Risiko terbesar adalah hilangnya keintiman dalam hubungan manusia. Dengan mengandalkan AI, kita mungkin lupa bagaimana cara membangun hubungan nyata, bagaimana mendengar dengan sungguh-sungguh, dan bagaimana merasakan kehadiran seseorang.
Namun, tidak berarti AI harus dihindari. Teknologi ini bisa menjadi alat pendukung, bukan pengganti. AI dapat membantu mengurangi beban kerja, menyediakan informasi, atau bahkan membantu mereka yang merasa terlalu cemas untuk memulai percakapan dengan orang lain.
Tapi, kita harus memahami batasannya. Teknologi, secanggih apa pun, tetap tidak bisa menggantikan hati manusia.
Maka, mari kita kembali pada esensi curhat itu sendiri. Ketika hati terasa penuh dan pikiran butuh ruang, carilah teman, keluarga, atau seseorang yang benar-benar peduli.
Manusia, dengan segala keterbatasannya, punya sesuatu yang AI tidak akan pernah miliki: kehangatan, empati, dan kemampuan untuk merasakan bersama. Karena pada akhirnya, curahan hati hanya layak diterima oleh yang punya hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H