Saat buncah sukma menggerayangi raga. Mengerang pada reranting sunyi yang memakamkan kata-kata. Menikmati berahi yang melebamkan sipu pada purnama. Tenggelam, menyapu pandang pada hati yang masing-masing memahat prasasti cinta.
Mungkin kau mengira aku akan baik-baik saja. Padahal aku sedang menata cemas pada debaran yang mungkin mencederai dekapan kita. Kau tahu? Aku merasakan pengap saat gagap tanpa fasih melingkari ruang diskusi kita. Saat sipu angkuh menyulam hening di ranjang-ranjang semesta. Sebab, kita perlu kata-kata untuk bicara. Bersepakat pada renda-renda asa yang telah kita buat bersama.
Separuh malam ini telah membuat kita kelaparan. Hingar-bingar erangan demi erangan cukup mendahagakan tenggorokkan. Untung saja, kau akhirnya membuka pembicaraan. Mengajariku untuk menyetujui harga tentang bagaimana cara terbaik melanjutkan kebersamaan. Semeja makan dengan iringan musik penuh keromantisan.
Angsana, 17 Mei 2019