Oleh: Ikhsan Bawa AM
Media oh media...
Media itu berisik
Media itu membosankan
Berita yang ditampilkan tidak lebih dari bualan
Omong kosong!
Media oh media...
Media itu tong kosong—nyaring bunyinya, cempreng suaranya, dan lugu sajiannya (kekanak-kanakan)
Media itu pembual
Dan semuanya bualan
Media oh media...
Media itu seperti mainan
Mainan siapa?
Mainan bagi mereka anak-anak pemerintahan
Mainan bagi mereka anak-anak pemilik modal
Dan mainan bagi mereka pemimpin yang demen pencitraan
Media oh media...
Media itu katanya sumber informasi
Media itu katanya pemberi suntikan gizi
Media itu katanya pencerah hati
Media itu katanya mendidik nurani
Itu katanya, kata siapa?
Kata mereka yang suka nampang di berita
Media oh media...
Dimana wajahmu?
Dimana etikamu?
Dimana kesantunanmu?
Dan dimana kenetralanmu?
Aku mencarimu dalam setiap sudutmu
Aku mencarimu dalam setiap suaramu
Aku mencarimu dalam setiap tampilanmu
Tapi aku tak menemukanmu
Aku hanya menemukan cacian untuk lawan
Aku hanya menemukan pujian untuk kawan
Aku hanya menemukan sanjungan untuk pencitraan
Aku sama sekali tidak menemukan kenetralan dalam cerita kesenjangan
Media oh media...
Kau telah membongkar pemikiranku
Kau mencoba merayuku dengan perbudakan busukmu
Kau mencoba menggiringku mengikuti alurmu
Aku tak mau, aku tak mau, sekali lagi, aku tak mau !
Media oh media...
Opinimu bukan opiniku
Pemikiranmu bukan pemikiranku
Beritamu bukan beritaku
Apalagi manipulasimu, itu sama sekali bukan aku
Media oh media...
Jangan lagi kau racuni aku
Jangan lagi kau rayu aku
Jangan lagi kau asupi aku
Aku sudah terlalu bodoh untuk mengikuti gayamu
Media oh media
Tahukah kau?
Dunia ini hancur gara-gara ulahmu
Tahukah kau?
Bangsa ini roboh karena tingkahmu
Tahukah kau?
Masyarakat ini bingung dengan celotehmu
Tahukah kau?
Mata ini bosan memandangi akal-akalanmu
Media oh media
Aku memohon kepadamu
Bahkan pada Tuhan
Agar kau kembali ke jalan yang benar
Jalan yang lurus
Jalan yang sesuai dengan kemanfaatan
Bukan jalan-jalan kebobrokan saja yang kau sajikan
Media oh media
Aku butuh dorongan pengetahuan
Aku rindu pada kenanganku dulu, kenangan kecilku melihat kehebatan anak-anak
Aku butuh tontonan yang berpendidikan
Aku butuh sajian yang aktual, tajam, dan dapat dipercaya
Jangan kau hanya ingin menjadi nomer one, jadilah nomer one yang berbasis ke-ONE-an[1]
Jangan kau terlalu melintasi metro, karena metro terlalu politan untuk dirasakan
Media oh media
Kembalilah kau pada asalmu
Kembalilah kau pada ibumu
Ibu pertiwi
Bukan I...bu-(alan)
[1] Baca Kesatuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H