Namun, dalam Rapimnas Perindo pada Maret 2017 Partai Perindo mendeklarasikan dukungannya kepada Jokowi. Banyak pihak menduga, bahwa perubahan haluan politik HT ini disebabkan penetapan dirinya sebagai tersangka dalam kasus ancaman melalui SMS kepada Jaksa Yulianto pada 23 Juni 2017.Â
HT diduga mencari perlindungan dari kasus hukumnya dengan bergabung bersama pemerintahan Jokowi. Disisi lain, memang sudah lazim bagi para pebisnis seperti HT berpihak kepada penguasa agar bisnisnya lancar tanpa gangguan.
2. Partai Beringin Karya (Berkarya)
Tampaknya tujuan dari memasang beringin dan warna kuning yang sama dengan Golkar adalah untuk mencuri pemilih dari Golkar. Bahkan belum lama ini, Ketum Partai Berkarya, Hutomo Mandala Putra, yang lebih dikenal sebagai Tommy Soeharto, dalam wawancara dengan Najwa Shihab menyatakan bahwa Partai Berkarya adalah Golkar yang 'asli'.
Sebenarnya, setelah sempat dipenjara selama 4 tahun Tommy Soeharto mencoba untuk merebut kembali tahta ketum Partai Golkar. Sayangnya usahanya tersebut tidak berbuah manis. Maka kemudian Tommy mendirikan Partai Berkarya pada 15 Juli 2016, bertepatan dengan ulang tahun Tommy Soeharto.
Dibawah komando Tommy Soeharto, langkah pertama yang diambil sangat jelas, yaitu menarik semua trah cendana dan pendukung-pendukungnya ke barisan Partai Berkarya. Langkah Tommy 'berhijrah' dari Golkar ke Berkarya menyebabkan gelombang eksodus yang tidak kecil dari Golkar dan beberapa partai lain ke Berkarya. Beberapa nama besar dalam gelombang eksodus tersebut adalah Titiek Soeharto, Priyo Budi Santoso, beserta beberapa Jendral pendukung setia Soeharto.
Dalam setiap kampanye Partai Berkarya pasti, bahkan sangat pasti, gambar Soeharto dipajang. Visi serta misi yang disampaikan juga ala Orba, sebut saja trilogi pembangunan, GBHN, dan semua hal-hal yang berbau Orba yang kira-kira masih relevan dipakai di era reformasi ini.Â
Tujuannya, tidak lain dan tidak bukan, adalah membangkitkan romantisme dan kerinduan sebagian rakyat terhadap kepemimpinan Soeharto yang dikenal adem, ayem, tentrem. Mereka menyatakan bahwa kerinduan rakyat sangat besar, terlihat dari banyaknya gambar Soeharto berkata, "Piye kabare, enak jamanku to?"
Sejauh ini Tommy Soeharto kerap mengkritik pemerintahan Jokowi. Sasaran kritik tentu saja harga BBM, sembako, dan berbagai kebutuhan hidup lainnya yang mahal dan fluktuatif. Sementara itu, di masa Soeharto semua harga relatif stabil dan terjangkau. Tapi, sampai saat ini Partai Berkarya belum menentukan sikap resmi, apakah bersama pemerintah atau menjadi oposisi.
3. Partai Solidaritas Indonesia (PSI)