Over badmood sering dianggap sebagai sesuatu yang wajar, seolah itu hanya bagian dari kepribadian atau hari buruk semata. Padahal, suasana hati yang buruk secara berlebihan dapat berdampak negatif pada hubungan, produktivitas, bahkan kesehatan mental. Sayangnya, alih-alih menghadapi masalah ini, banyak orang justru mencari pembenaran dengan berharap orang lain menerima perilaku tersebut.
Kesalahan yang sering terjadi adalah mengandalkan pasangan yang sabar untuk mengimbangi emosi yang tidak terkontrol. Pemikiran ini tidak hanya tidak adil, tetapi juga menciptakan hubungan yang tidak sehat. Hubungan yang baik seharusnya dibangun atas dasar saling pengertian dan tanggung jawab emosional, bukan ketergantungan emosional pada satu pihak saja.
Salah satu alasan mengapa over badmood sering dianggap wajar adalah kurangnya edukasi tentang pengelolaan emosi. Banyak orang tumbuh dalam lingkungan yang tidak mengajarkan mereka cara mengenali dan mengelola emosi. Akibatnya, perilaku ini dianggap normal dan menjadi kebiasaan yang sulit diubah.
Dampak over badmood tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri, tetapi juga oleh orang-orang di sekitar. Kebiasaan ini dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan, membuat orang terdekat merasa lelah secara emosional, dan bahkan merusak hubungan yang sudah terjalin. Selain itu, emosi yang tidak terkendali dapat memicu stres kronis dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Namun, kabar baiknya adalah bahwa mengelola emosi bukanlah kemampuan bawaan, melainkan keterampilan yang bisa dipelajari. Proses ini mungkin memerlukan waktu dan usaha, tetapi manfaatnya sangat besar bagi kehidupan pribadi dan hubungan Anda. Langkah pertama adalah belajar mengenali dan mengakui emosi yang dirasakan. Dengan menerima bahwa Anda sedang marah, sedih, atau cemas, Anda dapat mulai mengendalikan reaksi yang muncul.
Salah satu cara efektif untuk meredakan emosi yang memuncak adalah dengan menerapkan teknik relaksasi. Pernapasan dalam, meditasi, atau sekadar berjalan kaki bisa membantu menurunkan intensitas emosi dan memberikan ruang untuk berpikir lebih jernih. Selain itu, refleksi tentang apa yang biasanya memicu badmood Anda juga penting. Dengan mengenali pola dan pemicu, Anda bisa mempersiapkan strategi yang lebih baik untuk menghadapi situasi serupa di masa depan.
Jika usaha mandiri belum cukup, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional. Konsultasi dengan psikolog atau terapis dapat membantu Anda memahami akar masalah dan memberikan teknik pengelolaan emosi yang lebih terarah. Langkah ini bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk keberanian untuk memperbaiki diri.
Pasangan Anda, meskipun penuh pengertian, bukanlah solusi instan untuk masalah emosional Anda. Mereka seharusnya menjadi pendukung dalam proses Anda belajar mengelola emosi, bukan pihak yang terus-menerus harus menerima dampak dari badmood yang tidak terkendali. Hubungan yang sehat membutuhkan kontribusi emosional yang setara dari kedua belah pihak.
Dengan belajar mengelola emosi sendiri, Anda tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan bermakna. Over badmood bukanlah hal yang harus dianggap wajar atau dinormalisasi. Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk berubah, demi kesejahteraan diri sendiri dan orang-orang di sekitar Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H