AI bekerja berdasarkan aturan yang ditanamkan oleh manusia. Keputusan yang diambil AI sering kali bersifat mekanis, tanpa mempertimbangkan aspek moral atau empati. Misalnya, dalam teknologi pengenalan wajah, AI dapat membuat keputusan yang bias jika datanya tidak seimbang.
Manusia, dengan segala kekurangannya, memiliki hati nurani. Kecerdikan manusia memungkinkan kita mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pengambilan keputusan. Ini yang membuat manusia tetap unggul dalam hal memahami dampak emosional dan etis dari setiap tindakan.
Kesimpulan: Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Meskipun AI menawarkan keunggulan dalam banyak hal, kecerdikan manusia tetap menjadi kekuatan yang tak tergantikan. AI bisa menjadi alat yang luar biasa untuk membantu manusia, tetapi tidak akan bisa sepenuhnya menggantikan kemampuan manusia untuk berpikir, merasa, dan berempati.
Masa depan yang ideal bukan tentang siapa yang lebih unggul, tetapi bagaimana manusia dan AI dapat bekerja bersama. Dengan menggabungkan kecepatan dan akurasi AI dengan kecerdikan dan nilai-nilai manusia, kita dapat menciptakan dunia yang lebih inovatif, adil, dan manusiawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H