Hari ini saya untuk kesekian kalinya berkunjung ke Puskesmas setalah beberapa bulan belakangan kondisi tubuh sering drop dan perlu penanganan medis. Karena saya adalah pengguna BPJS sehingga alur berobat di mulai dari puskemas yang ditunjuk baru kemudian di rujuk ke Rumah Sakit terdekat apabila memang tak tertangani oleh Puskesmas. Puskesmas tujuan saya adalah Puskesmas Sungai Tarab I yang merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat.
Setelah beberapa kali berobat ada yang mengganjal di hati saya masalah penanganan pasien, dari segi fasilitas puskesmas tempat tujuan saya berobat sudah bisa dikatakan cukup baik tapi sepertinya masih kekurangan SDM sehingga setelah beberapa kali berkunjung seringkali dilayani tidak sesuai sebagaimana seharusnya pelayanan kesehatan yang baik.
Pada kedatangan saya sebelumnya, saya cukup bingung ketika perawat merangkap sebagai dokter. Dokter puskesmas yang ketika itu sedang tak berada di tempat digantikan oleh seorang perawat. Karena sudah berada di ruangan sayapun memaparkan apa keluhan penyakit saya, berselang beberapa waktu si perawat langsung memberikan resep obat. Dengan halus saya menolak dan lebih memilih menunggu dokter yang bersangkutan.
Selain perawat yang merangkap sebagai dokter, pernah juga saya menemui petugas labor maupun perawat yang merangkap sebagai petugas administrasi dan hari ini saya kembali menemui hal serupa petugas administrasi yang biasanya dan saya kenal merangkap sebagai petugas apotek dengan kata lain merangkap jadi apoteker. Saya tahu ini karena terbatasnya SDM yang memadai di puskesmas tersebut tapi ada hal-hal riskan yang sebenarnya tak bisa digantikan seperti peran seorang dokter maupun apoteker. Sekedar informasi saja di puskesmas tempat saya berobat hanya ada satu dokter, dua apoteker, beberapa perawat, satu petugas labor dan beberapa karyawan lainnya.
Puskesmas tempat saya berobat mencakup sekitar 6 desa, bisa dibayangkan cakupan yang cukup luas. Tanpa bermaksud untuk membandingkan kalau melihat puskesmas di ibu kota propinsi yang sebelumnya juga pernah saya datangi dengan cakupan hanya beberapa RW saja memiliki hingga 3 dokter yang hampir selalu stand by dan tak saya temui petugas yang merangkap untuk posisi lain seperti halnya perawat yang terkadang merangkap sebagai dokter di tempat puskesmas saya berobat.
Seperti inilah potret pemerataan pembangunan di negara ini, yang namanya Ibu Kota baik negara maupun propinsi masih menjadi anak emas dibandingkan daerah yang sepertinya selalu dinomor duakan. Ibu kota sebagai pusat pemerintahan terkesan selalu menjadi prioritas utama dalam hal pelayanan publik, meski di daerah sebenarnya lebih membutuhkan. Memang jumlah penduduk di pusat kota lebih banyak tapi dengan jumlah pusat pelayanan yang menjamur bisa melayani hampir semua lapisan masyarakat berbeda dengan di daerah yang fasilitas kesehatannya masih kurang juga melayani banyak orang sehingga pelayanan menjadi tidak optimal. Terakhir meskipun pelayanan kesehatan di daerah masih banyak kekurangan di sana sini tapi saya pribadi tetap bersyukur masih bisa memperoleh fasilitas kesehatan yang cukup layak walau terkadang memang tidak sesuai dengan harapan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H