Semalaman aku berpikir apa yang aku pikirkan. Tentang pekerjaan yang telah lewat deadline, pakaian yang belum sempat dicuci, kasur yang mendingin, perut yang keroncongan, atau hati yang lebam ditikam kenyataan
Aku tak tahu apa yang harus kuatasi terlebih dahulu. Aku tak tidur, tak juga menangis. Sebab aku tak punya ingatan yang semestinya membuatku meringis. Tidak decit sepatumu, setelan baju, warna bibir, suara cemprengmu, atau apa pun tentangmu yang masih membekas di kepalaku. Tidak sama sekali.
Aku tak menyesali apa pun. Terlebih kau yang berlalu dalam kepergian. Hanya saja aku tak punya alasan mengapa aku berpikir tentang hal-hal yang seharusnya tidak kupikirkan. Mengapa orang-orang menyalahkan keputusanku untuk tak lagi mencari kehilanganmu. Dan mengapa aku bertanya mengapa, sedang kutahu tak ada seorang pun yang mampu menjawabanya. Apalagi aku.
Semalaman aku berpikir apa yang aku pikirkan. Tapi aku tahu satu hal yang kubutuhkan. Selamat tidur darimu yang hilang dari dekapan. Selebihnya aku merindukanmu.
Angsana, 30 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H