Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Akhirnya sawah yang ia garap telah menguning oleh padi yang siap untuk dipanen. Sayur-sayuran pun telah beberapa dipetik untuk dijual maupun untuk keperluan makan.
Wajah tua perempuan itu terlihat cerah. Air mata bahagia tak henti mengalir dari sudut matanya, ketika tangkai demi tangkai padi itu tanggal dari rumpunnya. Di luar dugaan, panen tahun ini mendapatkan hasil terbanyak. Sebab padinya padat berisi tanpa serumpun pun yang rusak.
Beberapa hari kemudian, panen selesai, puluhan karung pun terisi. Hingga memenuhi lumbung padi pemilik sawah. Semula ia akan membagi dua hasilnya. Namun mengingat Bi Jaromah sudah habis banyak baik tenaga maupu waktu, termasuk hutang di koperasi berupa pupuk dan bibit padi. Ia akhirnya memutuskan untuk membaginya menjadi tiga bagian. Satu bagian menjadi miliknya, dua bagian lagi diserakan kepada Bi Jaromah.
Rasa syukur Bi Jaromah tak terbendung lagi, terdengar lirih ia berkata, "Terima kasih, Gusti. Kau masih sayang pada hambamu ini. Rezeki yang kau berikan sangatlah berarti bagi kehidupanku dan cucuku."
Angsana, 07 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H