Mohon tunggu...
Ikhlas Prasongko
Ikhlas Prasongko Mohon Tunggu... Administrasi - IT/Pendaki/Fotografer

Penikmat kata/gambar/nada

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Bahagia Suami: Istri yang Memahami Hobi

17 September 2022   21:45 Diperbarui: 21 September 2022   13:04 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: suami hobi motor. (sumber: g-stockstudio via kompas.com) 

Hai pemuda.. jika saat pacaran sering berantem tentang hobimu, putusin saja. Cari yang lain.!!! Tapi inget ya.. selama hobimu itu bukan hal yang negatif dan tidak menjadi candu.

Apa yang akan terjadi jika pacaran yang seperti itu berlanjut sampai ke jenjang pernikahan? Ada 2 hal yang bisa terjadi.

Pertama, suami bisa berubah dan bisa menjadi menjadi orang lain. Dia tidak lagi menjadi seorang lelaki seutuhnya seperti yang sebelumnya dikenal oleh orang-orang disekitarnya.

Ada istri yang tidak sadar jika pria yang dia pilih menjadi pasangannya terbentuk dari lingkungan, perilaku & kebiasaan yang dijalani sudah bertahun-tahun sebelum dia mengenalnya. 

Saat pacaran yang dilihat adalah hal yang baik-baik  yang bisa jadi hal yang baik-baik itu tumbuh dari lingkungan dan kebiasaan yang sudah lama. Salah satu kebiasaan itu bisa terbentuk dari hobi yang selama ini dijalani.

Berlanjut setelah menikah, istri akan melihat mengenal lebih banyak dengan kebiasaan suami yang sesungguhnya dan tidak semua kebiasaan itu bisa diterima oleh istri. 

Oleh karena sesuatu hal dan biasanya karena beda dalam menentukan skala prioritas, ada istri yang akhirnya melarang hobi suami. Ini yang tidak disadari sebagian istri. Ibarat mengambil buah tapi dengan memotong dahannya. Suami merasa ada bagian dalam dirinya yang hilang.

Seperti suami yang awalnya hobi fotografi, setelah menikah tidak bisa meneruskan hobinya karena istri keberatan. Suami tidak bisa lagi meninggalkan rumah untuk hunting foto. Istri mungkin hanya melihat fotografi hanya soal jepret sana jepret sini. 

Padahal ada nilai-nilai yang harus didalami dalam dunia fotografi seperti keseimbangan, harmoni, komposisi dan nilai-nilai estetika lainnya. 

Nilai-nilai itu yang mengejawantah dalam kehidupan sehari-hari dan hal itu juga berperan dalam membentuk pribadi yang akhirnya dipilihnya menjadi pasangan hidup.

Yang bisa melihat suami berubah menjadi orang lain bukanlah istri. Tapi adalah keluarga, sahabat atau orang dekat lainnya yang mengenalnya sebelum istrinya. Sering kita mendengar komen, “Boy sejak menikah koq berubah, sekarang lebih sering di rumah dan lebih pendiam….”

Kedua, rumah tangga akan terus berjalan. Tapi akan banyak kerikil yang harus disingkirkan. 

Kerikil ini bisa tetap menjadi kerikil, tapi bukan hal yang tidak mungkin suatu saat berganti menjadi batu besar yang sulit untuk disingkirkan. Tergantung seberapa besar usaha & komitmen bersama agar tetap bisa maju melangkah ke depan.

Kompromi dan negoisasi kadang dibutuhkan dalam hal ini. Kompromi yang dimaksud seperti percakapan ini. Suami bilang ke istri,’Besok pagi ayah gowes’. 

Istri bilang ‘ok, tapi jangan lama-lama, aku sudah janji dengan bu RT lihat demo masak dan anak kita minta diantar karena ada kegiatan di sekolah’ .  

Kalau yang negoisasi bisa seperti ini. Suami yang hobi pendaki bilang ke istri, bulan depan ke Gunung ke Rinjani, Istri bilang ‘Tidak apa-apa tapi sebelum berangkat, sepeda motorku diganti dengan yang baru’. Suami ‘kalau sepeda motor tidak baru, tapi HP yang baru gimana?. ’Deal’, kata istrinya,

Kompromi dan Negoisasi ini adalah bagian usaha dan komitmen agar hobi bisa jalan, tapi tidak sampai mengusik bahtera rumah tangga. 

Tapi tidak jarang ditemui jika ada yang pasangan yang tidak bisa menemukan kedua jalan ini. Sebenarnya inti dari kompromi dan negoisasi ini adalah kemampuan berkomunikasi dari masing-masing pasangan.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Jika ada kendala dalam komunikasi, maka bisa ditemukan seperti kisah malam minggu suami yang sedang badminton. Tapi di tengah permainan, istri tiba-tiba masuk lapangan sambil menggandeng si kecil karena si kecil tiba-tiba minta diantar ke pasar malam. 

Hal ini bukan masalah jika suami sedang di kondisi emosional yang bagus sehingga harga diri sebagai laki-laki tidak sampai terusik karena kedatangan istri. 

Tapi, jika dalam kondisnya sebaliknya, ditambah lagi Istri selain beraksi juga mengomel dan disaksikan banyak orang. Lapangan badminton bisa berubah menjadi arena smackdown.

Jika ada pasangan suami istri tidak seperti yang dikisahkan pada cerita-cerita diatas, hal itu ada 2 kemungkinan. Suami tidak punya hobi atau suami punya hobi tapi istrinya memahami.

Kemungkinan pertama ini nyaris tidak bisa ditemui, karena setiap laki-laki seharusnya punya hobi. Memang ada laki-laki tidak punya hobi? Bicara tentang hobi, sebenarnya bicara tentang kegiatan atau kebiasaan yang lebih sering dilakukan laki-laki (meskipun wanita sama-sama juga punya hobi). 

Kebiasaan ini untuk memenuhi kebutuhan batin yang sudah menjadi ‘ritual’. Ada level-level tertentu tergantung seberapa dalam kepuasan batin setelah melakukan ‘ritual’ tersebut. Tidak punya hobi hanyalah istilah lain bagi yang mendapatkan kepuasan batin di level paling rendah.

Kemungkinan kedua, ini adalah yang diidam-idamkan oleh seorang laki-laki. Saat berumah tangga, suami tetap menjalakan hobi seperti saat lajang, seolah-olah tidak ada perubahan karena istri yang sangat memahami hobi suami.

Apakah hal ini sebuah keniscayaan ? Tentu saja bukan jika suami telah memilih pasangan yang tepat. Sehingga bisa menjalani hobi dengan tenang dan damai. Ke istri cukup ‘just info’. Tidak perlu ijin, tidak perlu kompromi, tidak perlu negoisasi. Apalagi melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.

Tentu saja hal itu bisa terwujud apabila syarat utamanya yakni kebutuhan lahir & batin sang istri telah terpenuhi.

Selamat menikmati hobi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun