Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis, traveling, fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dalam Kesederhaan Betlehem, Kisah Natal dari Lereng Rondingo

24 Desember 2024   19:07 Diperbarui: 24 Desember 2024   19:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi Natal di daerah terpencil

Di lereng pegunungan terpencil Desa Rondingo, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi, perayaan Natal selalu menghadirkan kehangatan yang tak tertandingi.

Dengan ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, desa ini menawarkan pemandangan alam yang memukau, namun juga menyimpan tantangan tersendiri bagi warganya. Meskipun sederhana, makna Natal di desa ini begitu dalam dan penuh pesan kasih Kristus.

Dekrius, Ketua Gerakan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kristen Da'a Inde Sulawesi Tengah (GP2MKDIST), adalah saksi hidup dari perayaan Natal yang penuh kesederhanaan di desa ini.

Selama 15 tahun pengabdiannya sebagai guru SMP di daerah terpencil, ia selalu terlibat dalam persiapan Natal yang berbeda dari kemeriahan kota besar.

"Persiapan Natal sebenarnya adalah masalah hati," ujar Dekrius. "Apakah hati kita menyambut Juruselamat dengan kasih, seperti kasih Kristus yang mau datang ke dunia? Maka, tidak perlu Natal bermewah-mewah kalau dilaksanakan dengan hati yang bersungut-sungut."

Kata-katanya mengingatkan bahwa esensi Natal bukanlah pada pernak-pernik atau gemerlapnya lampu, melainkan pada kehangatan hati yang tulus menyambut Sang Mesias.

Natal Diterangi Petromax

Dekrius mengenang perayaan Natal di masa lalu, ketika Desa Rondingo belum dialiri listrik. Jemaat berkumpul di gereja kecil yang diterangi lampu petromax yang dibawa dari rumah masing-masing.

"Makanannya pun cukup dengan kue-kue biskuit dan kopi. Sangat sederhana, namun begitu bermakna," kenangnya.

Bagi jemaat, kesederhanaan ini mencerminkan keadaan Betlehem pada malam kelahiran Yesus, di mana Sang Juru Selamat memilih hadir di kandang domba, bukan di istana megah.

Tahun ini, meski PLN telah menerangi Desa Rondingo, kesederhanaan tetap menjadi ciri khas perayaan Natal di sini. Jemaat masih memilih untuk merayakan dengan cara yang sederhana, sesuai tema Natal tahun ini, "Kembali ke Betlehem." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun