Pagi, sebelum matahari berdandan rapi dan berkemas menjerang mimpi. Aku duduk diam di antara petilasan embun yang sedang murung. Menyigi kenangan dalam perigi ingatan. menayangkan kembali lembaran-lembaran yang telah usang.
Selalu ada kata pernah untuk hati yang menerima. Entah luka atau bahagia. Entah berkesan atau hanya sesaat, sekadar angin lewat. Namun, setiap kejadian selalu memiliki makna. Bahwa waktu telah memberi kita banyak kesempatan. Untuk memilih atau menyisihkan. Mana yang pantas untuk kita pertahankan dan mana yang harusnya kita tinggalkan.
Pada bilangan ketujuh di antara biji-biji Januari yang mulai berkecambah. Kusemai harapan untukmu yang selalu merimbunkan pinta di penghujung malam. Semoga doa-doamu akan segera terkabulkan. Meski aku tak tahu, apakah kita memiliki lapal yang sama?
Sebab, apapun itu jika demi kebaikanmu, aku lebih memilih untuk setia mengaminkan.
Angsana, 07 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H