1/
dan entah kali ke berapa ia menghitung
ulang setiap preminya
padahal malam begitu larut dan
tak banyak waktu untuk diselamatkan
sebelum pagi membawakan cuka bagi matanya
ia mulai merebahkan lelahnya
namun ia masih menatap langit-langit
ada suar mata yang meleleh dan
meneteskan kepedihan masa silam yang
ia pikul di pundak parubayanya
"Ah, aku akan berusaha lebih keras lagi."
lalu katanya menguap
pikirannya terbiar lelap
2/
di jalan pagi yang terlalu dini
ia menjadi kabut pertama yang
menggenggam ayat-ayat sunyi dan
butiran embun yang menyimpan resah di
setiap tadah doa-doanya
ada mimpi yang tak pernah tamat
sedang pagi telah menyuguhkan kenyataan
3/
ia menyukai tengah hari dan makan siang
sebab ia bisa menikmati peluh payahnya dalam
sebungkus nasi lengkap dengan lauk-pauk yang
telah dingin dan seadanya
dan di dalam termos kecil yang ia bawa
selalu ada kehangatan yang menjadi jeda dari
setiap langkah kaki yang memapah remah-remah asa
layaknya secangkir kopi
ia menerima segala pahit dan manisnya kehidupan
4/
di senja yang biasa di ujung hari
matahari seperti tergesa-gesa tenggelam dan
malam datang menggenggam sunyi
sedang ia menjadi kabut senja perkebunan yang
menghantarkan kumandang seruan-seruan tuhan
seperti senja
hidup baginya hanyalah masa peralihaan
dari keberangkatan menuju kepulangan
dari tempat singgah menuju rumah keabadian
5/
tuan mandor
begitulah orang memanggilnya pada
jam-jam kerja untuk
bertanya atau hanya sekadar menyapa
tapi di luar jam kerja
ia hanyalah seorang hamba
seorang ayah bagi anak-anaknya
seorang bocah bagi masalalu dan luka juga
seorang renta bagi jiwa yang
menanti saat-saat bersua dengan tuhannya
Satui, Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H