Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi 'Powati' Suku Da'a: Jejak Leluhur di Ambang Senja

2 Januari 2025   17:05 Diperbarui: 2 Januari 2025   17:05 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi proses tradisi Powati dari suku Kaili Da'a (generated AI)

Di pelosok Sulawesi Tengah, tepatnya di lereng Gunung Gawalise, tradisi unik bernama Powati masih menyimpan sepotong kisah warisan budaya Suku Da'a Kaili. Dalam upacara ini, seorang bayi laki-laki yang baru berusia tiga bulan menjadi pusat perhatian.

Kakinya diikat dengan rumput wintu, tanaman lokal yang tangguh bahkan di musim kering. Tak hanya itu, ekor babi yang dilubangi dipasang sebagai gelang kaki, memberi kesan bahwa bayi tersebut tengah memulai perjalanan hidupnya dengan simbol kekuatan dan keberanian.

Puncak acara Powati penuh dengan simbolisme yang menggugah. Bayi laki-laki tersebut didudukkan di atas seekor babi -- makhluk yang bagi masyarakat Da'a merupakan lambang kesejahteraan.

Di dekat alat kelamin sang bayi, gulungan daun pisang diletakkan, lalu diiris oleh ketua adat menggunakan pisau sebagai simbol penyunatan. Usai prosesi ini, bayi dimandikan di mata air khusus yang airnya dialirkan dari sumber alami.

Semua orang yang hadir lalu kembali ke rumah untuk menikmati santapan bersama, dipimpin oleh ketua adat. Dalam tradisi ini, setiap detail menyiratkan rasa syukur atas kelahiran seorang anak sebagai titipan Sang Pencipta.

Simbol-Simbol Kaya Makna

Berbeda untuk bayi perempuan, pelaksanaan Powati memiliki sentuhan lebih lembut. Bayi perempuan dimandikan dan dikeramasi dengan campuran santan kelapa dan kunyit yang telah dikunyah oleh bibinya. Ini menjadi simbol pembersihan dan persiapan menuju kehidupan yang lebih bermakna.

Tak ada daun pisang yang diiris di sini; sebaliknya, simbol pemotongan digantikan dengan ritual pembersihan gigi. Setelah dimandikan, anak perempuan diberi suapan pertama oleh ketua adat sebelum akhirnya semua orang menyantap makanan bersama.

Tak hanya serangkaian ritual, Powati juga membutuhkan persiapan bahan yang cukup rumit. Daun Kamonji, silaguri, vunga, dan berbagai bahan lainnya diikat dengan rumput wintu dan diletakkan di atas nyiru -- nampan tradisional yang kerap digunakan dalam upacara adat. Ini menandakan bahwa upacara ini adalah persembahan terbaik kepada leluhur dan Sang Pencipta.

Suku Da'a dan Jejak Kehidupannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun