Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jakarta Tak Takut, Siap Hadapi Ancaman Megathrust Selat Sunda

5 Januari 2025   10:10 Diperbarui: 5 Januari 2025   10:10 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi yang menggambarkan potensi dampak megathrust di Selat Sunda (generated AI)

Ancaman megathrust Selat Sunda bukan sekadar peringatan ilmiah, melainkan panggilan untuk membangun kesadaran kolektif.

Kita mungkin tidak bisa menghentikan gempa, tetapi kita bisa mempersiapkan diri untuk menyelamatkan nyawa. Sejarah telah mengajarkan bahwa kesiapan adalah kunci.

Masih lekat dalam ingatan, pada awal 2018, BMKG telah memperingatkan Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah mengenai ancaman gempa dahsyat. Namun, peringatan itu dianggap berlebihan dan menakut-nakuti.

Ketidakpedulian ini berbuah pahit ketika pada 28 September 2018, gempa besar, tsunami, dan likuifaksi melanda Palu, Sigi, dan Donggala. Ribuan nyawa melayang, harta benda hancur, dan hingga kini sebagian korban masih tinggal di hunian sementara.

Belajar dari tragedi itu, Pemda DKI Jakarta kini mengambil langkah berbeda. Daripada menyangkal, Jakarta memilih untuk bersiap. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta tengah menyusun rencana kontingensi untuk menghadapi ancaman gempa megathrust.

"Tahun 2025 ini, BPBD DKI Jakarta sedang menyusun rencana kontingensi bencana gempa bumi," ujar Mohamad Yohan, Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD Jakarta, Rabu (1/1/2025). Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Jakarta untuk melindungi warganya dari bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Tidak hanya sebatas dokumen, BPBD aktif menggelar simulasi dan edukasi bencana di berbagai lokasi, mulai dari kantor wali kota hingga fasilitas publik seperti rumah sakit dan sekolah. Melalui ruang literasi kebencanaan, masyarakat diajak untuk memahami risiko gempa dan tsunami, serta pentingnya kesiapsiagaan.

Yohan juga mengingatkan warga Jakarta untuk selalu memiliki tas darurat yang berisi kebutuhan dasar seperti pakaian, obat-obatan, dan dokumen penting.

"Tas darurat adalah langkah sederhana tetapi sangat vital untuk membantu masyarakat bertahan di situasi darurat pascabencana," jelasnya.

Kolaborasi menjadi kekuatan utama Jakarta dalam menghadapi ancaman megathrust. BPBD bekerja sama dengan BMKG untuk memantau aktivitas seismik secara real-time dan memastikan informasi peringatan dini tersampaikan dengan cepat.

Teknologi juga dimanfaatkan maksimal, termasuk melalui kerja sama dengan Kominfo Digital (Komdigi) untuk menyebarkan peringatan dini tsunami melalui TV digital.

"Kami menggunakan Level 1 peringatan dini pada TV digital untuk memberikan informasi bahaya tsunami dari BMKG," tambah Yohan.

Tak hanya itu, BPBD juga bersinergi dengan USAID KUAT untuk menyediakan panduan kesiapsiagaan gempa yang inklusif.

Buku seperti Namaku Ancala, Guncang-Guncang Ondel-Ondel, dan bola edukasi Tiwi dirancang untuk masyarakat umum, termasuk penyandang disabilitas, dan tersedia gratis di website resmi BPBD Jakarta.

Peringatan tentang megathrust di Selat Sunda memang tidak main-main. Menurut Nuraini Rahma Hanifa, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), segmen megathrust di selatan Jawa menyimpan energi tektonik yang signifikan.

"Potensi megathrust ini dapat memicu gempa besar berkekuatan magnitudo 8,7 hingga 9,1, yang kemudian memicu tsunami yang dapat mencapai Jakarta dalam waktu 2,5 jam," ungkap Rahma dalam peringatan 20 tahun tsunami Aceh, seperti dikutip dari laman BRIN.

Simulasi menunjukkan bahwa ketinggian gelombang tsunami dapat mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3--15 meter di Selat Sunda, dan 1,8 meter di pesisir utara Jakarta. Fakta ini jelas menuntut keseriusan semua pihak dalam melakukan mitigasi.

Namun, ancaman ini bukan tentang menciptakan ketakutan, melainkan membangun ketangguhan. Jakarta tidak takut. Kota ini memilih untuk bertindak dengan langkah-langkah mitigasi yang sistematis, kolaboratif, dan berbasis teknologi.

Seperti Rahma katakan, "Kita tidak bisa memprediksi kapan gempa akan terjadi, tetapi kita dapat mempersiapkan diri."

Persiapan itu kini menjadi prioritas Jakarta, memastikan bahwa ibu kota ini siap menghadapi potensi megathrust Selat Sunda tanpa rasa gentar, melainkan dengan keyakinan bahwa kesiapsiagaan adalah bentuk tanggung jawab tertinggi kepada rakyatnya.

Waktu terus berdetak, dan langkah-langkah yang diambil hari ini akan menentukan masa depan. Jakarta, dengan segala upaya mitigasinya, memberi contoh bahwa ancaman bencana bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah persiapan yang lebih matang dan kolaborasi yang lebih kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun