Keputusan PSSI memecat Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 6 Januari 2025 mengejutkan banyak pihak. Reaksi emosional bermunculan, dari penggemar sepak bola hingga kelompok pendukung setia.
Di tengah riuh kritik, Ultras Garuda Indonesia (UGI) melayangkan surat terbuka kepada PSSI, meminta penjelasan transparan atas keputusan yang dianggap kontroversial ini.
UGI, yang dikenal sebagai kelompok pendukung garis depan Timnas Indonesia, dalam surat terbukanya menekankan empat poin penting. Pertama, mereka meminta alasan resmi dan transparan terkait pemutusan kontrak Shin Tae-yong. Kedua, UGI mendorong adanya audit independen terhadap kinerja dan kebijakan PSSI, terutama dalam pengelolaan tim nasional.
Ketiga, mereka meminta kejelasan arah dan target dalam kontrak pelatih baru, dengan harapan membawa perubahan signifikan. Keempat, UGI menegaskan akan memberikan kritik keras secara objektif jika pelatih baru gagal memenuhi ekspektasi.
Namun, kekecewaan penggemar tidak berhenti di surat terbuka. Santer beredar kabar bahwa Patrick Kluivert, legenda sepak bola Belanda dan Barcelona, telah ditunjuk sebagai pengganti Shin Tae-yong. Pengumuman ini dikonfirmasi oleh pakar transfer Eropa, Fabrizio Romano, yang menyatakan Kluivert telah menandatangani kontrak berdurasi dua tahun dengan opsi perpanjangan.
"Patrick Kluivert telah menandatangani kontrak sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Kesepakatan selesai dengan durasi dua tahun dan opsi perpanjangan dua tahun. Ia akan diperkenalkan pada 12 Januari mendatang di Indonesia," tulis Romano melalui akun media sosialnya.
Namun, penggemar sepak bola Indonesia justru menyambut kabar ini dengan kritik tajam. Banyak yang meragukan kemampuan Kluivert, terutama setelah melihat rekam jejaknya yang dianggap tidak cukup menjanjikan untuk menangani tim nasional.
Pengalaman Kluivert melatih Curacao yang kalah telak 0-4 dari Bahrain menjadi salah satu sorotan tajam netizen.
Kolom komentar Instagram Kluivert dibanjiri kritik. "Ngelatih Curacao aja kalah telak, gimana ngelatih Indonesia?" tulis salah satu netizen.
Sentimen serupa terus bergulir, mengingat keberhasilan Shin Tae-yong dianggap sebagai tonggak perubahan positif bagi sepak bola tanah air.
"CV-nya STY jauh lebih meyakinkan. Kenapa harus ambil risiko seperti ini?" ujar seorang penggemar dengan nada kesal. Bahkan frasa "Kluivert Out" menggema di media sosial sebagai bentuk protes dini sebelum ia resmi diperkenalkan.
Bagi banyak penggemar, Shin Tae-yong adalah simbol perubahan yang berhasil. Meski gagal membawa Timnas Indonesia juara di Piala AFF 2024, pelatih asal Korea Selatan itu dinilai telah memberikan dasar yang kuat untuk membangun masa depan sepak bola Indonesia. Dari pengembangan pemain muda hingga peningkatan disiplin tim, warisan Shin dianggap sangat berarti.
Kini, di tengah kegaduhan dan ketidakpastian, Patrick Kluivert menghadapi tantangan besar. Dengan waktu yang semakin sempit menjelang putaran final kualifikasi Piala Dunia 2026, ia dituntut untuk segera beradaptasi dengan karakteristik pemain Indonesia, membangun chemistry tim, dan membuktikan bahwa keputusannya untuk mengambil alih Timnas bukan sekadar perjudian.
Empat laga sisa dalam kualifikasi akan menjadi ujian nyata bagi Kluivert. Penggemar mengharapkan hasil positif yang bisa menjaga asa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Namun, dengan atmosfer yang sudah diwarnai kekecewaan dan ketidakpercayaan, tugas Kluivert menjadi semakin berat.
Surat terbuka dari Ultras Garuda Indonesia adalah cerminan dari keresahan para pendukung. Mereka ingin jawaban atas keputusan besar ini dan jaminan bahwa masa depan Timnas Indonesia tetap berada di jalur yang benar.
"Ini bukan soal satu pelatih atau satu nama besar. Ini soal perjalanan panjang sepak bola Indonesia yang sedang dibangun dengan susah payah. Kami tidak ingin itu runtuh hanya karena kesalahan pengambilan keputusan," tulis salah satu netizen.
Di balik kritik pedas dan kekecewaan, harapan tetap ada. Patrick Kluivert memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya adalah pilihan yang tepat. Namun, untuk meraih kepercayaan publik, ia harus melampaui bayang-bayang Shin Tae-yong dan menunjukkan bahwa ia bisa membawa Garuda terbang lebih tinggi.
Waktu akan menjawab. Tapi satu hal yang pasti, Garuda tak pernah sendiri. Dukungan dan kritik keras dari para penggemar adalah bukti cinta mereka pada Timnas Indonesia. Di antara perubahan dan kekecewaan, Garuda tetap terbang dengan harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H