Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara berkembang dengan potensi ekonomi besar. Sebagai bagian dari BRIC, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pemain utama dalam industri teknologi global. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia harus mampu memainkan diplomasi teknologi dengan cerdas.
Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan adalah memperkuat hubungan dengan negara-negara anggota BRIC lainnya, khususnya China dan India, yang memiliki keunggulan dalam teknologi AI. Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat hubungan dengan negara-negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), yang merupakan kelompok negara maju dengan fokus pada perdagangan bebas dan pertumbuhan ekonomi.
Diplomasi teknologi ini tidak hanya penting untuk memastikan akses terhadap teknologi canggih, tetapi juga untuk memitigasi dampak dari kebijakan proteksionis seperti yang diterapkan oleh AS. Indonesia harus mampu menunjukkan bahwa sebagai negara berkembang, kita juga memiliki kontribusi besar dalam perekonomian global.
Kebijakan Joe Biden untuk membatasi ekspor chip AI ke Indonesia adalah pengingat bahwa di era globalisasi ini, teknologi menjadi komoditas yang sangat strategis. Bagi AS, kebijakan ini mungkin merupakan langkah untuk mempertahankan dominasi dalam inovasi teknologi. Namun, bagi negara-negara seperti Indonesia, kebijakan ini harus menjadi momentum untuk introspeksi dan transformasi.
Harapan besar terletak pada kemampuan Indonesia untuk memanfaatkan peluang di tengah tantangan ini. Dengan hubungan diplomatik yang baik dengan AS, Indonesia dapat menjadikan momen ini sebagai peluang untuk membangun kemandirian teknologi, meningkatkan investasi dalam pendidikan dan inovasi, serta memperkuat kerja sama dengan negara-negara lain.
Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah harus mengambil langkah-langkah konkret. Kebijakan yang jelas, investasi yang tepat, dan dukungan terhadap riset dan pengembangan menjadi kunci untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi penonton dalam perang teknologi ini, tetapi juga pemain aktif yang mampu bersaing di kancah global.
Kebijakan pembatasan ekspor chip AI oleh AS adalah tantangan besar, tetapi juga peluang emas bagi Indonesia untuk membangun kemandirian teknologi. Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, Indonesia harus mampu menunjukkan bahwa kita memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri teknologi global.
Dengan memanfaatkan hubungan baik dengan AS dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara lain, Indonesia dapat membangun ekosistem teknologi yang mandiri, inklusif, dan berdaya saing tinggi. Masa depan teknologi Indonesia terletak pada kemampuan kita untuk melihat peluang di tengah tantangan, dan mengambil langkah strategis untuk mencapainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H