Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kecelakaan Azerbaijan Airlines dan Jeju Air, Benarkah Burung Biang Keladinya?

29 Desember 2024   21:57 Diperbarui: 29 Desember 2024   21:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh burung dalam dunia penerbangan (generated AI)

4 Konteks Ketinggian Rendah
Sebagian besar bird strike terjadi pada ketinggian di bawah 3.000 kaki (900 meter)---fase lepas landas dan mendarat, di mana pilot memiliki waktu terbatas untuk merespons gangguan.

Mengapa Bird Strike Sering Jadi Kambing Hitam?

  1. Bukti Fisik yang Jelas
    Setelah kecelakaan, sering ditemukan jejak biologis seperti bulu atau darah burung pada badan pesawat. Hal ini mempermudah pihak investigasi untuk mengaitkan bird strike dengan penyebab kecelakaan, meskipun mungkin ada faktor lain yang berkontribusi.
  2. Lingkungan Bandara
    Bandara sering kali dikelilingi oleh habitat alami burung, seperti lahan basah atau padang rumput. Selama musim migrasi, jumlah burung di sekitar bandara meningkat signifikan, sehingga risiko bird strike menjadi lebih tinggi.
  3. Minimnya Informasi Awal Lain
    Dalam investigasi awal, sering kali bird strike menjadi fokus utama karena dampaknya yang mudah diidentifikasi. Namun, penyelidikan lebih dalam biasanya mengungkap apakah ada faktor teknis atau kesalahan manusia yang turut berperan.

Apakah Burung Selalu Menjadi Penyebab Utama?

Meskipun bird strike sering dilaporkan sebagai penyebab awal, kecelakaan pesawat jarang terjadi akibat satu faktor tunggal. Sebaliknya, kecelakaan biasanya merupakan hasil dari kombinasi faktor.

Misalnya, dalam kasus Azerbaijan Airlines dan Jeju Air, investigasi lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan sejauh mana bird strike berkontribusi. Apakah kerusakan yang disebabkan burung benar-benar tidak dapat diatasi? Apakah ada prosedur yang terlewatkan?

Upaya Mengurangi Risiko

  1. Pengelolaan Habitat di Sekitar Bandara
    Bandara dapat meminimalkan risiko dengan mengurangi habitat burung di sekitarnya, seperti menghilangkan sumber makanan dan air.
  2. Teknologi Pengusir Burung
    Teknologi seperti suara ultrasonik, laser, atau drone dapat digunakan untuk menjauhkan burung dari jalur penerbangan.
  3. Desain Pesawat yang Lebih Kuat
    Produsen pesawat terus mengembangkan komponen yang lebih tahan terhadap tabrakan burung, seperti kaca kokpit yang lebih kuat dan bilah mesin yang lebih kokoh.
  4. Penggunaan Radar Burung
    Dengan memantau pergerakan kawanan burung menggunakan radar, bandara dan pilot dapat mengambil tindakan preventif, seperti menunda lepas landas.

Burung, meskipun kecil, dapat menjadi ancaman besar dalam dunia penerbangan. Namun, menjadikannya kambing hitam tanpa investigasi menyeluruh bisa menutupi penyebab lain yang sama pentingnya.

Tragedi seperti yang terjadi pada Azerbaijan Airlines dan Jeju Air adalah pengingat bahwa penerbangan, meskipun semakin canggih, tetap menghadapi tantangan dari alam.

Dengan pendekatan yang lebih proaktif, baik melalui teknologi maupun manajemen risiko, diharapkan kejadian serupa dapat dicegah di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun