Mohon tunggu...
Muhammad Ihsan B
Muhammad Ihsan B Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekaten di Kraton Yogyakarta, Merayakan Tradisi Mewariskan Budaya

18 November 2024   16:58 Diperbarui: 18 November 2024   16:59 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekaten adalah salah satu tradisi yang paling dikenal dan dihormati di Yogyakarta, khususnya yang berlangsung di lingkungan Kraton Yogyakarta. Perayaan ini tidak hanya merupakan sebuah festival keagamaan, tetapi juga sebuah simbol kuat dari pertemuan antara budaya Islam dan budaya Jawa yang kaya. Sekaten digelar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, dan biasanya diadakan di sekitar tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Namun, di balik makna keagamaan tersebut, Sekaten juga memiliki dimensi sosial dan budaya yang mendalam, yang menggambarkan harmoni antara tradisi kerajaan dan masyarakat luas.

Nama "Sekaten" berasal dari kata "Sekati," yang dalam bahasa Jawa berarti "serasi" atau "harmonis." Asal-usul perayaan ini bermula pada masa pemerintahan Sultan Agung di Kraton Yogyakarta. Menurut legenda, Sultan Agung ingin menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa dengan cara yang lebih menarik bagi masyarakat Jawa waktu itu. Untuk itu, beliau mengadakan sebuah festival yang memadukan musik gamelan dan unsur-unsur Islam, agar masyarakat Jawa yang belum sepenuhnya menerima Islam, dapat lebih mudah mendekati agama tersebut. Selain sebagai sarana dakwah, Sekaten juga bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai ajaran Islam, seperti persatuan dan kesatuan, dengan cara yang mengedepankan kebudayaan lokal. Dalam perayaan ini, ada pertunjukan seni tradisional, pameran, dan berbagai macam hiburan yang melibatkan masyarakat dari berbagai lapisan.

Perayaan Sekaten di Kraton Yogyakarta dimulai dengan pemindahan "keris Kyai Nogo Wilogo" dan "kendi Kyai Sembuk" dari masjid agung ke alun-alun utara. Dipercaya bahwa Keris ini memiliki kekuatan magis, dan ini terkait dengan kemakmuran dan kelancaran kerajaan Jawa. Upacara ini, yang erat terkait dengan adat istiadat dan kebiasaan Jawa, menjadi salah satu simbol kebesaran Kraton Yogyakarta. Gamelan Sekaten, yang dimainkan secara khusus untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, adalah salah satu daya tarik utama perayaan Sekaten. Gamelan Sekaten berbeda dengan gamelan biasa karena terdiri dari berbagai alat musik yang dimainkan dengan ritme khusus. Selama prosesi Sekaten, suara gamelan ini mengiringi acara-acara penting, membuat pengunjung tertarik.

Selain acara keagamaan dan budaya, Sekaten juga dikenal karena pasar malam yang diadakan di Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta. Pasar malam biasanya dimulai beberapa hari sebelum puncak perayaan Maulid Nabi dan berlangsung hingga beberapa hari setelahnya. Berbagai macam jajanan tradisional, permainan, dan hiburan rakyat membuat pasar ini menjadi pusat keramaian. Pasar malam Sekaten menawarkan berbagai kuliner khas Yogyakarta, seperti geplak dan sate kere, serta berbagai makanan pasar lainnya. Selain itu, permainan tradisional seperti komedi putar, bianglala, dan odong-odong membuat pengunjung tertawa. Pasar malam Sekaten menjadi tempat di mana orang-orang dari berbagai kelompok berkumpul, yang membuat suasana menjadi lebih hidup.

Salah satu nilai yang menarik dari Sekaten adalah perpaduan yang jelas antara ajaran Islam dan budaya Jawa, yang terlihat dalam setiap aspeknya. Sekaten bukan hanya sebuah acara keagamaan, tetapi juga bentuk ekspresi budaya yang kuat, di mana tradisi-tradisi Jawa, seperti gamelan dan tari-tarian, dikombinasikan dengan ajaran Islam. Penggunaan gamelan dalam acara keagamaan adalah contoh nyata dari perpaduan ini. Gamelan, yang seharusnya digunakan dalam acara hiburan atau upacara adat Jawa, kini digunakan untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad. Ini menunjukkan bahwa budaya Jawa dan Islam dapat berjalan bersama, saling melengkapi, dan saling memperkaya.

Sekaten adalah komponen penting dari perayaan di Kraton Yogyakarta dan merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Dengan terus mengadakan perayaan ini setiap tahunnya, Kraton Yogyakarta berfungsi untuk melindungi budaya Jawa yang telah terjalin selama bertahun-tahun. Tradisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan bagaimana nilai-nilai luhur tradisi dapat tetap hidup dan berkembang seiring kemajuan zaman. Sekaten di Kraton Yogyakarta adalah perayaan keagamaan yang menunjukkan budaya yang bertahan dan berkembang seiring waktu. Ia adalah simbol keberagaman, keharmonisan, dan kebersamaan, dan itu menumbuhkan rasa cinta terhadap tradisi dan warisan budaya yang telah ada sejak lama.

Perayaan Sekaten di Kraton Yogyakarta menunjukkan bagaimana agama dan budaya dapat berfungsi sama baiknya. Tradisi ini masih ada dan relevan di zaman sekarang karena ia adalah sebuah acara ritual dan festival yang melibatkan seluruh masyarakat. Dengan merayakan Sekaten, kita menghormati kelahiran Nabi Muhammad dan melestarikan warisan budaya yang kaya dan luhur. Sekaten menunjukkan bahwa budaya Jawa yang bermakna ini dapat terus dipelihara dan digunakan untuk memperkuat hubungan masyarakat di Yogyakarta dan di seluruh Indonesia.

Oleh:

Muhammad Ihsan Barori

Catur Prasetyo Pamungkas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun