Mohon tunggu...
Ikhlas Prasongko
Ikhlas Prasongko Mohon Tunggu... Administrasi - IT/Pendaki/Fotografer

Penikmat kata/gambar/nada

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gunung Rinjani buat Pendaki Junior

25 Oktober 2022   06:25 Diperbarui: 28 Oktober 2022   10:40 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap pendakian masing-masing mempunyai motivasi sendiri. Meskipun puncak yang dituju adalah dari gunung yang sama. Di waktu yang berbeda motivasinya bisa berbeda. Demikian halnya dengan pendakian Rinjani di pertengahan 2022 ini.

Di pendakian sebelumnya terpaut cukup jauh, yakni di tahun 2013. Motivasinya saat itu menikmati jalur Torean yang kabarnya adalah jalur terbaik di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Jalur resmi saat itu hanya Sembalun dan Senaru. Jalur ini keduanya sudah pernah digunakan sebagai Jalur naik maupun jalur turun di empat pendakian sebelumnya. Karena ingin menikmati suasana yang berbeda, maka Torean yang saat itu belum jadi jalur resmi dipilih sebagai jalur untuk turun.

Di tahun ini 2022 ini, rencana pendakian lewat jalur yang sama. Sembalun-Puncak-Segoro Anak-Torean. Bedanya saat ini bersama pendaki junior. Sirhan, Zaidan dan Syafiq. Ketiganya baru naik ke kelas 8. Mengantarkan pendaki junior ke Rinjani sebagai Puncak Tertinggi nomer 3 di Indonesia adalah motivasi sekaligus tantangan di pendakian kali ini.

Persiapan telah dilakukan sejak di awal tahun. Peralatan sudah komplit, mental sudah ok. Tinggal fisik yang perlu digembleng. Masa peralihan anak-anak yang beranjak remaja ternyata cukup signifikan pada stamina mereka. Jika saat masih SD mereka lebih banyak aktifitas di luar rumah yang bagus buat menjaga stamina. Seperti main bola, bersepeda, bentengan atau permainan olah fisik lainnya. Tapi saat ini mulai beranjak remaja aktifitas seperti itu sudah mulai berkurang.

Pendakian ini murni adalah keinginan mereka, maka lebih mudah untuk mengingatkannya pentingnya untuk latihan fisik. Dengan joging minim 5km setiap minggu selama 2 bulan sebelum pendakian. Alih-alih bisa mengisi waktu senggang mereka, daripada hanya dibuat nge-game. Jangan anggap remeh persiapan fisik ini. Jika tidak ingin waktu dan biaya terbuang sia-sia. Persiapan penting untuk mencapai sebuah keberhasilan. Ini adalah pelajaran pertama di pendakian ini.

Tekad junior sudah bisa dinilai saat latihan fisik ini. Makin besar tekadnya, makin serius & rajin juga latihan fisiknya. Tujuan utama latihan fisik agar nafas & kaki tidak kedodoran saat nanti melewati tanjakan demi tanjakan.

Persiapan lainnya adalah dengan daftar online di aplikasi e-Rinjani. Beruntung kebijakan baru di tahun 2022 ini, jika pendakian bisa sampai 4 hari 3 malam. Karena sebelumnya hanya 3 hari 2 malam. Apresiasi buat Pengelola TNGR yang merestui harapan para pendaki ini. Karena 3 hari 2 malam adalah waktu yang terlalu singkat untuk menikmati TNGR yang terkenal sebagai surganya pendaki. Begitu komplitnya keindahan alam yang disajikan. Bukan hanya puncak yang eksotis, tapi juga ada danau, sabana, hutan tropis, air panas & air terjun.


Selain itu jalur pendakian juga makin banyak. Totalnya ada 5, yakni Sembalun, Senaru, Torean, Timbanuh & Air Berik. Menyenangkannya lagi pendaki tidak harus turun di jalur yang sama dengan jalur yang digunakan untuk naik. Terima kasih TNGR yang memberikan banyak pilihan untuk pendaki ini.

Booking pendakian 4 orang untuk 4 hari 3 malam, total biaya Rp 120.234. Biaya pendakian yang relatif murah untuk kategori pendakian gunung favorit di Indonesia. Totalnya sebenarnya hanya Rp 120.000, tiga digit terakhir ini sepertinya sebagai cek digit saat proses transfer. Tapi karena kurang teliti jadi salah transfer Rp 1.230.234. Baru tahu salah transfer ini karena tidak mendapat konfirmasi yang dikirim lewat email. Mencoba hubungi Admin TNGR kemudian dialihkan ke petugas yang bernama ‘Ian’. Dengan dibantu Mas Ian ini akhirnya refund berhasil diproses.

Terima kasih lagi kepada TNGR atas kemudahan proses refund ini.

Persiapan lainnya adalah booking Kapal Laut Kirana VII. Yang berangkat dari pelabuhan Perak Surabaya menuju pelabuhan Lembar Lombok. Booking juga online melalui aplikasi DLU Ferry yang dikelola oleh PT Dharma Lautan Utama. Booking untuk 5 orang total Rp 825.000.


Pilihan menggunakan kapal ferry ini ingin merasakan pengalaman yang berbeda. Karena di pendakian sebelumnya selalu menggunakan transportasi bus atau pesawat. Sebenarnya ada 3 kapal ferry, Selain Kirana VII ada Batu Layar dan Oasis. Pilihan menggunakan Kirana VII karena kapal ini relatif baru. Ukurannya lebih kecil dibanding Oasis atau Batu Layar. Tapi info yang didapat di internet managemen-nya lebih bagus.

Persiapan semua sudah ok dan family di Seula juga sudah dihubungi. Malam terakhir sebelum pemberangkatan, orang tua Zaidan dan Syafik kumpul di rumah untuk persiapan terakhir sebelum pemberangkatan. Kami baru diinfo jika kondisi Syafiq lagi kurang fit. Mengkonsumsi suplemen dan vitamin sangat dibutuhkan untuk mengembalikan stamina.

Selesai packing, keril semua ditimbang. Milik saya 15kg, Sirhan 13 kg, Zaidan 11 kg dan Syafiq 8kg. Perlengkapan yang dibawa tenda 5p, kompor, nesting, 5 botol gas, 4 sleeping bed, 3 matras dan logistik untuk 4 hari di gunung.

Hari Pertama.

Kapal berangkat tepat jam 14:00. Setengah jam kemudian melewati bawah jembatan Suramadu. Kemudian menyusuri pesisir pantai utara Jawa Timur. Signal operator kadang masih bisa ditangkap dengan baik. Sebenarnya di kapal juga ada fasiltas wifi, tapi karena dipakai banyak penumpang koneksinya jadi kurang bagus.

Hari Kedua

Kapal Kirana VII merapat di dermaga Lembar pukul 13:30.  Turun dermaga langsung dijemput kendaraan yang disewa untuk mengantarkan ke Suela. Tapi sebelumnya pesan tiket kapal untuk kepulangan. Kantornya tidak jauh dari dermaga.

Pukul 17:00 sampai di rumah family di Suela yang dekat dengan Kebon Raya Lemor. Jaraknya dengan Sembalun tidak sampai 1 jam. Hawanya sejuk tapi tidak begitu dingin. Karena besok pagi sudah mulai pendakian, malam pertama di Suela dipergunakan sebaik-baiknya untuk istirahat. Terutama buat Syafiq agar kondisinya besok pagi tambah membaik.


Hari ketiga

Setelah sarapan langsung berangkat. Ketemu jalan raya disambut dengan kendaraan pick-up yang mengantarkan ke Sembalun. Ongkosnya Rp 30.000 per orang. Di perjalanan beberapa kali berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang penduduk lokal. Sampai di Sembalun, rombongan diantarkan ke POS untuk regristrasi dan cek barang bawaan. Sopir bersedia menunggu, start pendakian nanti di Bawak Nao, jaraknya cuma 10 menit apabila naik kendaraan.

Saat cek barang bawaan, beruntung tidak perlu bongkar semua keril seperti pendaki lainnya. Pengecekan tujuan utamanya hanya untuk mencatat barang bawaan. Terutama barang yang berpotensi sebagai sampah. Karena saat turun nanti harus ditunjukkan sampahnya. Rincian barang bawaan ditulis oleh petugas pengecekan, kemudian list difoto dan hasilnya ditunjukkan ke petugas regristasi. Prosesnya cuma 15 menit. Cukup singkat dan praktis.

dokpri
dokpri
Sampai di Bawak Nao, nego dengan sopir jika jasanya akan digunakan lagi setelah nanti turun gunung. Sebelum memulai pendakian, berdoa dan briefing. Penting untuk disampaikan agar jujur dengan kemampuan diri sendiri. Seberapa besar tekad dalam pendakian ini. Tidak perlu malu apabila tiba-tiba stamina ngedrop. Tidak perlu dipaksakan karena bisa membahayakan diri sendiri. Saling menjaga dan saling memberikan semangat. Ini adalah pelajaran kedua dalam pendakian ini.

Start pendakian pukul 08:25. Jalan yang dilalui bukan lagi jalan setapak, tapi sudah diaspal dan bisa dilewati mobil. Melewati rumah penduduk terus ladang, ditemui banyak sapi yang sedang merumput. Di sepanjang jalan ada beberapa guest house. Jalur ini memang cukup efektif buat menghemat tenaga, selisihnya bisa 2 jam dibanding lewat jalur POS regristrasi Sembalun.

Karena cuaca cerah jalan kaki baru setengah jam badan sudah basah oleh keringat. Syafiq lumayan gobyos dan ngos-ngosan di awal trek ini. Beberapa kali berhenti membenahi kerilnya yang katanya tidak nyaman saat dipakai. Sepertinya langkah & nafasnya di awal treking belum sinkron. Masih setengah jam tapi beberapa kali berhenti untuk istirahat dan minum. Saat latihan fisik, dia beberapa kali memang absen. Stamina pendaki junior di awal pendakian ini sudah kelihatan bedanya.

dokpri
dokpri
Beberapa pendaki ada yang naik ojek sejak dari Bawak Nao. Iseng-iseng tanya ke tukang ojek yang baru mengantarkan pendaki dari atas. Berapa ongkos ojek? Dan sampai POS brp? Jawabnya Rp 150.000 sampai POS 2. Mempertimbangkan beda stamina para Junior. Akhirnya sebelum masuk hutan diputuskan Syafiq naik ojek motor sampai POS 2.


Keputusan ini diambil karena perjalanan masih jauh. Ke Plawangan masih 8 jam lagi. Dengan naik ojek, harapannya Syafiq masih punya energi saat melewati tanyakan dari POS 3 ke Plawangan. Di sisi lain agar stamina Sirhan & Zaidan juga tetap terjaga. Karena jika pendakian terlalu sering atau terlalu lama berhenti karena menunggu yang lainnya. Sering istirahat malah bisa membuat stamina nge-drop, apabila lokasi sudah semakin tinggi. Berdiam 10 menit saja bisa kedinginan dan tubuh butuh pemanasan lagi untuk memulai pendakian lagi.

Memasuki hutan karena rindang cukup meringankan perjalanan. Tidak seperti saat tadi masih di ladang. Sirhan dan Zaidan tidak berhenti selama perjalanan di hutan ini. Langkah kaki malah cenderung cepat karena treking masih landai.

Setelah keluar hutan, barulah merasakan nikmatnya treking di sabana TNGR. Episode 7 bukit penyesalan telah dimulai. Terik matahari menemani perjalanan dan setelah melewati 3 kali jembatan sampailah di POS 1 jam 11:30. Sirhan & Zaidan menerapkan sistem hemat air minum. Minum setenggak atau dua tenggak hanya untuk menjaga agar tenggorokan tidak kering. Kadang membasahi mulut dengan menghisap Madurasa. Masing-masing harus bisa memperkirakan sendiri air minum 1.5liter & 600ml cukup sampai Plawangan Sembalun.

dokpri
dokpri
Istirahat di POS 1 hanya 10 menit, banyak pendaki lain yang juga istirahat. Melanjutkan perjalanan ke POS 2. Beberapa kali berpapasan dengan pendaki yang turun, ada pendaki lokal ada juga manca negara. Ramainya di pendakian Rinjani ini, seolah tidak ada pandemi Covid-19.  

Di sepanjang perjalanan menuju POS 2 ini, saat berhenti dan istirahat Sirhan & Zaidan sering melihat puncak Rinjani yang terlihat jelas di sebelah kiri jalur pendakian. Besok pagi, InsyaAllah sudah menampakkan kaki disana. Begitulah kiranya yang ada di benak mereka.

Untuk mengambil dokumentasi foto dan video dengan ponsel, saya berjalan di depan tapi kadang juga di belakang. Terasa kaki tidak selincah dulu. Cidera karena kecelakaan 12 tahun yang lalu menyebabkan sendi di lutut sebelah kanan bergeser. Sebenarnya lutut sudah kembali ke posisi semula. Tapi ototnya terasa belum normal. Dua minggu sebelum keberangkatan otot kaki sebelah kanan ketarik saat badminton. Agar cepat pulih, terapi pijat sampai 3 kali di tempat yang sama saat dulu cidera lutut.

Menghindari resiko cidera saat pendakian harus pasang double decker. Sisi dalam decker untuk lari dan bagian luar decker khusus pendakian. Keduanya beli online 1 minggu sebelum pendakian dan hasilnya cukup lumayan untuk memberikan rasa aman dan nyaman.

Jam 12:30 sampai di POS 2. Syafiq sudah menunggu di shelter ojek yang jaraknya dengan POS 2 cuma terpisah oleh jembatan. POS 2 berupa shelter bangunan panggung dan beberapa gazebo. Saat istirahat ada petugas yang mengecek para pendaki yang baru tiba. Petugas minta ditunjukkan hasil print out regristrasi saat tadi di POS Sembalun. Setelah itu kami dipersilahkan melanjutkan perjalanan.

Sempat mengobrol dengan rombongan pendaki lain. Ternyata pendaki lokal dari Lombok, salah satu diantaranya ada yang sama-sama pakai decker. Ternyata juga pernah cidera di lutut. Salah satu ototnya ada yang putus. Tapi masih nekad juga melakukan pendakian. Ternyata ada yang lebih parah dari saya.

Rombongan mereka nanti malam juga akan ngecamp di Plawangan Sembalun di Point 5. Lokasi yang paling dekat dengan sumber air. Karena akan ngecamp di lokasi yang sama, saya minta tolong jika besok nitip 1 anggota yang mungkin tinggal di tenda karena tidak ikut summit. Dengan senang hati, mereka bersedia membantu.

Menyenangkan bisa interaksi dengan orang lain saat pendakian. Bukan hanya dengan sesama pendaki, tapi juga dengan yang lainnya siapapun orangnya. Akan banyak informasi yang bisa didapat dan mungkin nanti bisa bermanfaat. Ini adalah pelajaran ketiga dalam pendakian ini.

Sirhan & Zaidan masih jalan di depan, Syafiq di belakang dengan saya. Sepertinya Syafiq memang salah bawa keril. Di pendakian sebelumnya ke Gunung Butak Malang dipinjami kerilnya Sirhan. Di pendakian ini tidak tahu pinjam siapa. Padahal saat dicoba di rumah katanya sudah ok. Sepatu yang dikenakan ternyata juga kurang ok, memang bukan sepatu outdoor dan agak kebesaran.

Satu jam kemudian sudah tiba di POS 3. Seperti halnya di POS 1 & POS 2, di sini juga ada penduduk lokal yang menjajakan minuman, snack, gorengan, nanas, pisang dan semangka. Istirahat agak lama untuk makan nasi bungkus dan sholat. Beli 1 buah nanas seharga Rp 25.000 dan minta kepada ibu yang jualan untuk sekalian dikupas kulitnya. Aroma dan rasa buah nanas yang kuat ini memang bisa meningkatkan energi saat stamina sudah mulai turun. Di POS 3 ini sempat ngobrol dengan pendaki dari India, rombongan 1 keluarga, pasangan orang tua dan 3 anaknya yang sudah dewasa semua.

Sebelum melanjutkan pendakian, saya memikirkan Syafiq. Bagaimana caranya agar bisa sampai di Plawangan. Trek POS 3 ke Sembalun cukup berat bagi pendaki pemula. Paling cepat 4 jam pendakian normal. Jarak dengan Sirhan dan Zaidan nanti bisa makin jauh. Ada kemungkinan hari sudah gelap tapi belum sampai di Plawangan. Tidak mau menanggung resiko ini, untuk mengurangi beban akhirnya cari ojek yang bisa membawa keril sampai ke Plawangan. Dua rombongan porter yang ditawari tidak ada yang bersedia karena bawaan sudah berat. Beruntung porter yang berikutnya bersedia membawa kerilnya Syafiq dengan biaya Rp 150.000. Janjian nanti ketemuan di Plawangan Sembalun Point 5.

Sirhan dan Zaidan jalan duluan karena stamina masih ok. Tidak masalah jika sudah sampai di Plawangan duluan dan menunggu disana. Tidak perlu kawatir tersesat karena trek sudah jelas dan banyak pendaki lain. Jarak masing-masing jangan terlalu jauh apalagi tidak sampai terlihat. Yang paling penting jangan tinggalkan temanmu sendirian. Ini adalah pelajaran keempat di pendakian ini.

Di treking ini, saya & Syafiq barengan dengan rombongan pendaki lokal. Diantaranya ada pendaki cilik yang umurnya masih 8 tahun. Semangat pendaki cilik ini luar biasa, tidak terlihat raut wajah yang kecapekan. Benar-benar menikmati pendakian yang mulai berkabut dan beranjak senja. Sengaja memilih beriringan dengan rombongan pendaki ini. Berharap semangat dari pendaki cilik ini menular ke Syafiq.

Tanjakan demi tanjakan dan berkali-kali kabut datang dan pergi di sela-sela pohon pinus yang tidak begitu lebat. Angin masih bersahabat dan udara belum begitu dingin. Tapi hari sudah mulai gelap, headlamp segera dipakai untuk membantu menerangi jalan. Sepertinya sudah akan sampai di Plawangan Sembalun. Beberapa menit kemudian ada persimpanan dan ada penunjuk arah ke kiri. Rombongan dengan pendaki cilik mengambil jalur yang lurus. Saya hanya mengikuti saja, toh nanti juga akan sampai di Plawangan. Diberitakan sejak Gempa Lombok tahun 2018, banyak jalur yang tertutup kena longsoran dan akhirnya dibuatkan jalur baru.

Jalur lurus ini memang lebih pendek tapi tidak ada pijakan kaki karena habis longsor. Tanah berpasir dan tanjakannya cukup terjal. Waktu tempuhnya jadi lebih lama. Setelah ketemu lagi dengan jalur yang dari arah kiri, ternyata Sirhan datang menjemput. Mungkin kawatir karena saya & Syafiq tidak juga sampai di Plawangan. Menurut Sirhan jaraknya 30 menit. Jadi cukup lama dia menunggu di Plawangan Point 1 bersama Zaidan.

Tiba di Plawangan pukul 18:20. Sirhan & Zaidan masih beruntung tadi bisa melihat Danau Segoro Anak karena matahari yang terbenam belum lama masih menyisakan cahaya di ufuk barat.

Meskipun sudah Di Plawangan, tapi masih butuh berjalan 30 menit lagi untuk sampai di Point 5. Melewati Point 2 sampai Point 5. sudah banyak didirikan tenda dari pendaki lainnya. Penduduk lokal yang menjajakan minuman dan snack juga masih ada.

Sampai di point 5 terasa angin cukup kencang. Sebelum mendirikan tenda mencari porter yang menjadi ojek kerilnya Syafiq. Ternyata jaraknya hanya 50 meter dari lokasi kami mendirikan tenda.  Masih satu area dengan pendaki lain yang tadi ngobrol di POS 3, pendaki dari Lombok yang lututnya juga pernah cidera.

Setelah Tenda sudah siap, semua langsung masuk karena angin bertiup tambah kencang. Ganti pakaian kering kemudian memasak. Setelah makan dan sebelum istirahat, membicarakan rencana summit. Melihat kondisi para Junior, diputuskan summit hanya bertiga dan Syafiq tinggal di dalam Tenda. Start summit jam 13:30. Sebelum tertidur berdoa semoga saat summit cuaca lebih bersahabat. Karena suara angin yang meraung-raung jika tidak juga berhenti nanti bisa menyiutkan nyali.

Apakah bisa tidur dengan kondisi seperti ini…? … Tentu saja tidak.
Tapi semoga para junior bisa tertidur. Terutama Sirhan & Zaidan yang paling bersemangat di pendakian hari pertama ini.

Hari Ketiga

Alarm pukul 01:00 saya membangunkan Sirhan & Zaidan. Syafiq sengaja tidak dibangunkan agar istirahatnya tidak terganggu. Untuk menghangatkan tubuh membuat minuman Milo panas. Setelah cek perlengkapan ke summit, Headlamp, raincoat, air minum 600ml, gabin dan silver queen. Berdoa lalu start summit pukul 01:30.

Ternyata angin belum mereda, setelah melewati mata air Sirhan baru sadar kalau lupa tidak membawa kerpus. Zaidan berbaik hati meminjamkan jaket windbreaker-nya. Tanjakan menuju puncak lereng sekarang ini treknya lebih lebar dan ada 2 jalur tapi masih berdekatan. Tapi salah satunya susah untuk dilewati. Beberapa titik ada alat bantu berupa tali atau railing besi buat pegangan. Di jalur ini tidak bisa berjalan cepat, karena iring-iringan pendaki yang summit di jalur ini cukup rapat, ditambah medan yang sulit karena trek berpasir, menyalip pendaki lain bukanlah pilihan yang tepat.

Satu jam kemudian, sudah sampai di puncak lereng. Permukaan Danau Segoro Anak masih terlihat meskipun tidak begitu jelas. Angin tambah kencang, jalan setapak landai dan tanah padat sedikit berpasir. Satu jam berikutnya pendakian masih diiringi angin kencang. Malah ditambah dengan kabut yang mengurangi jarak pandang. Beberapa kali istirahat sambil berlindung di batu atau permukaan yang agak tinggi.

Saat berlindung ini sangat terasa bedanya. Angin terasa berhenti dan suara langsung sunyi. Tapi begitu mulai berjalan lagi. Angin seperti menambah berat grafitasi dan bising suaranya serasa memenuhi kepala. Dengan cuaca berkabut ini, tidak nampak bintang di langit, tidak nampak kerlap kerlip lampu-lampu desa Sembalun, tidak nampak kilauan permukaan danau Segoro Anak. Tidak ada pemandangan yang bisa menjadi ‘vitamin’ menuju puncak. Yang ada hanya lampu-lampu iringan pendaki yang jaraknya makin berjauhan.

Satu Jam berikutnya trek makin menanjak, trek berpasir dan berbatu. karena cuaca belum berubah dengan medan yang berat ini jadi sering berhenti. Tapi kalau berhenti tidak bisa berlama-lama, angin yang kencang di area terbuka membuat badan kedinginan. Sirhan dan Zaidan masih berjalan di depan saya. Stamina dan semangat 2 junior ini luar biasa. Saya sempat tertidur 2 kali saat istirahat di trek ini.

Saat istirahat muncul pikiran yang mengganggu, apakah pendakian di tahun 2013 akan terulang? Setelah berjalan 4 jam dari Plawangan Sembalun akhirnya puncak bayangan sebagai titik terakhir dan harus turun karena cuaca yang tidak kunjung bersahabat. Padahal puncak tinggal 300 meter lagi.

Saat ini posisinya juga sama, di puncak bayangan. Banyak pendaki lain yang berlindung dari angin yang meraung-raung di balik batu-batuan setinggi orang dewasa. Ada sekitar 30 pendaki duduk berdekatan di area sempit ini. Ada porter yang membawa ranting kayu sejak dari Plawangan kemudian dibakar. Panas apinya memang bisa menghangatkan badan pendaki-pendaki yang mulai menggigil karena kedinginan. Hampir setengah jam menunggu dan berharap alam bermurah hati memenuhi harapan pendaki yang ingin menginjakkan kaki di puncak.

Ada yang tidak bersabar, ada yang kecapekan atau ada yang tidak tahan dingin kemudian turun ke Plawangan. Di kondisi seperti ini instuisi dan tekad menentukan keselamatan dan keberhasilan sebuah pendakian. Instuisi mengatakan cuaca ini tidak se-ekstrim pendakian-pendakian sebelumnya. Angin memang kencang tapi dinginnya tidak sampai membuat jari beku dan lidah jadi kelu. Kabut memang tebal tapi tidak mengganggu, hanya mengurangi jarak pandang. Tidak gerimis, tidak ada sambaran petir. Pendakian ke puncak masihlah aman, tapi akan menjadi medan terberat.  

Untuk menguji instuisi ini, kebetulan ada pendaki manca yang melanjutkan trek terakhir dengan menerobos kabut menuju puncak. Trek terberat karena selain pasir berbatu, tanjakan konsisten tanpa ada tempat untuk berlindung apabila mau istirahat. Jika dua pendaki manca tidak kembali dalam kurun waktu 15 menit, maka trek terberat ini memungkinkan buat pendaki lain untuk mengikutinya sampai ke puncak.

Sedangkan tekad, tergantung dari Sirhan & Zaidan. Sebenarnya mau menanyakan ke mereka, pendakian mau dilanjut atau tidak. Tapi kawatir pertanyaan itu bisa malah bisa membuat mereka demotivasi.  Akhirnya saya tawarkan 2 opsi. Opsi pertama pendakian ke puncak dilanjut dan opsi kedua  turun ke Plawangan. Besoknya pendakian ke puncak dicoba lagi dengan harapan cuaca sudah lebih baik.

Biarlah mereka berdua yang memutuskan sendiri. Belajar untuk menentukan keberhasilan diri sendiri. Ini adalah pelajaran kelima dan sebagai pamungkas di pendakian ini.

Tidak sampai 15 menit dari pendaki manca melanjutkan pendakian, 3 pendaki lokal menyusul. Sirhan dan Zaidan memilih opsi pertama. Pendakian ke puncak dilanjut dan saya mengikuti mereka dari belakang.

img-20220623-062712-1024x577-6358e090d3aa0f61cc7a56f2.jpg
img-20220623-062712-1024x577-6358e090d3aa0f61cc7a56f2.jpg
Kaki kian berat melangkah, nafas terengah-engah dan tubuh makin lemah. Mulut tak sanggup mengucap, lidah serasa beku. Doa hanya dalam hati

Tiada daya dan kekuatan selain dari-Mu, Allah yang Maha Perkasa.

Pendaki manca dan 3 pendaki lokal sudah tidak kelihatan, berarti mereka sudah sampai di puncak. Pikirku semata hanya untuk membangkitkan semangat diri sendiri. Di depan yang nampak hanya Sirhan yang Zaidan. Sementara di belakang pendaki lain masih jauh. Samar-samar dan kadang hilang karena tertutup kabut yang tebal.

Setengah jam dari puncak bayangan, dua pendaki manca sudah turun dan memberitahukan jika puncak sudah dekat.

Jam 06:25. Sirhan & Zaidan berhasil sampai di puncak Rinjani.

dokpri
dokpri
Di puncak ketemu dengan 3 pendaki lokal yang sedang mengambil foto dengan ponsel. Menyusul kami juga melakukan hal yang sama. Hanya 15 menit kami di puncak. Saat turun bertemu dengan pendaki yang naik, tapi hanya beberapa orang saja. Mungkin banyak yang tidak melanjutkan ke puncak. Karena angin masihlah sangat kencang.

Satu jam turun dari puncak. Kabut mulai hilang dan Danau Segoro Anak mulai kelihatan. Puncak Gunung Agung di arah barat juga kelihatan. Tapi jika menoleh kebelakang, puncak Rinjani masih diselimuti kabut tebal.

dokpri
dokpri

Perjalanan turun cuma 2 jam. Kembali ke tenda, Syafiq ternyata sedang menunggu di luar tenda. Pagi hari di Point 5 ini baru kelihatan ada sekitar 7 tenda yang terpasang .

Menyiapkan sarapan sambil membicarakan perjalanan selanjutnya. Apakah turun ke Danau atau pulang lewat jalur Sembalun. Mengingat kondisi Syafiq yang tidak memungkinkan, akhirnya diputuskan setelah sarapan, bongkar tenda, packing langsung turun ke Sembalun. Apabila kondisi tidak memungkinkan ngecamp dan bermalam di POS 2.

Pukul 12:00 meninggalkan Plawangan Sembalun dan perjalanan turun ke POS 3 ditempuh dalam waktu 4 jam. Saat istirahat makan nanas lagi di POS 3, Sirhan mengusulkan tidak perlu ngecamp di POS 2, jadi langsung turun ke Sembalun. Sehingga nanti malam sudah bisa tidur dan istirahat di Suela. Agar sesuai rencana, Syafiq akan naik ojek lagi dari POS 2 ke Bawak Nao.

Pukul 17:30 tiba di POS 2, istirahat sebentar kemudian lanjut turun sementara Syafiq naik ojek. Meninggalkan POS 2 hari mulai gelap. Karena medan yang cukup landai, perjalanan ke Bawak Nao ditempuh selama 2,5 jam saja. Saat di hutan menghubungi sopir pick-up untuk penjemputan.  

Di Kandang Sapi Bawak Nao, kendaran pick-up dan Syafiq sudah menunggu. Sampai disini adalah akhir dari sebuah pendakian singkat. Rencana yang semula 4 hari 3 malam dengan Rute Sembalun-Puncak-Segoro Anak-Torean. Akhirnya berubah jadi 2 hari 1 malam dengan rute Sembalun-Puncak-Sembalun.

Patut disyukuri, karena telah sampai puncak. Yang utama semuanya selamat, tidak ada yang cidera. Terpenting buat junior, mereka mendapatkan pelajaran berharga di pendakian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun