan SpaceX milik Elon Musk dalam perlombaan menguasai ruang angkasa.

Baru-baru ini, Blue Origin berhasil meluncurkan roket "New Glenn" ke orbit, meski sempat tertunda akibat cuaca buruk. Peluncuran ini menandai tonggak sejarah baru bagi perusahaan Bezos. Dengan tinggi hampir 100 meter, "New Glenn" adalah roket orbital pertama Blue Origin yang dirancang untuk bersaing langsung dengan "Falcon Heavy" milik SpaceX.

Mengapa "New Glenn" Penting?

Nama "New Glenn" diambil dari John Glenn, astronot Amerika pertama yang mengorbit Bumi pada tahun 1962. Roket ini bukan hanya simbol kemajuan teknologi, tetapi juga bagian dari visi Blue Origin untuk menjadi penyedia layanan logistik di orbit Bumi. Roket ini dirancang untuk membawa satelit dan muatan lain, termasuk proyek ambisius Blue Origin seperti stasiun luar angkasa "Orbital Reef."

Peluncuran perdana ini bukan tanpa hambatan. Upaya mendaratkan roket di platform di Atlantik gagal. Meski begitu, Blue Origin telah memantapkan langkahnya dengan rencana ambisius, seperti meluncurkan lebih dari 3.000 satelit proyek "Kuiper" dari Amazon untuk menyediakan internet broadband global, mirip dengan jaringan Starlink milik SpaceX.

Kompetisi yang Mendorong Inovasi

Dengan hadirnya "New Glenn," Jeff Bezos mulai menyaingi dominasi SpaceX. Kompetisi ini membawa dampak positif yang signifikan. Harga peluncuran roket diperkirakan akan turun, memberikan akses lebih luas bagi pemerintah dan organisasi untuk meluncurkan satelit atau menjalankan misi luar angkasa.

Sebelumnya, peluncuran roket bergantung pada sistem kapal induk dari negara seperti Rusia atau Tiongkok, atau menggunakan layanan SpaceX. Kini, dengan adanya Blue Origin, opsi semakin beragam, memberikan keleluasaan lebih besar bagi badan antariksa dan perusahaan swasta.

Namun, kompetisi ini juga menimbulkan risiko. Ketergantungan pada miliarder teknologi seperti Bezos dan Musk dapat mengalihkan fokus dari kepentingan ilmiah ke kepentingan ekonomi. 

Meski demikian, inovasi yang dihasilkan dari persaingan ini mempercepat perkembangan teknologi luar angkasa. Roket yang dapat digunakan kembali, misalnya, membuat perjalanan ruang angkasa lebih efisien dan berkelanjutan.

Bisakah Blue Origin Mengejar SpaceX?

Meski peluncuran "New Glenn" adalah pencapaian besar, Blue Origin masih tertinggal dari SpaceX. Dengan berat muatan maksimum 45 ton, "New Glenn" kalah dari "Falcon Heavy" yang mampu membawa hingga 64 ton. Bahkan, SpaceX telah menguji roket berat baru, "Starship," yang mampu mengangkut 120 ton muatan.

Selain itu, SpaceX telah mengumumkan lebih dari 150 peluncuran "Falcon 9" pada tahun 2025, sementara Blue Origin hanya merencanakan sepuluh peluncuran untuk "New Glenn." Dalam jangka pendek, posisi dominan SpaceX tampaknya tidak terancam.

Namun, Blue Origin tetap memiliki potensi untuk mengganggu keseimbangan kekuasaan di pasar luar angkasa. Dengan fokus pada efisiensi dan keberlanjutan, Blue Origin bisa menjadi pemain utama yang mampu bersaing secara serius.

Manfaat Bagi Umat Manusia

Persaingan antara Blue Origin dan SpaceX bukan hanya soal bisnis atau ambisi pribadi. Inovasi yang dihasilkan memiliki dampak luas bagi umat manusia. Dengan biaya peluncuran yang lebih rendah, lebih banyak negara dan organisasi dapat menjangkau ruang angkasa. Teknologi seperti jaringan internet satelit global membuka peluang untuk meningkatkan konektivitas di daerah terpencil.

Selain itu, eksplorasi ruang angkasa memperluas batas pengetahuan manusia. Misi ke Mars, pembangunan stasiun luar angkasa, dan pengembangan teknologi baru adalah langkah menuju masa depan yang lebih cerah. 

Dalam konteks ini, persaingan antara Bezos dan Musk menjadi katalisator yang mempercepat perjalanan kita menuju era baru eksplorasi luar angkasa.

Meski ada kekhawatiran tentang dominasi perusahaan swasta di ruang angkasa, manfaat dari persaingan ini jauh lebih besar. Dengan inovasi yang lebih cepat, efisiensi yang meningkat, dan biaya yang lebih rendah, akses ke ruang angkasa menjadi lebih inklusif. 

Pada akhirnya, semua orang mendapat manfaat dari kemajuan ini, dari para ilmuwan hingga masyarakat umum yang menikmati konektivitas internet yang lebih baik.

Kompetisi antara Blue Origin dan SpaceX adalah pengingat bahwa fokus pada masa depan adalah kunci kemajuan. Sementara kita di Indonesia masih sibuk dengan perdebatan sehari-hari yang tidak produktif, dunia lain sudah melangkah ke luar angkasa. Mungkin sudah saatnya kita juga mulai memikirkan langkah besar berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun