Setelah Pilkada Serentak 2018 usai, datanglah Pilpres dan Pileg yang tergabung dalam Pemilu Serentak 2019. Semenjak keruntuhan Orde Baru, jumlah Partai Politik (Parpol) tidak lagi dibatasi menjadi 3 parpol yaitu; Golkar, PDI, dan PPP saja. Sejak disahkannya UU No.2 Tahun 1999 akhirnya pendirian partai politik selain 3 parpol tersebut diperbolehkan.Â
Akibatnya, partai-partai baru menjamur bagai ketupat di saat lebaran. Pemilu pertama setelah keruntuhan Orde Baru, yakni Pemilu 1999, diikuti oleh 48 partai, yang berarti 45 partai baru.
Namun, tentu saja tidak semua partai berhasil melenggang ke senayan. Tidak sedikit partai yang gagal mendapatkan kursi di DPR dan kemudian lantas membubarkan diri atau bergabung dengan partai lain.Â
Tapi seperti pepatah, "patah tumbuh hilang berganti", walau banyak partai tumbang, partai-partai baru terus bermunculan di setiap Pemilu. Fenomena serupa juga mewarnai kontestasi politik di Pemilu Serentak 2019.
Dari 16 partai yang lolos verifikasi faktual KPU untuk mengikuti Pemilu 2019, 10 partai adalah partai lama yang telah memiliki kursi DPR, 2 partai (PBB dan PKPI) adalah partai lama yang tidak mempunyai kursi DPR, dan 4 partai baru. Berikut penjelasan tentang 4 partai baru tersebut dan geliatnya dalam menghadapi Pemilu 2019:
1. Partai Persatuan Indonesia (Perindo)
Dalam menghadapi Pemilu 2019, Perindo mempunyai modal yang kuat. HT memiliki jaringan media terbesar di Asia Tenggara, yaitu MNC group. Di indonesia sendiri HT mengontrol stasiun TV Â televisi MNC, RCTI, Global TV, dan iNews. Bagi anda pemirsa setia televisi, hampir pasti anda sudah mengenal lambang partai perindo atau bahkan hafal mars Perindo yang kerap kali ditayangkan di sela-sela iklan. Itu baru televisi, belum lagi media cetak dan radio yang dimilikinya.
Sebagai orang terkaya ke-19 di Indonesia menurut Majalah Forbes pada 2017, HT memiliki kekayaan sebesar US$ 1,1 miliar. Dengan uang yang melimpah, tentu saja mudah bagi HT untuk menjalankan kampanye partainya.Â
Salah satu kampanye Partai Perindo yang sering terdengar adalah bagi-bagi gerobak untuk UMKM. Walaupun kuno, tapi cara tersebut terbilang efektif. Beberapa penyebabnya adalah karena kampanye yang dilakukan secara masif dan dengan syarat yang terbilang mudah, hanya persyaratan administrasi biasa serta perjanjian untuk tidak memperjualbelikan gerobak dan tidak menempelinya dengan stiker partai lain.
Selama ini sikap politik HT banyak berseberangan dengan pemerintaha Jokowi-JK, mulai dari Pilpres 2014 mendukung paslon Prabowo-Hatta, ditambah lagi banyak melayangkan kritik pedas terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi.Â