Baru sempat mendengarkan versi penuh dari lagu "Katumbiri" ini, meski link-nya telah beberapa hari diterima melalui pesan WhatsApp dari penciptanya langsung. Selain memang belum sempat menyengajakan waktu untuk mendengarkannya juga biasanya sulit menemukan sesuatu yang luar biasa dalam lagu-lagu karya Iman Ulle ini.
Oh iya sekilas mari deskripsikan terlebih dahulu sosok pencipta dan arranger lagu ini:
Karena hanya sekilas mungkin saya hanya bisa bilang, beliau ini musisi kelahiran Wanayasa dan sempat mengenyam pendidikan musik di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (Sekarang ISBI Bandung) jurusan Karawitan. Passion bermusiknya tak umum dan kadang meleset dari ekspektasi "pasar". Tetapi kepiawaiannya meramu musik justru membawanya kesana kemari dan bekerjasama dengan si ini dan si itu dalam banyak proyek musik.
Mari kita mulai masuk pada lagu dengan judul "KATUMBIRI" atau dalam bahasa Indonesia berarti PELANGI.
Mohon digarisbawahi, tulisan ini bukanlah sebuah judgement atas sebuah karya, ini hanya sebuah apresiasi dari penikmat musik biasa yang menemukan sesuatu yang luar biasa pada lagu tersebut. Bukan pula merupakan komparasi pada materi musik siapapun.
Mulai dari intro, suara string dipadu alat musik melodis Rebab membisiki lembut telinga audien dan jelas memberi penanda di wilayah mana lagu terlahir. Ya, di tanah Sunda.
Alunan piano menimpali berikutnya, mencoba melakukan teleportasi imajinasi ke daratan eropa dan sekaligus lagu ini mencoba memproklamirkan diri bahwa ini bukan "pure" lagu Sunda.
Benar saja, asumsi pertama tadi tepat. Lagu ini terlahir di daratan Sunda, saat lirik pertama terdengar dengan kata "Katumbiri". Katumbiri berarti Pelangi dalam bahasa Indonesia, sebuah fenomena meteorologi yang disebabkan oleh refleksi dan difraksi cahaya yang menghasilkan spektrum cahaya yang muncul di langit kala gerimis. Yaaa semua tahu tentang itu.
"katumbiri mungkasan hujan  / Pelangi mengahiri hujan
Asa ngalagena / sangat mengena
Keuna kana rasa kuring nu mungkas gandrung / menyentuh rasaku yang mengakhiri cinta