Sore ini, keangkuhan senja diterpa oleh berjuta rintik yang terlampau dingin. Runtuh menjadi puing-puing jingga yang hampir kelabu, pecah belah tak beraturan dan tak kenal bentuk. Kucar kacir meninggalkan pengapian rindu di lubuk sang pengagum rona.
Di sana, perempuan berparas sendu. Kulihat kaca-kaca di matanya menjelma hujan, lebat sebanyak ingin. Sebab terlampau lupa oleh cuaca, pun keegoisan waktu yang sempit itu; senja.
Seringai tawa yang terasa getir, terlempar pada ranting-ranting kilat yang menyambar kemunafikan rasa. Seakan rundung basah itu, ia coba terima dengan lapang dada.
Nyanyian senja pesisir perlahan meninggalkan lahan. Menuju samudera renjana tak berkesudahan. Kemudian membentuk partikel bintang dalam singgasana keterasingan. Namun perempuan itu, tetap mematung, tanpa memahami dingin. Bertahan menanti pesta temu rindu dari sang pujaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI