Jika kita tidak sadar akan hal ini, kita akan hancur lebur pada propaganda-propaganda “pemborong”. Mulai sekarang, sebagai anak bangsa berkewajiban untuk membangun ulang, berkewajiban untuk menata ulang (kesatuan yang sempat hilang, keramahan yang sempat ditiadakan, dan keselarasan yang sempat dipermainkan).
Indonesia sudah terlalu “kusut” dijadikan tontonan. Kebangkitan bukan lagi diawali dari revolusi, bukan lagi diawali dari reformasi, tapi kepahaman kita akan pemahaman, ketahuan kita akan pengetahuan, dan amal kita akan apa yang diamalkan. Siapa pun mereka, darimana pun mereka harus bisa membedakan, mana pemintaran dan pembodohan, mana ketulusan dan keserakahan, mana kebaikan dan kemunafikan, dan mana-mana yang lainnya. Pikiran dan pandangan bangsa ini tertutup oleh tabir-tabir kesenangan fakta, tapi tak melihat ujung dari lautan cinta, yaitu kesatuan untuk kedamaian.
Semoga bangsa kita menjadi pemenang, bukan mereka kaum kepentingan, semoga bangsa kita menjadi aman, bukan mereka kaum kerusuhan, semoga bangsa kita tetap sejahtera, bukan mereka kaum penjarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H